Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17229 | 13 May 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 23 tahun, datang dengan keluhan batuk kering 2 hari,flu, demam, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan suhu 38 derajat, mual , muntah badan pegal,pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya gejala batuk kering, flu, dan demam. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan pasien.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Pasien mengalami kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
3. Nyeri Akut
Pasien mengalami gejala pegal-pegal di badan dan pusing, yang dapat menunjukkan adanya nyeri akut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil:
- Batuk produktif
- Tidak ada sianosis
- Pola napas normal
- Tidak ada ronki/wheezing
2. Status Nutrisi Membaik
Kriteria hasil:
- Asupan nutrisi adekuat
- Tidak ada mual/muntah
- Tidak ada penurunan berat badan
3. Kontrol Nyeri
Kriteria hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi skala nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
- Pasien melaporkan nyeri terkontrol
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Auskultasi suara napas dan batuk
- Berikan hidrasi yang adekuat
- Berikan terapi oksigen jika diperlukan
- Anjurkan teknik batuk efektif
- Berikan obat-obatan sesuai resep
2. Status Nutrisi Membaik
- Nilai status gizi pasien
- Berikan nutrisi enteral jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mudah dicerna
- Berikan anti-mual dan anti-muntah sesuai resep
3. Kontrol Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri pasien
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin
- Berikan analgesik sesuai resep
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri yang efektif
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga kondisi kesehatannya dapat membaik. Tone dalam penjelasan ini adalah akademis, persona pakar, dan nurse. -
Article No. 17231 | 13 May 2025
Klinis : Seorang lelaki berusia 35 tahun dilarikan ke UGD RS Trauma Bahagia setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Saksi mengatakan korban menabrak truk yang datang dari arah berlawanan, korban juga dikatakan terpental dari motornya dan sempat tidak sadarkan diri. Hasil pengkajian didapatkan suara nafas gurgling karena darah, luka laserasi pada mulut, tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit lemah, frekuensi nafas 30 x/menit, suhu 35,7oC, nafas pasien gasping, fraktur pada radius ulna kanan, saat dibuka bajunya tampak jejas dan kebiruan di abdomen region kanan atas dan bawah, distensi abdomen (+), GCS E2V3M3.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis yang dapat saya berikan terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Pasien mengalami gangguan pernapasan yang ditandai dengan suara napas gurgling karena darah, nafas gasping, dan frekuensi napas yang cepat (30x/menit). Hal ini mengindikasikan adanya gangguan dalam proses pertukaran gas di paru-paru.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Pasien mengalami cedera yang mengakibatkan distensi abdomen, jejas, dan kebiruan di abdomen. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam perfusi jaringan di area tersebut.
3. Risiko Syok
Tanda-tanda pasien yang mengarah pada syok hipovolemik adalah tekanan darah rendah (100/60 mmHg), nadi lemah (110x/menit), dan suhu rendah (35,7°C). Hal ini mengindikasikan adanya risiko syok yang harus segera ditangani.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Efektif
Setelah diberikan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan fungsi pernapasan yang efektif, dengan nilai-nilai vital yang stabil, serta tidak ada tanda-tanda gangguan pertukaran gas.
