Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17157 | 12 May 2025
Klinis : afek klien tampak labil, klien menunjukkan ekspreksi wajah yang berubah-ubah terggantung topik pembicaraan. tampak datar saat membicarakan kehidupan sehari-hari namun, menunjukkan afek marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya terkait gampang emosi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, salam sejahtera.
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu afek klien yang tampak labil dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah tergantung topik pembicaraan, serta menunjukkan afek marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya yang terkait dengan gampang emosi, maka Diagnosa Keperawatan yang tepat adalah:
1. Gangguan Proses Pikir (NANDA-I code: 00130)
Definisi: Pola gangguan dalam proses informasi, termasuk persepsi, pemikiran, ingatan, atau penalaran.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Gangguan Proses Pikir
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Ketenangan Pikir, Kemampuan Berpikir Jernih
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Gangguan Proses Pikir
2. Risiko Perilaku Kekerasan (NANDA-I code: 00138)
Definisi: Kemungkinan bertindak atau berperilaku dengan cara yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pengendalian Diri, Keamanan Lingkungan
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Perilaku Kekerasan
Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 17158 | 12 May 2025
Klinis : selama wawancara, klien tidak mau melakukan konteks mata ketika ditanya kehidupan sehari-hari. klien cenderung menghindar dan terlihat pasif. namun, ketika pembicaraan beralih topik emosi atas kemarahannya, klien menatap tajam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00051
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan secara lisan dengan cara yang dapat dipahami.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: L13008
Definisi: Kemampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan secara lisan dengan cara yang dapat dipahami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I13008
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi pertukaran informasi secara lisan antara individu, keluarga, dan/atau komunitas.
Penjelasan Singkat:
Klien menunjukkan gangguan dalam komunikasi verbal, ditandai dengan tidak mau melakukan kontak mata dan cenderung menghindar saat ditanya tentang kehidupan sehari-hari. Namun, ketika pembicaraan beralih ke topik emosi atas kemarahannya, klien menatap tajam dengan nada akademis dan persona pakar/perawat. Hal ini menunjukkan adanya kesulitan dalam menyampaikan dan menerima pesan secara lisan dengan cara yang dapat dipahami. -
Article No. 17159 | 12 May 2025
Klinis : selama wawancara, klien tidak mau melakukan konteks mata ketika ditanya kehidupan sehari-hari. klien cenderung menghindar dan terlihat pasif. namun, ketika pembicaraan beralih topik emosi atas kemarahannya, klien menatap tajam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Isolasi Sosial
Definisi: Pengalaman individu dan persepsi akan ketidakmampuan untuk berhubungan secara dekat atau bermakna dengan orang lain.
Karakteristik Definisi:
- Enggan melakukan kontak mata
- Cenderung menghindar
- Terlihat pasif
- Menatap tajam saat membicarakan emosi kemarahan
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Interaksi Sosial: Kemampuan individu untuk terlibat dalam hubungan yang bermakna dengan orang lain.
- Indikator:
1) Melakukan kontak mata yang sesuai
2) Berpartisipasi dalam percakapan
3) Mengungkapkan perasaan secara terbuka
4) Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
b. Manajemen Diri: Kemampuan individu untuk mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri.
- Indikator:
1) Mengenali dan mengungkapkan emosi secara tepat
2) Mengendalikan impuls dan perilaku maladaptif
3) Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Terapi Kelompok
- Tujuan: Memfasilitasi interaksi sosial dan pengembangan keterampilan komunikasi.
- Aktivitas: Diskusi kelompok, bermain peran, berbagi pengalaman.
b. Terapi Keluarga
- Tujuan: Melibatkan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan.
- Aktivitas: Edukasi kepada keluarga, konseling, pengembangan strategi dukungan.
c. Terapi Kognitif-Perilaku
- Tujuan: Membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku maladaptif.
- Aktivitas: Identifikasi distorsi kognitif, restrukturisasi kognitif, latihan relaksasi.
d. Manajemen Emosi
- Tujuan: Membantu klien mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi secara tepat.
