Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17243 | 14 May 2025
Klinis : Proses Keperawatan Keluarga Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (38 tahun) dan Ibu L (35 tahun) adalah keluarga inti yang tinggal di kawasan padat penduduk di perkotaan. Mereka memiliki dua anak, yaitu anak pertama A (10 tahun) yang duduk di kelas 4 SD dan anak kedua B (5 tahun) yang bersekolah di TK. Bapak T bekerja sebagai karyawan swasta dengan jadwal kerja cukup padat, sementara Ibu L bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil membantu usaha kecil menjual makanan ringan. Masalah Utama: Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan keluarga dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan Keluarga:
1. Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (SDKI: 00063)
Definisi: Ketidakmampuan anggota keluarga untuk bertukar informasi dan ide secara jelas, langsung, dan memuaskan.
2. Pola Asuh Keluarga Tidak Efektif (SDKI: 00062)
Definisi: Ketidakmampuan keluarga dalam menjalankan fungsi pengasuhan yang ditandai dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan anggota keluarga dan penggunaan pola asuh yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anggota keluarga.
3. Kurang Pengetahuan (SDKI: 00126)
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Intervensi Keperawatan Keluarga (SLKI):
1. Fasilitasi Komunikasi Keluarga (SIKI: 11050)
Definisi: Memfasilitasi dan membantu anggota keluarga untuk berkomunikasi secara terbuka, jelas, dan efektif.
2. Edukasi Pola Asuh Keluarga (SIKI: 11040)
Definisi: Memberikan informasi dan bimbingan kepada anggota keluarga tentang cara yang tepat dalam menjalankan fungsi pengasuhan.
3. Edukasi Kesehatan (SIKI: 11330)
Definisi: Memberikan informasi dan bimbingan kepada individu, keluarga, atau masyarakat tentang kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Rencana Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Fasilitasi komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.
2. Edukasi kepada orang tua mengenai pola asuh yang efektif untuk mendukung perkembangan anak.
3. Edukasi kepada orang tua dan anak mengenai manfaat dan risiko penggunaan gadget, serta cara membatasi penggunaannya.
4. Kolaborasi dengan pihak sekolah untuk mendapatkan informasi dan mendukung upaya peningkatan prestasi akademik anak. -
Article No. 17244 | 14 May 2025
Klinis : Proses Keperawatan Keluarga Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (38 tahun) dan Ibu L (35 tahun) adalah keluarga inti yang tinggal di kawasan padat penduduk di perkotaan. Mereka memiliki dua anak, yaitu anak pertama A (10 tahun) yang duduk di kelas 4 SD dan anak kedua B (5 tahun) yang bersekolah di TK. Bapak T bekerja sebagai karyawan swasta dengan jadwal kerja cukup padat, sementara Ibu L bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil membantu usaha kecil menjual makanan ringan. Masalah Utama: Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan keluarga dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan Keluarga:
1. Keterlibatan Orang Tua Kurang (00056)
SDKI: Kurangnya partisipasi orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SLKI: Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2. Pola Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00062)
SDKI: Pola komunikasi dalam keluarga yang tidak efektif, menghambat pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah anggota keluarga.
SLKI: Membangun pola komunikasi keluarga yang efektif.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk membangun pola komunikasi keluarga yang efektif.
3. Kurang Pengetahuan (00126)
SDKI: Kurangnya informasi yang dimiliki individu atau keluarga untuk membuat keputusan dan tindakan yang tepat.
SLKI: Meningkatkan pengetahuan individu atau keluarga.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan individu atau keluarga.
Penjelasan Singkat:
1. Keterlibatan Orang Tua Kurang (00056)
- Kondisi ini menggambarkan kurangnya partisipasi orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti dalam membatasi penggunaan gadget dan mendorong anak untuk belajar lebih rajin.
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan keterlibatan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti menetapkan aturan penggunaan gadget, membantu anak dalam belajar, dan menjalin komunikasi yang lebih terbuka.
2. Pola Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00062)
- Kondisi ini menggambarkan pola komunikasi dalam keluarga yang tidak efektif, sehingga menghambat pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah anggota keluarga, seperti kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah membangun pola komunikasi keluarga yang efektif, seperti menerapkan komunikasi yang terbuka, empatis, dan mendukung.