2. Perfusi Jaringan Adekuat
Diharapkan setelah intervensi, tanda-tanda kerusakan jaringan seperti distensi abdomen, jejas, dan kebiruan berangsur-angsur membaik, menandakan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Terhindar dari Syok
Pasien diharapkan dapat mempertahankan nilai-nilai vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan suhu, sehingga terhindar dari kondisi syok.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Gangguan Pertukaran Gas:
a. Berikan oksigen melalui alat bantu pernapasan yang sesuai
b. Pantau keadaan pernapasan dan nilai-nilai vital terkait
c. Kaji dan atasi penyebab gangguan pertukaran gas (misalnya, perdarahan)
2. Untuk Ketidakefektifan Perfusi Jaringan:
a. Kaji tanda-tanda kerusakan jaringan dan lakukan perawatan luka yang tepat
b. Pantau tanda-tanda vital dan cairan tubuh
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk menangani cedera dan memulihkan perfusi jaringan
3. Untuk Risiko Syok:
a. Pantau tanda-tanda vital secara ketat
b. Berikan cairan intravena untuk mempertahankan volume darah
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab syok (misalnya, perdarahan)
d. Siapkan tindakan darurat jika terjadi penurunan kondisi yang mengarah pada syok
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika masih ada hal yang perlu diklarifikasi. -
Article No. 17232 | 13 May 2025
Klinis : Lili, ners muda dari FKp UNRI sedang berbincang dengan keluarga pasien kelolaannya (Lala, 28 tahun) yang berkunjung ke ruang Indragiri RSJ Tampan. Keluarga mengatakan sejak usia sekitar 19 tahun Lala mengalami masalah kejiwaan. Lala adalah anak pertama yang lahir melalui operasi sectio caesaria dan premature. Lala cukup lemah secara akademik sehingga pernah tinggal kelas saat SD, sering mendapat ejekan, merasa minder, dan terakhir mengalami kegagalan saat UTBK masuk PTN sesuai keinginannya. Akibatnya Lala mengalami masalah kejiwaan dan dokter puskesmas memberinya Amitriptyline 3 x75 mg. Lala berhasil melewati masa sulitnya dan masuk kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta. Lala kembali mengalami banyak stressor ditahun kedua perkuliahannya sehingga gejala masalah kejiwaannya muncul kembali. Sejak itu Lala beberapa kali dirawat di RSJ dan mendapatkan obat-obat seperti Amitriptyline, chlorpromazine, haloperidol, dan stelazine. Keluarga Lala menyatakan selalu memotivasi Lala untuk minum obat secara teratur, namun kadang-kadang Lala menolak minum obat dengan alasan bosan, minum obat membuatnya mengantuk, dan badan terasa kaku dan tegang. Saat ini kondisi Lala cukup memprihatinkan, Lala masih sering murung, afek datar/tumpul, berjalan dan gerakan psikomotor lambat, serta jari jemarinya tremor. Lala mengalami gangguan estrapiramidal dan hipotensi ortostatik sebagai efek samping obat yang dikonsumsinya selama ini. Lili dan perawat penanggung jawab perawatan Lala menyusun sejumlah rencana tindakan untuk mengatasi kondisi Lala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi Lala:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Perilaku Kekerasan (NANDA-I kode: 00138)
Definisi: Risiko terjadinya perilaku yang menunjukkan kekuatan dan energi yang destruktif, baik secara verbal maupun fisik, yang mungkin membahayakan diri sendiri dan orang lain.
b. Ketidakefektifan Terapi (NANDA-I kode: 00078)
Definisi: Respons individual terhadap pengobatan atau terapi yang tidak konsisten dengan tujuan yang diharapkan.
c. Gangguan Pola Tidur (NANDA-I kode: 00198)
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Risiko Perilaku Kekerasan (SDKI kode: 12027)
Definisi: Kondisi individu dengan potensi untuk melakukan tindakan berbahaya secara fisik, verbal, atau psikologis terhadap diri sendiri atau orang lain.
b. Ketidakefektifan Terapi (SDKI kode: 12032)
Definisi: Kondisi individu dengan respon yang tidak konsisten dengan tujuan terapi yang diharapkan.
c. Gangguan Pola Tidur (SDKI kode: 12031)
Definisi: Kondisi individu dengan perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Risiko Perilaku Kekerasan (SLKI kode: 24022)
Definisi: Pencapaian individu untuk mencegah perilaku berbahaya secara fisik, verbal, atau psikologis terhadap diri sendiri atau orang lain.
b. Kepatuhan Terapi (SLKI kode: 24009)
Definisi: Pencapaian individu untuk mengikuti rencana terapi yang direkomendasikan.
c. Pola Tidur Efektif (SLKI kode: 24023)
Definisi: Pencapaian individu untuk mempertahankan pola tidur yang memenuhi kebutuhan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Perilaku Kekerasan (SIKI kode: 03032)
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
b. Peningkatan Kepatuhan Terapi (SIKI kode: 03023)
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mendukung individu dalam mengikuti rencana terapi yang direkomendasikan.
c. Manajemen Gangguan Tidur (SIKI kode: 03031)
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mempertahankan pola tidur yang efektif. -
Article No. 17233 | 13 May 2025
Klinis : DS: Px mengatakan sesak DO: Px tampak sesak RR: 30x/menit Frekuensi napas berubah Pola Napas berubah Wheezing(-) dan Ronchi (++-/+--)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (10001)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pembersihan saluran napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Judul: Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pembersihan saluran napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 11001
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pembersihan dan pemeliharaan saluran napas yang efektif.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien menunjukkan gejala sesak napas dengan frekuensi napas yang meningkat (30x/menit) serta pola napas yang berubah. Adanya bunyi napas ronki mengindikasikan adanya hambatan pada jalan napas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang mana pasien tidak dapat mempertahankan pembersihan saluran napas untuk memfasilitasi pertukaran gas dengan baik.