- Aktivitas: Latihan pengendalian emosi, teknik manajemen kemarahan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Isolasi Sosial" sesuai dengan kondisi klien yang tidak mau melakukan kontak mata, cenderung menghindar, dan terlihat pasif. Namun, ketika pembicaraan beralih ke emosi kemarahannya, klien menatap tajam, menunjukkan adanya kesulitan dalam berinteraksi sosial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Interaksi Sosial dan Manajemen Diri. Interaksi Sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam terlibat dalam hubungan yang bermakna dengan orang lain, seperti melakukan kontak mata, berpartisipasi dalam percakapan, dan mengungkapkan perasaan secara terbuka. Manajemen Diri bertujuan untuk membantu klien mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri, seperti mengenali dan mengungkapkan emosi secara tepat, serta mengendalikan impuls dan perilaku maladaptif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup Terapi Kelompok, Terapi Keluarga, Terapi Kognitif-Perilaku, dan Manajemen Emosi. Terapi Kelompok dan Terapi Keluarga bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial dan dukungan sosial. Terapi Kognitif-Perilaku bertujuan untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku maladaptif. Manajemen Emosi bertujuan untuk membantu klien mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi secara tepat, khususnya dalam menangani emosi kemarahan.
Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial, mengelola emosinya dengan lebih baik, dan mencapai kemandirian dalam menjalani kehidupan sehari-hari. -
Article No. 17160 | 12 May 2025
Klinis : Penduduk di Desa Maju, dengan jumlah populasi 5500, dengan prosentase penduduk produktif 55%, lansia 15%, anak balita 30%. Menurut data puskesmas, Desa Maju mempunyai prosentase PTM lebih dari 60% untuk penyakit seperti Hipertensi, DM, Kanker, Jantung, dan PPOK. Polulasi desa ini mayoritas bekerja di ladang perkebunan dataran rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
Definisi: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00080)
Definisi: Tindakan yang tidak efektif untuk mengidentifikasi, mengendalikan, atau mengurangi ancaman terhadap kesehatan oleh individu, keluarga, atau masyarakat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Kode: NUT-01
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
Kode: AKT-01
Definisi: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00080)
Kode: MRT-01
Definisi: Tindakan yang tidak efektif untuk mengidentifikasi, mengendalikan, atau mengurangi ancaman terhadap kesehatan oleh individu, keluarga, atau masyarakat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Nutrisi: Adekuat (1004)
2. Toleransi Aktivitas (0005)
3. Manajemen Regimen Terapeutik (1622)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi (1100)
2. Manajemen Aktivitas (0200)
3. Edukasi Kesehatan (5510)
Penjelasan singkat:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002): Populasi desa dengan mayoritas bekerja di ladang perkebunan dataran rendah memiliki risiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Diperlukan intervensi manajemen nutrisi untuk memastikan pemenuhan nutrisi yang seimbang.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094): Dengan prevalensi PTM yang tinggi di desa, terdapat risiko intoleransi aktivitas yang perlu dikelola dengan baik. Intervensi manajemen aktivitas diperlukan untuk meningkatkan toleransi dan kemampuan beraktivitas.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00080): Tingginya prevalensi PTM di desa menunjukkan perlunya edukasi kesehatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola regimen terapeutik penyakit kronis mereka. -
Article No. 17161 | 12 May 2025
Klinis : Seorang pasien pria berusia 45 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan nyeri punggung bawah yang parah yang dimulai tiga hari yang lalu setelah mengangkat benda berat di tempat kerja. Dia menggambarkan rasa sakitnya sebagai rasa sakit yang konstan dan tajam yang menjalar ke kaki kanannya, dengan nilai 8 dari 10 pada skala nyeri. Dia menyatakan bahwa rasa sakitnya memburuk saat bergerak dan berdiri tetapi sedikit membaik saat berbaring. Pada saat pengkajian, perawat mengamati bahwa pasien meringis, memiliki postur tubuh yang kaku, dan bergerak dengan hati-hati sambil memegangi punggung bawahnya. Tanda-tanda vitalnya menunjukkan tekanan darah yang sedikit meningkat yaitu 140/88 mmHg dan denyut jantung 98 bpm. Palpasi pada punggung bawah menunjukkan adanya nyeri tekan, dan pasien memiliki rentang gerak yang terbatas. Perawat juga mencatat adanya kejang otot di daerah lumbal dan tes angkat kaki lurus yang positif, yang mengindikasikan kemungkinan keterlibatan saraf skiatik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut (NANDA-I: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