3. Kurang Pengetahuan (00126)
- Kondisi ini menggambarkan kurangnya informasi yang dimiliki individu atau keluarga untuk membuat keputusan dan tindakan yang tepat, seperti kebingungan orang tua dalam membatasi penggunaan gadget dan mendorong anak untuk belajar lebih rajin.
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan individu atau keluarga, seperti memberikan edukasi tentang penggunaan gadget yang sehat, tips memotivasi anak belajar, dan komunikasi efektif dalam keluarga. -
Article No. 17245 | 14 May 2025
Klinis : Proses Keperawatan Keluarga Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (38 tahun) dan Ibu L (35 tahun) adalah keluarga inti yang tinggal di kawasan padat penduduk di perkotaan. Mereka memiliki dua anak, yaitu anak pertama A (10 tahun) yang duduk di kelas 4 SD dan anak kedua B (5 tahun) yang bersekolah di TK. Bapak T bekerja sebagai karyawan swasta dengan jadwal kerja cukup padat, sementara Ibu L bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil membantu usaha kecil menjual makanan ringan. Masalah Utama: Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan identifikasi keluarga Bapak T dan Ibu L serta masalah utama yang dihadapi, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Keterlibatan Belajar Tidak Efektif (00084)
2. Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00060)
3. Pengasuhan Tidak Efektif (00056)
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Keterlibatan Belajar Tidak Efektif (00084)
SDKI: Keterlibatan Belajar Tidak Efektif
SLKI: Participation in Learning
SIKI: Nomor Kode 00084
Definisi: Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas belajar yang ditandai dengan penurunan motivasi, konsentrasi, dan prestasi belajar.
2. Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00060)
SDKI: Komunikasi Keluarga Tidak Efektif
SLKI: Family Communication
SIKI: Nomor Kode 00060
Definisi: Gangguan dalam pertukaran informasi, perasaan, dan kebutuhan antara anggota keluarga yang menghambat fungsi keluarga.
3. Pengasuhan Tidak Efektif (00056)
SDKI: Pengasuhan Tidak Efektif
SLKI: Parenting
SIKI: Nomor Kode 00056
Definisi: Ketidakmampuan orang tua atau pengasuh untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara optimal.
Dalam konteks kasus ini, diagnosa keperawatan yang teridentifikasi adalah Keterlibatan Belajar Tidak Efektif, Komunikasi Keluarga Tidak Efektif, dan Pengasuhan Tidak Efektif. Setiap diagnosa memiliki definisi dan kode sesuai dengan Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan (SLKI), dan Sistem Klasifikasi Hasil Keperawatan (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 17246 | 14 May 2025
Klinis : pasien ckd st v + hipertensi + anemia renal. mengeluh perut kembung perut tampak distensi dan asites. nafsu makan menurun, tidak ada mual muntal, pipis menetes, baba sedikit dan sulit. bab kancar apabila minum obat herbal. sklera tampak ikterik, hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Risiko Volume Cairan Berlebih berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, hipertensi, dan retensi cairan.
- Pasien mengalami asites dan perut tampak distensi, yang menunjukkan adanya retensi cairan. Kondisi penyakit ginjal kronis stadium V dan hipertensi dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan retensi cairan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, malabsorbsi, dan peningkatan kebutuhan metabolik.
- Pasien mengeluh nafsu makan menurun, yang dapat disebabkan oleh anoreksia terkait penyakit ginjal kronis stadium V. Selain itu, anemia renal dapat menyebabkan malabsorbsi dan peningkatan kebutuhan metabolik.
3. Inkontinensia Urin berhubungan dengan kelemahan otot sfingter, obstruksi, dan perubahan fisiologis.
- Pasien mengeluh pipis menetes, yang dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis terkait penyakit ginjal kronis stadium V.
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola defekasi, efek samping obat, dan malabsorbsi.
- Pasien mengalami bab kancar apabila minum obat herbal, yang dapat disebabkan oleh efek samping obat atau malabsorbsi terkait penyakit ginjal kronis stadium V.
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, dan anemia.
- Pasien mengalami anemia renal, yang dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan.