Fokus intervensi keperawatan adalah Manajemen Jalan Napas, yang meliputi tindakan untuk memfasilitasi pembersihan dan pemeliharaan saluran napas yang efektif, seperti pemberian oksigen, suction, dan lain-lain, sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 17234 | 13 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, berikut saya berikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan, obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Faktor yang berhubungan: Kelemahan, keletihan, penurunan kekuatan, dan perubahan pada fisiologis.
3. Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan: Anoreksia, mual, kesulitan menelan, kehilangan selera makan.
Luaran/Output SLKI:
1. Bersihan jalan napas efektif
- Jalan napas paten
- Tidak ada suara napas abnormal
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
2. Toleransi aktivitas meningkat
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Tingkat kelelahan menurun
- Tidak ada sesak napas saat aktivitas
3. Status nutrisi membaik
- Berat badan stabil atau meningkat
- Asupan nutrisi adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen jalan napas
- Monitoring tanda-tanda vital dan status pernapasan
- Berikan posisi yang nyaman untuk memudahkan pernapasan
- Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen energi
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Ajarkan teknik latihan fisik yang tepat
- Pantau tanda-tanda kelelahan selama aktivitas
3. Manajemen nutrisi
- Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Dorong peningkatan asupan makanan dan cairan
- Berikan suplemen nutrisi jika dibutuhkan
Penjelasan rinci:
Pasien dengan dugaan tuberkulosis paru memerlukan penanganan komprehensif yang mencakup manajemen jalan napas, peningkatan toleransi aktivitas, dan perbaikan status nutrisi. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, intoleransi aktivitas, dan gangguan nutrisi. Luaran yang diharapkan adalah pemulihan fungsi pernapasan, peningkatan toleransi aktivitas, dan perbaikan status nutrisi. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen energi, dan manajemen nutrisi secara kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 17152 | 12 May 2025
Klinis : Ny. NKS, seorang perempuan berusia 31 tahun, bekerja sebagai bidan di Puskesmas Kabanjahe. Ia telah bekerja selama beberapa tahun dengan jam kerja rutin dari Senin hingga Sabtu pukul 08.00–14.00. Dalam menjalankan pekerjaannya, Ny. NKS mengaku sering mengalami kelelahan fisik, terutama akibat aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama. Ia juga melaporkan pernah mengalami nyeri di bagian punggung dan bahu, serta merasa sulit berkonsentrasi saat kelelahan setelah shift panjang. Selain itu, Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan menghirup bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja, meskipun ia menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan. Ia memahami risiko bahan kimia dan menggunakan ventilasi yang cukup di ruang kerjanya, namun tetap mengalami paparan dalam beberapa kesempatan. Secara psikologis, Ny. NKS merasa pekerjaannya kadang menimbulkan stres akibat tekanan kerja serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Meski ia memiliki strategi untuk menjaga keseimbangan emosional, tuntutan pekerjaan yang tinggi tetap memengaruhi kondisi mental dan fisiknya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa Ny. NKS mengalami beberapa masalah kesehatan terkait dengan pekerjaannya sebagai bidan di Puskesmas Kabanjahe. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Nyeri punggung bagian bawah (low back pain)
- Kode: M25.51
- Deskripsi: Nyeri bahu
- Kode: Z56.6
- Deskripsi: Masalah dengan kondisi kerja
- Kode: F43.2
- Deskripsi: Gangguan penyesuaian, dengan campuran gangguan emosi dan perilaku
- Kode: T52.9
- Deskripsi: Keracunan bahan kimia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Fisioterapi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10:
- M54.5 (Nyeri punggung bagian bawah): Ny. NKS melaporkan mengalami nyeri di bagian punggung, yang dapat disebabkan oleh aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama.
- M25.51 (Nyeri bahu): Ny. NKS juga melaporkan mengalami nyeri di bagian bahu, yang dapat terkait dengan aktivitas kerja yang membebani bagian tubuh tersebut.