2. Gangguan mobilitas fisik (NANDA-I: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan bebas (independen) pada tubuh atau salah satu atau lebih ekstremitas.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis Keperawatan:
- Nyeri akut: 00132
- Gangguan mobilitas fisik: 00085
- Definisi sesuai dengan NANDA-I.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran Keperawatan:
- Nyeri akut: 1410 - Kontrol Nyeri
- Gangguan mobilitas fisik: 0208 - Mobilitas
- Definisi luaran sesuai dengan pengukuran hasil keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi Keperawatan:
- Nyeri akut: 3400 - Manajemen Nyeri
- Gangguan mobilitas fisik: 0200 - Peningkatan Mobilitas
- Definisi intervensi sesuai dengan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang ditetapkan berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan standar dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 17162 | 12 May 2025
Klinis : Seorang pasien pria berusia 45 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan nyeri punggung bawah yang parah yang dimulai tiga hari yang lalu setelah mengangkat benda berat di tempat kerja. Dia menggambarkan rasa sakitnya sebagai rasa sakit yang konstan dan tajam yang menjalar ke kaki kanannya, dengan nilai 8 dari 10 pada skala nyeri. Dia menyatakan bahwa rasa sakitnya memburuk saat bergerak dan berdiri tetapi sedikit membaik saat berbaring. Pada saat pengkajian, perawat mengamati bahwa pasien meringis, memiliki postur tubuh yang kaku, dan bergerak dengan hati-hati sambil memegangi punggung bawahnya. Tanda-tanda vitalnya menunjukkan tekanan darah yang sedikit meningkat yaitu 140/88 mmHg dan denyut jantung 98 bpm. Palpasi pada punggung bawah menunjukkan adanya nyeri tekan, dan pasien memiliki rentang gerak yang terbatas. Perawat juga mencatat adanya kejang otot di daerah lumbal dan tes angkat kaki lurus yang positif, yang mengindikasikan kemungkinan keterlibatan saraf skiatik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus tersebut:
### **Diagnosa Keperawatan**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00032)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Cedera muskuloskeletal (pengangkatan benda berat)
- Kompresi saraf skiatik (tes SLR positif)
- Spasme otot lumbal
**Karakteristik Utama:**
- Nyeri punggung bawah dengan skala 8/10
- Nyeri menjalar ke ekstremitas bawah kanan
- Gerakan memperburuk nyeri
- Ekspresi wajah meringis, postur kaku, dan gerakan terbatas
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Luaran:** **Kontrol Nyeri (SLKI Code: 1403)**
**Indikator:**
- Skala nyeri menurun (target ≤3/10)
- Ekspresi wajah rileks
- Postur tubuh membaik
- Gerakan lebih leluasa
- Tidak ada tanda-tanda distres (mis., TD dan nadi dalam batas normal)
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Intervensi Utama:** **Manajemen Nyeri (SIKI Code: 5614)**
**Aktivitas:**
1. **Kaji karakteristik nyeri** (lokasi, intensitas, faktor pencetus, dan faktor pereda).
2. **Ajarkan teknik relaksasi** (napas dalam, guided imagery).
3. **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai protokol (NSAID atau relaksan otot jika diperlukan).
4. **Posisikan pasien nyaman** (mis., berbaring dengan bantal penyangga lutut).
5. **Terapi kompres hangat** pada area spasme otot.
6. **Edukasi pasien** tentang mekanika tubuh yang benar dan aktivitas yang harus dihindari.
**Intervensi Tambahan:**
- **Latihan Rentang Gerak (SIKI Code: 0204)** untuk mencegah kekakuan.
- **Dukungan Emosional (SIKI Code: 5274)** untuk mengurangi kecemasan akibat nyeri.
---
### **Penjelasan Singkat**
- **SDKI (00032: Nyeri Akut)** digunakan karena nyeri muncul tiba-tiba dengan durasi <3 bulan dan terkait cedera fisik.
- **SLKI (1403: Kontrol Nyeri)** menjadi luaran utama untuk memastikan nyeri berkurang dan fungsi mobilitas membaik.
- **SIKI (5614: Manajemen Nyeri)** mencakup tindakan farmakologis dan non-farmakologis sesuai evidence-based practice.