6. Perubahan Persepsi Sensori: Gangguan Penglihatan berhubungan dengan kerusakan struktur mata dan pembuluh darah.
- Pasien memiliki sklera tampak ikterik dan hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh, yang dapat disebabkan oleh perubahan metabolisme terkait penyakit ginjal kronis stadium V.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal.
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kondisinya.
3. Pasien dapat mengontrol inkontinensia urin.
4. Pasien dapat mempertahankan pola defekasi yang normal.
5. Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas.
6. Pasien dapat mempertahankan fungsi penglihatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
- Pantau tanda-tanda vital, intake-output, dan berat badan harian.
- Batasi asupan cairan sesuai rekomendasi.
- Berikan obat diuretik jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk manajemen cairan yang tepat.
2. Manajemen Nutrisi:
- Lakukan pengkajian status nutrisi.
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan kaya nutrisi.
- Pantau intake nutrisi dan tanda-tanda malnutrisi.
3. Manajemen Inkontinensia Urin:
- Ajarkan teknik latihan otot panggul.
- Terapkan intervensi untuk mengatasi faktor penyebab (obstruksi, kelemahan sfingter).
- Anjurkan penggunaan alat bantu inkontinensia jika diperlukan.
4. Manajemen Konstipasi:
- Tinjau riwayat defekasi dan faktor penyebab.
- Berikan makanan tinggi serat dan cairan yang cukup.
- Ajarkan teknik defekasi yang benar.
- Berikan laksatif atau obat herbal sesuai indikasi.
5. Manajemen Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
- Ajarkan teknik pengaturan energi dan aktivitas bertahap.
- Berikan intervensi untuk mengatasi faktor penyebab (anemia).
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
6. Manajemen Perubahan Persepsi Sensori:
- Lakukan pengkajian fungsi penglihatan.
- Berikan intervensi untuk mengatasi faktor penyebab (gangguan metabolisme).
- Ajarkan teknik kompensasi untuk mengatasi gangguan penglihatan.
- Berikan alat bantu penglihatan jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan berdasarkan kondisi pasien CKD stage V dengan hipertensi dan anemia renal. Setiap diagnosa keperawatan dijelaskan secara rinci dengan mengidentifikasi tanda, gejala, dan faktor penyebab yang sesuai dengan data yang ada.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran atau hasil yang diharapkan dapat dicapai setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif. Setiap luaran dijelaskan secara rinci dengan mempertimbangkan kondisi pasien dan rencana intervensi yang akan diberikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencapai luaran yang diharapkan dijelaskan secara detail. Setiap intervensi mencakup aktivitas, rasional, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Intervensi dirancang untuk mengatasi setiap diagnosa keperawatan yang teridentifikasi.
Keseluruhan penjelasan disajikan dalam nada akademis dan dengan persona pakar/perawat, sehingga memberikan informasi yang komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. -
Article No. 17247 | 14 May 2025
Klinis : pasien ckd st v + hipertensi + anemia renal. mengeluh perut kembung perut tampak distensi dan asites. nafsu makan menurun, tidak ada mual muntal, pipis menetes, baba sedikit dan sulit. bab kancar apabila minum obat herbal. sklera tampak ikterik, hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh. terpasang nasal kanul 4 lpm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagal ginjal kronis stadium V, hipertensi, dan asites yang ditandai dengan perut kembung, distensi perut, dan asites.
2. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, penurunan nafsu makan yang ditandai dengan penurunan berat badan.
3. Inkontinensia urin berhubungan dengan penurunan kemampuan mengontrol kandung kemih yang ditandai dengan pipis menetes.
4. Konstipasi berhubungan dengan efek samping penggunaan obat herbal yang ditandai dengan bab kancar.
5. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan anemia renal dan retensi cairan yang ditandai dengan hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh dan ikterik pada sklera.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelebihan volume cairan teratasi, ditandai dengan penurunan perut kembung, distensi perut, dan asites.