- Z56.6 (Masalah dengan kondisi kerja): Ny. NKS mengalami kelelahan fisik dan stres akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi, serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja.
- F43.2 (Gangguan penyesuaian, dengan campuran gangguan emosi dan perilaku): Kondisi mental Ny. NKS terpengaruh oleh tekanan kerja yang tinggi, yang dapat memengaruhi kondisi emosional dan perilakunya.
- T52.9 (Keracunan bahan kimia, tidak diklasifikasikan di tempat lain): Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan paparan bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- 93.90 (Fisioterapi, tidak diklasifikasikan di tempat lain): Ny. NKS mungkin memerlukan intervensi fisioterapi untuk mengatasi nyeri punggung dan bahu yang dialaminya. -
Article No. 17153 | 12 May 2025
Klinis : Ny. NKS, seorang perempuan berusia 31 tahun, bekerja sebagai bidan di Puskesmas Kabanjahe. Ia telah bekerja selama beberapa tahun dengan jam kerja rutin dari Senin hingga Sabtu pukul 08.00–14.00. Dalam menjalankan pekerjaannya, Ny. NKS mengaku sering mengalami kelelahan fisik, terutama akibat aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama. Ia juga melaporkan pernah mengalami nyeri di bagian punggung dan bahu, serta merasa sulit berkonsentrasi saat kelelahan setelah shift panjang. Selain itu, Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan menghirup bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja, meskipun ia menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan. Ia memahami risiko bahan kimia dan menggunakan ventilasi yang cukup di ruang kerjanya, namun tetap mengalami paparan dalam beberapa kesempatan. Secara psikologis, Ny. NKS merasa pekerjaannya kadang menimbulkan stres akibat tekanan kerja serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Meski ia memiliki strategi untuk menjaga keseimbangan emosional, tuntutan pekerjaan yang tinggi tetap memengaruhi kondisi mental dan fisiknya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kelelahan fisik (Fatigue)
Definisi: Pengalaman subyektif akan kurangnya energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury)
Definisi: Berisiko mengalami kerusakan struktural atau fungsional pada bagian punggung.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition)
Definisi: Penurunan kemampuan berpikir, belajar, dan/atau memecahkan masalah.
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure)
Definisi: Berisiko terkena bahaya dari bahan kimia berbahaya.
5. Stres (Stress)
Definisi: Pengalaman subyektif dan objektif tentang ketegangan, tekanan, atau kesulitan yang melebihi kemampuan koping individu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue)
- Peningkatan Energi
- Pemulihan Energi
- Toleransi Aktivitas
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury)
- Manajemen Nyeri Punggung
- Peningkatan Mobilitas Punggung
- Pengendalian Faktor Risiko
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition)
- Peningkatan Fungsi Kognitif
- Peningkatan Konsentrasi
- Pemulihan Kognitif
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure)
- Pencegahan Paparan Bahan Kimia
- Pengendalian Faktor Risiko
- Peningkatan Penggunaan APD
5. Stres (Stress)
- Penurunan Tingkat Stres
- Peningkatan Koping
- Peningkatan Stabilitas Emosi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue)
- Manajemen Energi
- Aktivitas Terapi
- Dukungan Spiritual
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury)
- Manajemen Nyeri
- Latihan Fisik
- Ergonomi Kerja
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition)
- Stimulasi Kognitif
- Manajemen Lingkungan
- Edukasi
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure)
- Manajemen Lingkungan Kerja
- Penggunaan APD
- Edukasi Keselamatan Kerja
5. Stres (Stress)
- Manajemen Stres
- Terapi Relaksasi
- Konseling
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan Fisik (Fatigue): Ny. NKS mengalami kelelahan fisik akibat aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama. Kelelahan ini dapat berdampak pada kemampuan fisik dan mental Ny. NKS.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury): Ny. NKS sering mengalami nyeri di bagian punggung dan bahu, yang dapat disebabkan oleh aktivitas kerja yang melelahkan dan tidak ergonomis. Risiko cedera punggung perlu diantisipasi untuk mencegah dampak yang lebih serius.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition): Ny. NKS merasa sulit berkonsentrasi saat kelelahan setelah shift panjang. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, belajar, dan pemecahan masalah dalam pekerjaannya.
