Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17177 | 12 May 2025
Klinis : pasien umur 54 tahun dengan penurunan kesadaran, riwayat stroke, diabetes militus tensi 159/99 nadi 92
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu pasien berusia 54 tahun dengan penurunan kesadaran, riwayat stroke, diabetes melitus, dan tekanan darah 159/99 mmHg serta nadi 92 bpm, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Penurunan Kesadaran (Decreasedconsciousness)
Definisi: Pengurangan atau hilangnya respons terhadap rangsangan eksternal dan internal.
Penyebab: Gangguan serebrovaskular, diabetes melitus, hipertensi.
Faktor yang berhubungan: Gangguan neurologis dan kardiovaskular.
2. Intoleransi Aktivitas (Activity Intolerance)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelemahan, keletihan, gangguan kardiovaskular, dan neurologis.
Faktor yang berhubungan: Penurunan daya tahan, penurunan masa otot, dan gangguan aliran darah.
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah (Risk for Unstable Blood Glucose Level)
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Penyebab: Diabetes melitus, pola makan yang tidak teratur, aktivitas fisik yang tidak adekuat.
Faktor yang berhubungan: Perubahan asupan makanan, aktivitas, dan stres.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Penurunan Kesadaran
- Pasien menunjukkan peningkatan respons terhadap rangsangan.
- Pasien mencapai tingkat kesadaran yang optimal.
- Tidak terjadi komplikasi akibat penurunan kesadaran.
2. Intoleransi Aktivitas
- Pasien mencapai toleransi aktivitas yang optimal.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Tidak terjadi komplikasi akibat intoleransi aktivitas.
3. Stabilitas Kadar Gula Darah
- Pasien menunjukkan kadar gula darah yang stabil.
- Tidak terjadi komplikasi akibat fluktuasi kadar gula darah.
- Pasien dan keluarga memahami manajemen diabetes melitus.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Penurunan Kesadaran
- Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
- Pemantauan status neurologis (GCS, pupil, motorik, dan sensorik).
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
- Pengaturan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk manajemen penyebab.
2. Intoleransi Aktivitas
- Perencanaan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien.
- Latihan fisik dan mobilisasi secara bertahap.
- Manajemen energi melalui teknik konservasi energi.
- Pemberian edukasi dan dukungan untuk meningkatkan partisipasi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
3. Stabilitas Kadar Gula Darah
- Pemantauan kadar gula darah secara teratur.
- Pemberian insulin atau obat antidiabetes sesuai kebutuhan.
- Pengaturan diet dan asupan makanan.
- Edukasi tentang manajemen diabetes melitus.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan kondisi umum, peningkatan toleransi aktivitas, dan stabilitas kadar gula darah. Hal ini akan membantu mencegah komplikasi dan mendukung proses pemulihan pasien. -
Article No. 17148 | 12 May 2025
Klinis : keluhan kejang di rumah sejak jam 22.40 tidak berhenti sampai sekarang, muntah tidak ada, tidak ada riwayat cedera atau jatuh di kepala, riwayat DM dan HT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan yang diberikan, yaitu kejang yang terjadi di rumah sejak jam 22.40 dan tidak berhenti sampai saat ini, tanpa disertai dengan muntah, riwayat cedera atau jatuh di kepala, serta riwayat diabetes melitus (DM) dan hipertensi (HT), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Kejang berhubungan dengan gangguan kontrol neurologi sekunder akibat DM dan HT, ditandai dengan kejang yang tidak berhenti.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Menunjukkan penurunan frekuensi dan intensitas kejang dalam batas normal.
2. Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh dalam batas normal.
3. Melaporkan tidak ada gejala atau tanda-tanda komplikasi akibat kejang, seperti cedera kepala, aspirasi, atau lainnya.
4. Menyatakan memahami faktor-faktor pencetus kejang dan strategi untuk mencegah kekambuhan.
5. Menunjukkan partisipasi aktif dalam pengobatan dan perawatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Mengukur dan memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan laju napas.
- Mencatat perubahan tanda-tanda vital dan melaporkan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
2. Manajemen Kejang:
- Memposisikan pasien dalam posisi aman untuk mencegah cedera saat terjadi kejang.