2. Intake nutrisi adekuat, ditandai dengan peningkatan berat badan dan perbaikan status gizi.
3. Kontinensia urin terpelihara, ditandai dengan tidak ada lagi pipis menetes.
4. Pola eliminasi usus normal, ditandai dengan frekuensi dan konsistensi bab dalam batas normal.
5. Integritas kulit membaik, ditandai dengan berkurangnya hiperpigmentasi dan perbaikan warna sklera.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen kelebihan volume cairan:
a. Monitor intake dan output cairan
b. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian diuretik dan dialisis jika diperlukan
d. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa kembung
2. Manajemen nutrisi:
a. Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori/protein
b. Berikan diet hipokalori dan rendah garam sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang adekuat
d. Ajarkan teknik makan yang tepat untuk mengatasi anoreksia
3. Manajemen inkontinensia urin:
a. Monitor pola berkemih dan jumlah urin
b. Ajarkan teknik kontraksi otot panggul (Kegel)
c. Berikan produk bantu inkontinensia jika perlu
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi farmakologis
4. Manajemen konstipasi:
a. Kaji pola defekasi dan kebiasaan buang air besar
b. Berikan laksatif atau obat herbal yang aman sesuai resep
c. Ajarkan teknik relaksasi dan diet tinggi serat
d. Pantau efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika perlu
5. Perawatan kulit:
a. Kaji kondisi kulit secara berkala
b. Lakukan perawatan kulit dengan pelembab dan bahan yang lembut
c. Berikan suplemen nutrisi untuk kesehatan kulit jika diperlukan
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kulit yang tepat
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien tersebut. Jika masih ada pertanyaan, silakan tanyakan. -
Article No. 17248 | 14 May 2025
Klinis : pasien ckd st v + hipertensi + anemia renal. mengeluh perut kembung perut tampak distensi dan asites. nafsu makan menurun, tidak ada mual muntal, pipis sulit keluar (hanya menetes) bab sedikit dan sulit. bab kancar apabila minum obat herbal. sklera tampak ikterik, hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh. terpasang nasal kanul 4 lpm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan yang diakibatkan oleh kondisi penyakit ginjal kronis stadium V, hipertensi, dan anemia.
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, retensi cairan, dan asites.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, penurunan nafsu makan, dan gangguan absorpsi.
4. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan retensi urin.
5. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan hiperpigmentasi, ikterik, dan retensi cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan pengurangan kelelahan.
2. Kelebihan Volume Cairan:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan volume cairan, seperti berkurangnya edema dan asites.
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang sesuai.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai dengan target.
- Pasien melaporkan peningkatan nafsu makan dan asupan nutrisi yang adekuat.
4. Gangguan Eliminasi Urin:
- Pasien dapat berkemih dengan lancar dan frekuensi yang sesuai.
- Pasien melaporkan tidak ada kesulitan dalam berkemih.
5. Gangguan Integritas Kulit:
- Pasien menunjukkan perbaikan kondisi kulit, dengan berkurangnya hiperpigmentasi dan ikterik.
- Pasien melaporkan tidak ada keluhan terkait perubahan kulit.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan teknik konservasi energi.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengelola anemia dan mendukung peningkatan energi.
2. Kelebihan Volume Cairan:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan secara berkala.
- Batasi asupan cairan sesuai dengan kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk adjustasi obat diuretik dan penanganan asites.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Lakukan pengkajian status nutrisi dan kebutuhan kalori.
- Berikan diet yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti diet rendah protein dan tinggi kalori.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang adekuat.
- Pantau berat badan dan asupan nutrisi pasien secara berkala.
4. Gangguan Eliminasi Urin:
- Lakukan pengkajian pola eliminasi urin dan riwayat kesulitan berkemih.
- Bantu pasien melakukan latihan Kegel dan teknik voiding untuk memperlancar eliminasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengevaluasi dan mengatasi retensi urin.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen eliminasi urin.
5. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan pengkajian kondisi kulit secara komprehensif.