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure): Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan menghirup bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja, meskipun ia menggunakan APD. Risiko paparan bahan kimia perlu diatasi untuk mencegah dampak kesehatan yang lebih buruk.
5. Stres (Stress): Ny. NKS merasa pekerjaannya kadang menimbulkan stres akibat tekanan kerja serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Stres dapat memengaruhi kondisi mental dan fisik Ny. NKS.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue): Diharapkan terjadi peningkatan energi, pemulihan energi, dan toleransi aktivitas Ny. NKS setelah mendapatkan asuhan keperawatan.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury): Diharapkan terjadi manajemen nyeri punggung, peningkatan mobilitas punggung, dan pengendalian faktor risiko untuk mencegah cedera punggung pada Ny. NKS.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition): Diharapkan terjadi peningkatan fungsi kognitif, peningkatan konsentrasi, dan pemulihan kognitif Ny. NKS setelah intervensi keperawatan.
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure): Diharapkan terjadi pencegahan paparan bahan kimia, pengendalian faktor risiko, dan peningkatan penggunaan APD oleh Ny. NKS.
5. Stres (Stress): Diharapkan terjadi penurunan tingkat stres, peningkatan koping, dan peningkatan stabilitas emosi Ny. NKS setelah mendapatkan intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue):
- Manajemen Energi: Mengidentifikasi dan mengelola faktor yang memengaruhi energi Ny. NKS.
- Aktivitas Terapi: Memberikan aktivitas yang dapat memulihkan energi Ny. NKS.
- Dukungan Spiritual: Memberikan dukungan spiritual untuk meningkatkan kesejahteraan Ny. NKS.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury):
- Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri punggung dan bahu yang dialami Ny. NKS.
- Latihan Fisik: Memberikan latihan fisik yang dapat meningkatkan mobilitas dan kekuatan punggung Ny. NKS.
- Ergonomi Kerja: Mengoptimalkan posisi dan peralatan kerja Ny. NKS agar lebih ergonomis.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition):
- Stimulasi Kognitif: Memberikan aktivitas yang dapat meningkatkan fungsi kognitif Ny. NKS.
- Manajemen Lingkungan: Mengoptimalkan lingkungan kerja Ny. NKS agar mendukung konsentrasi.
- Edukasi: Memberikan edukasi tentang strategi untuk meningkatkan fung -
Article No. 17154 | 12 May 2025
Klinis : Ny. SP, seorang perempuan berusia 56 tahun, bekerja sebagai pemilik usaha katering rumahan (RM. Purnama) yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur. Ia bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari Senin sampai Jumat. Dalam pekerjaannya, Ny. SP sering mengalami kelelahan fisik, terutama saat memasak dalam porsi besar tanpa cukup waktu istirahat. Ia juga pernah mengalami nyeri punggung karena berdiri lama, serta pegal-pegal akibat mengangkat beban berat lebih dari 10 kg. Selain itu, ia melaporkan pernah terkena percikan minyak dan cedera ringan karena peralatan tajam di dapur. Ventilasi yang kurang maksimal dan paparan asap atau uap juga pernah menyebabkan gangguan pernapasan ringan. Ny. SP juga mengeluhkan stres akibat tenggat waktu yang ketat serta kecemasan terhadap risiko kecelakaan kerja di dapur.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Ny. SP yang diuraikan, berikut adalah diagnostik keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan Fisik
- Definisi: Ketidakmampuan berkelanjutan untuk mempertahankan kinerja fisik yang diinginkan akibat dari ketidakseimbangan antara energi yang dikeluarkan dan energi yang didapatkan.
- Faktor Terkait: Aktivitas fisik yang berlebihan, durasi tidur yang tidak adekuat.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan cara yang memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Faktor Terkait: Paparan asap atau uap.
3. Risiko Cedera
- Definisi: Berisiko mengalami kerusakan fisik akibat interaksi antara individu dengan lingkungan.
- Faktor Terkait: Paparan terhadap peralatan tajam, paparan terhadap percikan minyak panas.
4. Stres Akibat Peran
- Definisi: Perasaan tertekan yang berkelanjutan akibat tuntutan peran.