**Catatan:** Jika terdapat defisit neurologis (mis., kelemahan kaki atau inkontinensia), diagnosa tambahan seperti **Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI Code: 00085)** perlu dipertimbangkan.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template dokumentasi keperawatan di instansi terkait.)* -
Article No. 17163 | 12 May 2025
Klinis : datang dengan keluhan kejang 2 x, diigd 1 x, demam sejak 3 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.8
- Deskripsi: Kejang lainnya, termasuk kejang fungsional.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.77
- Deskripsi: Intubasi endotrakeal, termasuk penggunaan bronkoskop.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R56.8 (Kejang lainnya, termasuk kejang fungsional) digunakan untuk menegakkan diagnosis kejang yang dialami pasien. Kejang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, demam, atau kondisi neurologis lainnya.
- Jika pasien diintubasi selama perawatan, maka kode ICD-9-CM 99.77 (Intubasi endotrakeal, termasuk penggunaan bronkoskop) dapat digunakan untuk mencatat prosedur medis tersebut. Intubasi endotrakeal dilakukan untuk membantu mengelola jalan napas dan ventilasi pasien.
Mohon diperhatikan bahwa kode-kode ini hanya menjadi panduan awal. Penegakan diagnosis dan pemilihan kode yang tepat harus dilakukan oleh dokter atau perekam medis yang berwenang, dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan, riwayat, dan kondisi klinis pasien secara keseluruhan. -
Article No. 17164 | 12 May 2025
Klinis : datang dengan keluhan kejang 2 x, diigd 1 x, demam sejak 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dengan keluhan kejang 2 x, diigd 1 x, demam sejak 3 hari, maka berikut adalah kemungkinan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dan kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan: Resiko Penurunan Perfusi Serebral
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00202
Definisi: Risiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat menyebabkan disfungsi serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00401
Definisi: Keadaan dimana individu menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang mengindikasikan perfusi serebral yang memadai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00063
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengatasi penurunan perfusi serebral.
2. Diagnosa Keperawatan: Hipertermi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00004
Definisi: Keadaan dimana individu menunjukkan suhu tubuh normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00006
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Resiko Penurunan Perfusi Serebral dan Hipertermi dipilih berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu kejang dan demam. Diagnosa tersebut memiliki kode dan definisi yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 17165 | 12 May 2025
Klinis : ## Analisis Data Fungsi Sensori Penglihatan dan Pendengaran ### 1. Fungsi Sensori Penglihatan **Data Subjektif (DS):** - Klien mengalami kesulitan dalam melihat baik jarak jauh maupun dekat. - Klien mengaku telah menggunakan kacamata, tetapi saat ini tidak memilikinya. **Data Objektif (DO):** - Lensa mata kiri tampak keruh. - Visus mata kanan: 3/60, mata kiri: 2/60. - Pemeriksaan menunjukkan tidak ada pembengkakan pada palpebral dan konjungtiva. **Analisis:** - Kesulitan penglihatan yang dialami klien dapat disebabkan oleh keruhnya lensa, yang mungkin mengindikasikan katarak atau masalah refraksi. Visus yang rendah menunjukkan adanya gangguan serius dalam fungsi penglihatan, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan keselamatan klien. ### 2. Fungsi Sensori Pendengaran **Data Subjektif (DS):** - Klien tidak dapat mendengar dengan baik, dengan kemampuan pendengaran telinga kanan lebih baik daripada telinga kiri. **Data Objektif (DO):** - Tidak ada temuan fisik yang jelas, tetapi klien sulit berkomunikasi dengan orang lain akibat gangguan pendengaran. **Analisis:** - Gangguan pendengaran yang dialami klien mungkin disebabkan oleh faktor usia atau kerusakan pada struktural telinga. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam berinteraksi sosial dan mengurangi kualitas hidup klien. Keterbatasan dalam komunikasi dapat menyebabkan isolasi sosial dan berkurangnya dukungan emosional.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan analisis data yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Penglihatan
- SDKI: Gangguan Penglihatan (10020)
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami penurunan tajam penglihatan, perubahan lapang pandang, atau perubahan lainnya dalam fungsi visual.
- SLKI: Pemulihan Penglihatan (20016)
- Definisi: Upaya individu untuk memulihkan fungsi penglihatan yang terganggu.