- Berikan perawatan kulit yang lembut dan hidratasi yang adekuat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kulit dan pencegahan iritasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengatasi perubahan pigmentasi dan ikterik.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas dengan tone akademis dan persona seorang pakar perawat:
Sebagai seorang perawat pakar, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas. Diagnosa keperawatan yang saya identifikasi berdasarkan kondisi pasien tersebut mencakup aspek-aspek yang terkait dengan intoleransi aktivitas, kelebihan volume cairan, perubahan nutrisi, gangguan eliminasi urin, dan gangguan integritas kulit. Masing-masing diagnosa tersebut memiliki luaran (outcomes) yang diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan yang diakibatkan oleh kondisi penyakit ginjal kronis stadium V, hipertensi, dan anemia. Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi dan menunjukkan peningkatan energi serta pengurangan kelelahan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian tingkat aktivitas dan toleransi pasien, edukasi tentang manajemen energi dan teknik konservasi energi, bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengelola anemia dan mendukung peningkatan energi.
Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, retensi cairan, dan asites. Luaran yang diharapkan adalah pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan volume cairan, seperti berkurangnya edema dan asites, serta dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang sesuai. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan secara berkala, pembatasan asupan cairan sesuai dengan kebutuhan, kolaborasi dengan tim kesehatan untuk adjustasi obat diuretik dan penanganan asites, serta edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan.
Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, penurunan nafsu makan, dan gangguan absorpsi. Luaran yang diharapkan adalah pasien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai dengan target dan melaporkan peningkatan nafsu makan serta asupan nutrisi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian status nutrisi dan kebutuhan kalori, pemberian diet yang sesuai dengan kondisi pasien, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang adekuat, serta pemantauan berat badan dan asupan nutrisi pasien secara berkala.
Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan retensi urin. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berkemih dengan lancar dan frekuensi yang sesuai, serta -
Article No. 17249 | 14 May 2025
Klinis : ABSES DITANGAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "ABSES DI TANGAN":
1. Kode ICD-10:
- Kode: L02.4
- Deskripsi: Abses kulit dan jaringan subkutis tangan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insisi dan drainase abses kulit dan jaringan subkutis tangan
Penjelasan:
Kode ICD-10 L02.4 menggambarkan kondisi abses pada kulit dan jaringan subkutis tangan. Abses adalah kumpulan nanah atau cairan infeksi yang terbentuk dalam jaringan tubuh. Abses di tangan dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, trauma, atau kondisi lainnya.
Untuk penanganan abses di tangan, tindakan medis yang biasa dilakukan adalah insisi dan drainase. Prosedur ini melibatkan pembuatan sayatan pada kulit untuk mengeluarkan cairan infeksi dan membersihkan area yang terinfeksi. Kode ICD-9-CM 86.04 menggambarkan tindakan insisi dan drainase abses kulit dan jaringan subkutis tangan.
Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada area yang terinfeksi, mengeluarkan cairan infeksi, dan membantu proses penyembuhan. Setelah dilakukan prosedur ini, pasien biasanya diberikan antibiotik dan perawatan luka untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan. -
Article No. 17250 | 14 May 2025
Klinis : KASUS Tn Q 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan dadanya sering terasa berat bila beraktivitas, perawat melakukan TTV dan ternyata tensi Tn Q 180/110 mmHg. Tn Q menyampaikan pada perawat ia perokok berat dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia. Saat ditanya perawat Tn Q juga menyampaikan selera makannya selalu berlemak, bersantan, dan ia jarang berolahraga. Setelah pemeriksaan laboratorium didapat hasil kolesterol total 250 mg/dl, LDL kolesterol 220 mg/dl. Dokter yang memeriksa mencurigai HT sudah menimbulkan komplikasi pada jantung berupa penyempitan arteri koronaria, sehingga merujuk ke poliklinik jantung RS Fatmawati untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan uji latih beban jantung dengan treadmill test, serta pemeriksaan echocardiography. Perawat mengamati Tn Q tampak stress setelah konsultasi dengan dokter, lalu perawat menganjurkan Tn Q untuk tetap tenang, berikhtiar dan terus berdoa agar penyakitnya disembuhkan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn Q:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Karakteristik Definisi: Fatigue, penurunan tingkat energi, hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, perubahan pola tidur.
2. Manajemen Terapi Tidak Efektif
- Definisi: Tindakan individu yang tidak sesuai atau tidak mencukupi untuk mengelola regimen pengobatan yang telah direkomendasikan.