- Memberikan obat anti-kejang sesuai dengan instruksi tenaga kesehatan.
- Memantau respons pasien terhadap obat anti-kejang dan efek sampingnya.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Menjelaskan penyebab kejang dan faktor-faktor pencetus yang harus dihindari.
- Mengajarkan teknik-teknik pencegahan dan penanganan kejang di rumah.
- Memberikan informasi tentang pengobatan dan pentingnya kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain:
- Berkoordinasi dengan dokter untuk memantau pengobatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menilai status nutrisi dan membuat rencana diet yang sesuai.
- Melibatkan fisioterapis untuk membantu mencegah komplikasi akibat kejang.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan mengelola kondisi kejangnya dengan baik. -
Article No. 17149 | 12 May 2025
Klinis : Kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi Kejang:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Cedera Fisik
Definisi: Keadaan di mana individu rentan mengalami luka fisik akibat penurunan kendali terhadap lingkungan atau perilaku.
Karakteristik Definisi: Kejang, kontrol otot yang berkurang, penurunan koordinasi, ketidaksadaran.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Kejang
Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengurangi frekuensi dan durasi kejang.
Indikator:
a. Frekuensi kejang berkurang
b. Durasi kejang memendek
c. Tidak ada cedera selama kejang
d. Pengetahuan pasien tentang pencetus dan penanganan kejang meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Kejang
Definisi: Mengobservasi tanda-tanda dan gejala kejang serta respon pasien terhadap intervensi.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah kejang
b. Catat durasi, frekuensi, dan pola kejang
c. Identifikasi pencetus kejang
d. Berikan oksigen dan posisikan pasien untuk mempertahankan jalan napas
e. Cegah trauma selama kejang
2. Manajemen Kejang
Definisi: Mengatur pemberian obat antiepilepsi dan intervensi lain untuk mengurangi frekuensi dan durasi kejang.
Aktivitas:
a. Berikan obat antiepilepsi sesuai instruksi
b. Lakukan tindakan keselamatan (penggunaan pengaman tempat tidur, matras di lantai, dll.)
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencetus, gejala, dan penanganan kejang
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk optimalisasi pengobatan
3. Peningkatan Pengetahuan: Kesehatan
Definisi: Membantu pasien dan keluarga memperoleh informasi terkait kondisi kesehatan dan pengelolaannya.
Aktivitas:
a. Identifikasi tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang kejang
b. Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan pencetus kejang
c. Ajarkan teknik pencegahan dan penanganan kejang
d. Sarankan sumber informasi kesehatan yang dapat diakses
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol kejang yang optimal, mengurangi risiko cedera, serta meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan kondisinya. -
Article No. 17150 | 12 May 2025
Klinis : pasien mengalami gangguan menstruasi amenore
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien dengan gangguan menstruasi amenore.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan gangguan menstruasi amenore adalah "Ketidakefektifan Pola Menstruasi".
Penjelasan:
Ketidakefektifan Pola Menstruasi adalah diagnosa keperawatan SDKI yang menggambarkan kondisi pasien yang mengalami gangguan menstruasi, seperti amenore (tidak ada menstruasi). Amenore dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, perubahan berat badan, perubahan hormon, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa ini memfokuskan pada penilaian dan penanganan gangguan pada siklus menstruasi yang normal.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan gangguan menstruasi amenore adalah:
a. Pemulihan Pola Menstruasi
b. Pengetahuan Perawatan Diri Menstruasi
c. Manajemen Nyeri Menstruasi
Penjelasan:
a. Pemulihan Pola Menstruasi: Pasien dapat mengembalikan pola menstruasi yang normal dan teratur sesuai dengan siklus menstruasi yang sehat.
b. Pengetahuan Perawatan Diri Menstruasi: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara merawat diri selama menstruasi, termasuk menjaga kebersihan, penggunaan pembalut/tampon, dan aktivitas yang dianjurkan.