- Faktor Terkait: Tenggat waktu yang ketat, risiko kecelakaan kerja di dapur.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Pemulihan Kelelahan Fisik
- Kriteria: Klien mampu mempertahankan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Indikator: Tingkat energi meningkat, kemampuan beraktivitas meningkat.
2. Pola Napas Efektif
- Kriteria: Klien dapat bernapas dengan cara yang memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Indikator: Frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Pencegahan Cedera
- Kriteria: Klien mampu mengenali dan mencegah risiko cedera di lingkungan kerja.
- Indikator: Tidak terjadi cedera, klien menggunakan alat pelindung diri dengan benar.
4. Kontrol Stres
- Kriteria: Klien mampu mengelola stres akibat tuntutan peran.
- Indikator: Tingkat kecemasan menurun, klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap tuntutan peran.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Kelelahan
- Identifikasi penyebab kelelahan
- Atur jadwal istirahat dan tidur yang adekuat
- Ajarkan teknik manajemen energi
- Berikan edukasi tentang nutrisi yang dapat meningkatkan energi
2. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi pola napas
- Berikan edukasi tentang teknik bernapas yang efektif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan ventilasi
3. Pencegahan Cedera
- Identifikasi potensi risiko cedera di lingkungan kerja
- Edukasi tentang penggunaan alat pelindung diri yang benar
- Kolaborasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan keamanan lingkungan kerja
4. Manajemen Stres
- Identifikasi sumber stres dan dampaknya pada klien
- Ajarkan teknik manajemen stres (relaksasi, time management, dll.)
- Berikan dukungan emosional dan kolaborasi dengan konselor jika diperlukan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh Ny. SP. Sebagai perawat, saya akan berupaya untuk mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan ini secara sistematis dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang optimal bagi klien. -
Article No. 17155 | 12 May 2025
Klinis : Ny. SP, seorang perempuan berusia 56 tahun, bekerja sebagai pemilik usaha katering rumahan (RM. Purnama) yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur. Ia bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari Senin sampai Jumat. Dalam pekerjaannya, Ny. SP sering mengalami kelelahan fisik, terutama saat memasak dalam porsi besar tanpa cukup waktu istirahat. Ia juga pernah mengalami nyeri punggung karena berdiri lama, serta pegal-pegal akibat mengangkat beban berat lebih dari 10 kg. Selain itu, ia melaporkan pernah terkena percikan minyak dan cedera ringan karena peralatan tajam di dapur. Ventilasi yang kurang maksimal dan paparan asap atau uap juga pernah menyebabkan gangguan pernapasan ringan. Ny. SP juga mengeluhkan stres akibat tenggat waktu yang ketat serta kecemasan terhadap risiko kecelakaan kerja di dapur. bikin 3 diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan Fisik
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Energi: Klien mampu mempertahankan pola istirahat yang adekuat dan menunjukkan peningkatan kemampuan fisik serta upaya pemenuhan aktivitas sehari-hari.
2. Vitalitas: Klien mampu menunjukkan peningkatan energi dan kebugaran untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Energi: Membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang dapat menyebabkan kelelahan dan mengatur ulang pola aktivitas serta istirahat.
2. Terapi Relaksasi: Memfasilitasi klien untuk melakukan teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan, untuk memulihkan energi.
3. Edukasi Gaya Hidup Sehat: Memberikan edukasi kepada klien tentang pola makan, hidrasi, dan aktivitas fisik yang dapat meningkatkan energi.
2. Nyeri Muskuloskeletal
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Klien mampu mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, menerapkan strategi penanganan nyeri, dan menunjukkan penurunan intensitas nyeri.
2. Mobilitas Fisik: Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik yang terbatas akibat nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memantau tanda-tanda vital, dan memfasilitasi penanganan nyeri yang sesuai, seperti pemberian analgesik atau kompres panas/dingin.
2. Terapi Modalitas: Memfasilitasi klien untuk melakukan terapi modalitas, seperti pijat atau terapi latihan, untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas.
3. Edukasi Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada klien tentang penyebab nyeri, strategi penanganan nyeri, dan peran klien dalam manajemen nyeri.
3. Risiko Cedera
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keamanan Lingkungan: Klien dan lingkungan kerja menunjukkan upaya untuk meminimalkan risiko cedera.