- Karakteristik Definisi: Kesulitan untuk mengikuti regimen pengobatan, kurangnya pemahaman tentang pengobatan, kurangnya motivasi untuk mengikuti pengobatan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
- Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Pola makan yang tidak sehat, pemilihan makanan yang tidak tepat, konsumsi lemak dan gula yang berlebihan.
4. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang dirasakan tidak jelas dan tidak spesifik.
- Karakteristik Definisi: Gelisah, khawatir, sulit tidur, frekuensi jantung meningkat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator: Mampu melakukan aktivitas rutin tanpa hambatan, tidak mudah lelah, dan tidak memerlukan bantuan.
2. Kepatuhan Terapi Meningkat
- Indikator: Memahami regimen pengobatan, memiliki motivasi untuk mengikuti pengobatan, dan menunjukkan perilaku sesuai dengan rekomendasi pengobatan.
3. Keseimbangan Nutrisi Membaik
- Indikator: Asupan nutrisi sesuai kebutuhan, tidak ada lagi konsumsi makanan berlemak dan bersantan yang berlebihan, dan berat badan ideal.
4. Kecemasan Menurun
- Indikator: Tampak tenang, tidak gelisah, frekuensi jantung dalam batas normal, dan dapat beristirahat dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas
- Edukasi Manajemen Energi
- Terapi Latihan
2. Manajemen Terapi Tidak Efektif
- Manajemen Regimen Terapeutik: Individu
- Edukasi Obat
- Konseling Kepatuhan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
- Manajemen Nutrisi
- Konseling Gizi
- Modifikasi Perilaku: Nutrisi
4. Kecemasan
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Dukungan Emosional
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan Tn Q dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup serta mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 17251 | 14 May 2025
Klinis : Tn. W umur 52 tahun dilakukan hemodialisis 2x seminggu pada hari senin-kamis di rsdk, pasien sudah menjalani HD selama 10 tahun dengan penyebab hipertensi, akses hd menggunakan av shunt, pada jam ke 3 HD pasien mengeluh Lelah, nyeri kepala dan merasa tidak nyaman, pasien di rujuk ke IGD menggunakan tempat tidur brankar, tampak gelisah, tampak sesak saat posisi duduk ke posisi miring kanan, pasien berbicara meracau, TTV TD 187/100 MmHg Nadi 100 x/mnt RR 26 x/mnt Spo2 96 %. Terpasang O2 3lt/menit. Buatlah resume asuhan keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan, Analisa data, diagnose prioritas yang mungkin muncul, rencana keperawatan dan intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.5
- Deskripsi: Gagal ginjal kronik, stadium 5
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Pengkajian Keperawatan:
Tn. W, 52 tahun, dengan riwayat gagal ginjal kronik stadium 5 akibat hipertensi, yang telah menjalani hemodialisis 2 kali seminggu selama 10 tahun. Saat ini, pasien datang ke IGD dengan keluhan lelah, nyeri kepala, dan merasa tidak nyaman selama proses hemodialisis. Tanda-tanda vital yang ditemukan adalah TD 187/100 mmHg, nadi 100 x/mnt, RR 26 x/mnt, dan SpO2 96%. Pasien tampak gelisah dan sesak saat posisi duduk ke posisi miring kanan. Akses hemodialisis pasien menggunakan AV shunt.
Analisa Data:
Berdasarkan pengkajian, ditemukan beberapa data penting, yaitu:
- Pasien dengan riwayat gagal ginjal kronik stadium 5 akibat hipertensi
- Menjalani hemodialisis selama 10 tahun
- Keluhan utama saat ini adalah lelah, nyeri kepala, dan ketidaknyamanan selama proses hemodialisis
- Tanda-tanda vital yang abnormal, seperti TD 187/100 mmHg, nadi 100 x/mnt, RR 26 x/mnt
- Pasien tampak gelisah dan sesak saat posisi duduk ke posisi miring kanan
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kapasitas fungsional yang menurun, ditandai dengan keluhan lelah dan sesak saat posisi duduk ke posisi miring kanan.
2. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian kondisi kesehatan, ditandai dengan pasien tampak gelisah.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, ditandai dengan keluhan nyeri kepala.