c. Manajemen Nyeri Menstruasi: Pasien dapat mengelola nyeri yang mungkin muncul selama menstruasi, misalnya dengan penggunaan obat-obatan, kompres hangat, atau teknik relaksasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran bagi pasien dengan gangguan menstruasi amenore adalah:
a. Manajemen Gangguan Menstruasi
b. Edukasi Perawatan Diri Menstruasi
c. Manajemen Nyeri Menstruasi
Penjelasan:
a. Manajemen Gangguan Menstruasi:
- Kaji riwayat dan pola menstruasi pasien, termasuk onset, durasi, dan karakteristik perdarahan.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi, seperti stres, perubahan berat badan, atau kondisi medis lainnya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter) untuk menentukan penyebab dan penanganan yang tepat.
- Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
b. Edukasi Perawatan Diri Menstruasi:
- Berikan edukasi tentang siklus menstruasi normal dan cara merawat diri selama menstruasi.
- Ajarkan teknik-teknik menjaga kebersihan dan kenyamanan selama menstruasi, seperti penggunaan pembalut/tampon yang tepat.
- Diskusikan aktivitas yang dianjurkan dan yang harus dihindari selama menstruasi.
- Berikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat diakses pasien untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
c. Manajemen Nyeri Menstruasi:
- Kaji intensitas, durasi, dan pola nyeri menstruasi yang dialami pasien.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen nyeri, seperti penggunaan obat-obatan, kompres hangat, atau teknik relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter) untuk menentukan penanganan farmakologis yang tepat.
- Berikan dukungan emosional dan anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat membantu mengurangi nyeri.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pemulihan pola menstruasi, peningkatan pengetahuan perawatan diri menstruasi, dan kemampuan untuk mengelola nyeri menstruasi. -
Article No. 17151 | 12 May 2025
Klinis : Ny. NKS, seorang perempuan berusia 31 tahun, bekerja sebagai bidan di Puskesmas Kabanjahe. Ia telah bekerja selama beberapa tahun dengan jam kerja rutin dari Senin hingga Sabtu pukul 08.00–14.00. Dalam menjalankan pekerjaannya, Ny. NKS mengaku sering mengalami kelelahan fisik, terutama akibat aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama. Ia juga melaporkan pernah mengalami nyeri di bagian punggung dan bahu, serta merasa sulit berkonsentrasi saat kelelahan setelah shift panjang. Selain itu, Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan menghirup bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja, meskipun ia menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan. Ia memahami risiko bahan kimia dan menggunakan ventilasi yang cukup di ruang kerjanya, namun tetap mengalami paparan dalam beberapa kesempatan. Secara psikologis, Ny. NKS merasa pekerjaannya kadang menimbulkan stres akibat tekanan kerja serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Meski ia memiliki strategi untuk menjaga keseimbangan emosional, tuntutan pekerjaan yang tinggi tetap memengaruhi kondisi mental dan fisiknya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kelelahan fisik (Fatigue) berhubungan dengan aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra.