2. Perilaku Keselamatan: Klien menunjukkan perilaku yang aman dalam melakukan aktivitas kerja dan menggunakan alat pelindung diri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja dan memfasilitasi perbaikan atau modifikasi lingkungan kerja untuk meminimalkan risiko cedera.
2. Edukasi Keselamatan Kerja: Memberikan edukasi kepada klien tentang risiko cedera, penggunaan alat pelindung diri, dan prosedur keselamatan kerja yang harus dipatuhi.
3. Manajemen Stres: Membantu klien mengidentifikasi sumber stres dan menerapkan strategi manajemen stres, seperti komunikasi efektif, problem-solving, dan relaksasi, untuk meminimalkan risiko cedera akibat kecerobohan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. SP adalah kelelahan fisik, nyeri muskuloskeletal, dan risiko cedera. Kelelahan fisik disebabkan oleh tuntutan kerja yang tinggi, terutama saat memasak dalam porsi besar tanpa cukup waktu istirahat. Nyeri muskuloskeletal disebabkan oleh berdiri lama dan mengangkat beban berat. Risiko cedera disebabkan oleh paparan bahaya di lingkungan kerja, seperti percikan minyak, peralatan tajam, dan paparan asap atau uap.
Luaran yang diharapkan untuk kelelahan fisik adalah pemulihan energi dan peningkatan vitalitas, sehingga klien dapat mempertahankan pola istirahat yang adekuat dan menunjukkan peningkatan kemampuan fisik serta upaya pemenuhan aktivitas sehari-hari. Untuk nyeri muskuloskeletal, luaran yang diharapkan adalah kontrol nyeri dan peningkatan mobilitas fisik, sehingga klien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, menerapkan strategi penanganan nyeri, dan mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik. Untuk risiko cedera, luaran yang diharapkan adalah keamanan lingkungan dan perilaku keselamatan, sehingga klien dan lingkungan kerja menunjukkan upaya untuk meminimalkan risiko cedera, dan klien menunjukkan perilaku yang aman dalam melakukan aktivitas kerja dan menggunakan alat pelindung diri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen energi, terapi relaksasi, edukasi gaya hidup sehat, manajemen nyeri, terapi modalitas, edukasi manajemen nyeri, manajemen lingkungan, edukasi keselamatan kerja, dan manajemen stres. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk membantu klien mengatasi kelelahan fisik, nyeri muskuloskeletal, dan meminimalkan risiko cedera di lingkungan kerja. -
Article No. 17156 | 12 May 2025
Klinis : afek klien tampak labil, klien menunjukkan ekspreksi wajah yang berubah-ubah terggantung topik pembicaraan. tampak datar saat membicarakan kehidupan sehari-hari namun, menunjukkan afek marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya terkait gampang emosi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi klien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu afek klien yang tampak labil, ekspresi wajah yang berubah-ubah tergantung topik pembicaraan, serta reaksi emosional yang cenderung ekstrem (datar saat membicarakan kehidupan sehari-hari, namun marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Respon Emosi Tidak Efektif" (SDKI, 2017).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat menunjukkan:
1. Stabilitas Emosi: Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah dan afek yang stabil, tidak labil, dan sesuai dengan situasi/topik pembicaraan.
2. Kontrol Emosi: Klien dapat mengendalikan reaksi emosional yang berlebihan, seperti tidak lagi menunjukkan ekspresi marah atau pandangan tajam ketika membahas kondisinya.
3. Koping Efektif: Klien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengelola emosi, sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Terapi Modalitas: Berikan terapi modalitas seperti terapi kelompok, terapi keluarga, atau terapi individual untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara tepat.
2. Manajemen Emosi: Ajarkan klien teknik-teknik manajemen emosi, seperti relaksasi, kontrol napas, dan visualisasi positif, untuk memfasilitasi stabilitas emosi.
3. Konseling: Lakukan konseling untuk membantu klien meningkatkan kesadaran diri, mengidentifikasi pemicu emosi, dan mengembangkan strategi koping yang adaptif.
4. Psikoedukasi: Berikan psikoedukasi kepada klien dan keluarga tentang respon emosi tidak efektif, dampaknya, serta pentingnya manajemen emosi yang tepat.
5. Monitoring dan Evaluasi: Pantau secara berkala perkembangan klien, evaluasi efektivitas intervensi, dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan yang rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat bagi klien dengan respon emosi tidak efektif. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lebih lanjut jika diperlukan.