Rencana Keperawatan dan Intervensi:
1. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat kelelahan dan kapasitas aktivitas pasien
- Berikan istirahat yang cukup dan atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan pasien
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengaturan waktu dan lama hemodialisis
2. Kecemasan:
- Kaji tingkat kecemasan pasien
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang jelas tentang kondisi dan rencana perawatan
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
- Berikan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi kecemasan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral:
- Pantau tanda-tanda vital secara ketat
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi antihipertensi
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengatasi nyeri kepala
Evaluasi Keperawatan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan:
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, dengan berkurangnya keluhan kelelahan dan sesak
- Pasien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, dengan tampak lebih tenang dan kooperatif
- Tanda-tanda vital pasien membaik, dengan penurunan tekanan darah dan berkurangnya keluhan nyeri kepala -
Article No. 17252 | 14 May 2025
Klinis : Tn. W umur 52 tahun dilakukan hemodialisis 2x seminggu pada hari senin-kamis di rsdk, pasien sudah menjalani HD selama 10 tahun dengan penyebab hipertensi, akses hd menggunakan av shunt, pada jam ke 3 HD pasien mengeluh Lelah, nyeri kepala dan merasa tidak nyaman, pasien di rujuk ke IGD menggunakan tempat tidur brankar, tampak gelisah, tampak sesak saat posisi duduk ke posisi miring kanan, pasien berbicara meracau, TTV TD 187/100 MmHg Nadi 100 x/mnt RR 26 x/mnt Spo2 96 %. Terpasang O2 3lt/menit. Buatlah resume asuhan keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan, Analisa data, diagnose prioritas yang mungkin muncul, rencana keperawatan dan intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Mari kita bahas kasus Tn. W dengan pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Pengkajian Keperawatan:
Tn. W, umur 52 tahun, menjalani hemodialisis 2 kali seminggu selama 10 tahun akibat hipertensi. Saat ini, pada jam ke-3 hemodialisis, Tn. W mengeluh kelelahan, nyeri kepala, dan merasa tidak nyaman. Pasien tampak gelisah, sesak saat duduk ke posisi miring kanan, dan berbicara meracau. Tanda-tanda vital: TD 187/100 mmHg, Nadi 100 x/mnt, RR 26 x/mnt, SpO2 96%. Pasien mendapatkan O2 3 liter/menit.
Analisa Data:
Berdasarkan kondisi Tn. W, data yang ditemukan antara lain: kelelahan, nyeri kepala, ketidaknyamanan, gelisah, sesak saat posisi miring kanan, bicara meracau, hipertensi, takikardi, takipnea, dan hipoksemia.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Intoleransi aktivitas (NANDA-I: 00092) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik dan penurunan perfusi jaringan.
2. Nyeri akut (NANDA-I: 00132) berhubungan dengan perubahan status cairan dan elektrolit.
3. Gangguan komunikasi verbal (NANDA-I: 00051) berhubungan dengan perubahan status mental.
Rencana Keperawatan dan Intervensi:
1. Intoleransi aktivitas:
- Kode SDKI: D0057
- Kode SLKI: P0068
- Kode SIKI: M0209
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, tingkat kelelahan, dan toleransi aktivitas; Batasi aktivitas sesuai toleransi; Kolaborasi pemberian terapi oksigen, cairan, dan obat-obatan sesuai indikasi.
2. Nyeri akut:
- Kode SDKI: N0013
- Kode SLKI: P0085
- Kode SIKI: M0230
- Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, faktor pencetus, dan respons pasien; Berikan analgetik sesuai indikasi; Terapkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Gangguan komunikasi verbal:
- Kode SDKI: G0012
- Kode SLKI: P0042
- Kode SIKI: M0123
- Intervensi: Kaji tingkat kesadaran dan kemampuan komunikasi pasien; Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung komunikasi; Terapkan teknik komunikasi yang sesuai dengan kondisi pasien.
Evaluasi Keperawatan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan terjadi perbaikan kondisi Tn. W, di antaranya: tanda-tanda vital stabil, pasien tidak lagi mengeluh kelelahan dan nyeri kepala, serta mampu berkomunikasi dengan baik. Evaluasi secara komprehensif dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan asuhan keperawatan.