2. Gangguan pola tidur (Sleep disturbance) berhubungan dengan jadwal kerja yang tidak teratur.
3. Risiko cedera (Risk for injury) berhubungan dengan paparan bahan kimia dan posisi kerja yang tidak ergonomis.
4. Stres (Stress) berhubungan dengan tuntutan pekerjaan yang tinggi dan kurangnya dukungan dari lingkungan kerja.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelelahan fisik (Fatigue):
- Toleransi terhadap aktivitas meningkat
- Melaporkan peningkatan energi
- Mampu menyelesaikan tugas pekerjaan dengan baik
2. Gangguan pola tidur (Sleep disturbance):
- Lama tidur malam hari meningkat
- Melaporkan istirahat yang cukup
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
3. Risiko cedera (Risk for injury):
- Tidak terjadi cedera saat bekerja
- Menggunakan APD dengan benar
- Menerapkan posisi kerja yang ergonomis
4. Stres (Stress):
- Mampu mengelola stres dengan baik
- Melaporkan peningkatan kesejahteraan psikologis
- Mampu menjalankan peran dan tanggung jawab pekerjaan dengan efektif
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Kelelahan fisik (Fatigue):
- Atur jadwal kerja dan istirahat yang seimbang
- Ajarkan teknik manajemen energi dan pengaturan aktivitas
- Motivasi untuk melakukan aktivitas fisik ringan dan latihan relaksasi
2. Gangguan pola tidur (Sleep disturbance):
- Identifikasi faktor yang mengganggu tidur
- Ajarkan teknik higiene tidur dan manajemen stres
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan, jika diperlukan
3. Risiko cedera (Risk for injury):
- Ajarkan penggunaan APD yang benar
- Anjurkan posisi kerja yang ergonomis
- Kolaborasi dengan tim kesehatan dan keselamatan kerja untuk perbaikan lingkungan kerja
4. Stres (Stress):
- Identifikasi sumber stres dan tingkat stres yang dialami
- Ajarkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi, meditasi, dan konseling
- Libatkan dukungan sosial dari keluarga, rekan kerja, atau konselor profesional
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan Ny. NKS dapat mengatasi masalah kesehatan terkait pekerjaannya dan mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai bidan dengan lebih baik. -
Article No. 17098 | 11 May 2025
Klinis : klien mengatakan pada saat klien merasa sedih, klien bercerita dengan temannya yang anak kesehatan juga. dulu klien bercerita dengan bapaknya, namun setelag bapak klien meninggal. klien memilih cerita kepada temannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Kesepian" (SDKI). Klien mengatakan bahwa saat merasa sedih, ia memilih untuk bercerita dengan temannya yang juga anak kesehatan, karena sebelumnya ia biasa bercerita dengan ayahnya, namun setelah ayahnya meninggal, ia tidak lagi dapat melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan adanya perasaan kesepian yang dialami oleh klien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Keterlibatan Sosial: Klien mampu terlibat dalam aktivitas sosial yang bermakna.
2. Harga Diri: Klien menunjukkan penerimaan diri yang positif.
3. Koping: Klien mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kesepian.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Dukungan Emosional
- Memberikan empati dan validasi terhadap perasaan klien.
- Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan berbagi cerita tentang ayahnya.
- Membantu klien mengidentifikasi sumber dukungan sosial yang ada.
2. Fasilitasi Interaksi Sosial
- Membantu klien mengidentifikasi kegiatan sosial atau kelompok yang diminati.
- Mendorong klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
- Memfasilitasi klien untuk memperluas jaringan sosialnya.
3. Manajemen Koping
- Membantu klien mengidentifikasi strategi koping yang efektif untuk mengatasi kesepian.
- Mengajarkan teknik-teknik koping, seperti relaksasi, visualisasi, atau aktivitas menyenangkan.
- Memberikan dukungan dan bimbingan dalam menerapkan strategi koping yang tepat.
Penjelasan lebih rinci:
Diagnosa keperawatan "Kesepian" dipilih karena klien menunjukkan adanya perasaan kehilangan figur dukungan utama (ayah) dan kecenderungan untuk mencari dukungan emosional dari sumber lain (teman). Ini menunjukkan adanya kesepian yang dirasakan oleh klien.
Luaran yang diharapkan, seperti Keterlibatan Sosial, Harga Diri, dan Koping, bertujuan untuk membantu klien meningkatkan kemampuan dan kenyamanan dalam menjalin relasi sosial, menerima dirinya, serta menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kesepian.
Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi Dukungan Emosional untuk membantu klien mengekspresikan perasaan dan mendapatkan validasi, Fasilitasi Interaksi Sosial untuk membantu klien terlibat dalam aktivitas sosial, serta Manajemen Koping untuk mengajarkan teknik-teknik koping yang dapat membantu klien mengatasi kesepian secara efektif.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi kondisi kesepian yang dialami. -
Article No. 17099 | 11 May 2025
Klinis : klien mengatakan pada saat klien merasa sedih, klien bercerita dengan temannya yang anak kesehatan juga. dulu klien bercerita dengan bapaknya, namun setelag bapak klien meninggal. klien memilih cerita kepada temannya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Perubahan Proses Berduka [00136]
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perubahan Proses Berduka [00136]
Definisi: Respon normal terhadap kehilangan suatu objek, orang, atau fungsi yang melibatkan reaksi emosional, kognitif, perilaku, dan sosial yang unik pada setiap individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Adaptasi terhadap Kehilangan [1322]
Definisi: Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan kehilangan yang dialami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Terapi Berduka [6460]
Definisi: Membantu individu untuk mengekspresikan perasaan, memfasilitasi penerimaan, dan menyesuaikan diri dengan kehilangan yang dialami.