- SIKI: Manajemen Penglihatan (30016)
- Definisi: Tindakan perawat untuk membantu individu mengatasi gangguan penglihatan dan memaksimalkan fungsi visual.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pendengaran
- SDKI: Gangguan Pendengaran (10019)
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami penurunan kemampuan mendengar, yang dapat menghambat komunikasi dan interaksi.
- SLKI: Pemulihan Pendengaran (20015)
- Definisi: Upaya individu untuk memulihkan fungsi pendengaran yang terganggu.
- SIKI: Manajemen Pendengaran (30015)
- Definisi: Tindakan perawat untuk membantu individu mengatasi gangguan pendengaran dan memaksimalkan fungsi pendengaran.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan aspek-aspek penting terkait gangguan penglihatan dan pendengaran, seperti penyebab, dampak terhadap fungsi dan aktivitas sehari-hari, serta upaya rehabilitasi dan kompensasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. -
Article No. 17166 | 12 May 2025
Klinis : ## Analisis Data Fungsi Sensori Penglihatan dan Pendengaran ### 1. Fungsi Sensori Penglihatan **Data Subjektif (DS):** - Klien mengalami kesulitan dalam melihat baik jarak jauh maupun dekat. - Klien mengaku telah menggunakan kacamata, tetapi saat ini tidak memilikinya. **Data Objektif (DO):** - Lensa mata kiri tampak keruh. - Visus mata kanan: 3/60, mata kiri: 2/60. - Pemeriksaan menunjukkan tidak ada pembengkakan pada palpebral dan konjungtiva. **Analisis:** - Kesulitan penglihatan yang dialami klien dapat disebabkan oleh keruhnya lensa, yang mungkin mengindikasikan katarak atau masalah refraksi. Visus yang rendah menunjukkan adanya gangguan serius dalam fungsi penglihatan, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan keselamatan klien. ### 2. Fungsi Sensori Pendengaran **Data Subjektif (DS):** - Klien tidak dapat mendengar dengan baik, dengan kemampuan pendengaran telinga kanan lebih baik daripada telinga kiri. **Data Objektif (DO):** - Tidak ada temuan fisik yang jelas, tetapi klien sulit berkomunikasi dengan orang lain akibat gangguan pendengaran. **Analisis:** - Gangguan pendengaran yang dialami klien mungkin disebabkan oleh faktor usia atau kerusakan pada struktural telinga. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam berinteraksi sosial dan mengurangi kualitas hidup klien. Keterbatasan dalam komunikasi dapat menyebabkan isolasi sosial dan berkurangnya dukungan emosional.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan analisis data yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Penglihatan (00132)
- SDKI: Pengurangan atau kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas dan/atau nyaman.
- SLKI: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas visual sehari-hari dengan baik.
- SIKI: Intervensi untuk membantu klien mengatasi atau menyesuaikan diri dengan gangguan penglihatan.
b. Gangguan Pendengaran (00124)
- SDKI: Pengurangan atau kehilangan kemampuan untuk mendengar suara dengan jelas.
- SLKI: Ketidakmampuan untuk mendengar dan memproses informasi verbal dengan baik.
- SIKI: Intervensi untuk membantu klien mengatasi atau menyesuaikan diri dengan gangguan pendengaran.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Penglihatan (00132):
- Kode SDKI: 00132
- Definisi: Pengurangan atau kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas dan/atau nyaman.
- Klien mengalami kesulitan dalam melihat baik jarak jauh maupun dekat, yang disebabkan oleh keruhnya lensa mata (kemungkinan katarak atau masalah refraksi) dan visus yang rendah. Hal ini dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan keselamatan klien.
2. Gangguan Pendengaran (00124):
- Kode SDKI: 00124
- Definisi: Pengurangan atau kehilangan kemampuan untuk mendengar suara dengan jelas.
- Klien tidak dapat mendengar dengan baik, dengan kemampuan pendengaran telinga kanan lebih baik daripada telinga kiri. Gangguan pendengaran ini mungkin disebabkan oleh faktor usia atau kerusakan pada struktur telinga, dan dapat menyebabkan kesulitan dalam berinteraksi sosial serta mengurangi kualitas hidup klien.