Kode:
SDKI: [00136]
SLKI: [1322]
SIKI: [6460]
Penjelasan singkat:
Klien mengalami perubahan proses berduka setelah kehilangan ayahnya. Klien memilih untuk bercerita kepada teman yang juga anak kesehatan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat, sebagai upaya untuk beradaptasi dengan kehilangan yang dialami. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi berduka, untuk membantu klien mengekspresikan perasaan, menerima, dan menyesuaikan diri dengan kehilangan. -
Article No. 17100 | 11 May 2025
Klinis : HRP umur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi HRP umur:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O14.1
- Deskripsi: Pre-eklamsi berat
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.51
- Deskripsi: Pembedahan caesarea, tanpa sektio klasik
Penjelasan:
Kode ICD-10 O14.1 menunjukkan diagnosa pre-eklamsi berat, yang merupakan suatu kondisi medis pada kehamilan di mana terjadi peningkatan tekanan darah yang signifikan disertai dengan peningkatan kadar protein dalam urin. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius bagi ibu dan janin, sehingga memerlukan pemantauan dan penanganan medis yang tepat.
Kode ICD-9-CM 75.51 menunjukkan tindakan pembedahan caesarea, tanpa sektio klasik. Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan bayi dari rahim ibu melalui insisi di dinding perut dan uterus, tanpa melakukan insisi klasik pada uterus. Tindakan ini dapat menjadi pilihan dalam kasus pre-eklamsi berat untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Dalam penanganan kasus HRP umur, dokter atau perekam medis harus mencatat kode-kode diagnosis dan prosedur ini dengan tepat untuk dokumentasi medis yang akurat dan lengkap. -
Article No. 17101 | 11 May 2025
Klinis : post partum
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.9
- Deskripsi: Komplikasi pada masa nifas, tidak dispesifikasikan
Penjelasan:
Pasca persalinan atau post partum merujuk pada kondisi ibu setelah melahirkan bayi. Kode ICD-10 O90.9 digunakan untuk mengindikasikan komplikasi pada masa nifas yang tidak dispesifikasikan secara khusus. Kondisi ini dapat mencakup berbagai gejala atau komplikasi yang mungkin timbul selama masa pemulihan pasca persalinan, seperti infeksi, perdarahan, atau masalah lainnya yang memerlukan perawatan medis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk "post partum" sebagai prosedur atau tindakan medis.
Penjelasan:
Pada klasifikasi ICD-9-CM, tidak terdapat kode prosedur atau tindakan medis yang secara khusus mewakili kondisi "post partum". Penanganan kondisi post partum biasanya melibatkan berbagai tindakan atau prosedur medis yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, seperti pemantauan tanda vital, pemberian obat-obatan, penanganan komplikasi, dan lain-lain. Kode-kode prosedur yang mungkin digunakan akan bergantung pada tindakan spesifik yang dilakukan untuk menangani kondisi pasien pasca persalinan. -
Article No. 17102 | 11 May 2025
Klinis : partus pervaginam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi partus pervaginam.
1. Kode ICD-10:
- Kode: O80
- Deskripsi: Partus spontan, normal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Partus normal, tanpa komplikasi
Penjelasan:
Partus pervaginam atau persalinan normal melalui vagina merupakan proses kelahiran bayi yang terjadi tanpa adanya komplikasi atau intervensi medis yang signifikan. Kode ICD-10 O80 digunakan untuk mengidentifikasi partus spontan dan normal, sedangkan kode ICD-9-CM 72.1 merujuk pada prosedur partus normal tanpa komplikasi. Pengkodean ini penting untuk mendokumentasikan dengan tepat kondisi dan tindakan medis yang dilakukan selama proses persalinan normal.