Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17341 | 15 May 2025
Klinis : sesak nafas, batuk kering, panas, bab hitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas (K0001)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
2. Batuk (K0002)
Definisi: Respon protektif tubuh untuk membersihkan jalan napas dari iritasi atau sekret.
3. Hipertermia (K0004)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
4. Risiko Diare (K0024)
Definisi: Rentan mengalami pengeluaran feses cair yang sering.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas (K0001)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
2. Batuk (K0002)
Definisi: Respon protektif tubuh untuk membersihkan jalan napas dari iritasi atau sekret.
3. Hipertermia (K0004)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
4. Risiko Diare (K0024)
Definisi: Rentan mengalami pengeluaran feses cair yang sering.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif (L0001)
Definisi: Kemampuan bernapas dengan mudah dan lancar.
2. Pengendalian Batuk (L0002)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan batuk.
3. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (L0004)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
4. Integritas Eliminasi (L0024)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola eliminasi yang sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (I0001)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang bebas hambatan.
2. Manajemen Batuk (I0002)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret dari jalan napas.
3. Manajemen Hipertermia (I0004)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
4. Manajemen Diare (I0024)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran feses cair yang sering.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan kaitannya dengan SDKI, SLKI, dan SIKI. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 17342 | 15 May 2025
Klinis : sesak nafas, batuk kering, panas, bab hitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan:
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:** Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh, yang dapat disebabkan oleh gangguan pada alveolus, membran kapiler, atau aliran darah paru.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Sesak napas (dispnea)
- Batuk kering (iritasi saluran napas)
- Demam (peningkatan kebutuhan metabolik)
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perbaikan Pertukaran Gas (SLKI Code: 0301)**
**Indikator:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit pada dewasa)
- Saturasi oksigen (SpO?) ? 95%
- Tidak ada sianosis
- Batuk berkurang
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Jalan Napas (SIKI Code: 3140)**
**Tindakan:**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan
- Berikan posisi semi-Fowler atau Fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
**Manajemen Demam (SIKI Code: 3580)**
**Tindakan:**
- Monitor suhu tubuh setiap 4 jam
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai protokol
- Anjurkan asupan cairan adekuat
- Berikan antipiretik sesuai resep
**Manajemen Perdarahan Saluran Cerna (SIKI Code: 1920)** *(untuk BAB hitam/melena)*
**Tindakan:**
- Observasi karakteristik feses
- Monitor tanda-tanda syok hipovolemik (tekanan darah, nadi, capillary refill)
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (antasida, inhibitor pompa proton)
### **Catatan Tambahan:**
- **BAB hitam (melena)** mengindikasikan perdarahan saluran cerna bagian atas, yang memerlukan evaluasi lebih lanjut (misalnya, perdarahan varises esofagus atau tukak lambung).
- **Batuk kering dan demam** dapat terkait dengan infeksi saluran pernapasan (ISPA, pneumonia, atau COVID-19), sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Jika diperlukan penyesuaian atau penjelasan lebih rinci, silakan berikan informasi tambahan terkait kondisi pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Semoga informasi ini membantu dalam praktik keperawatan Anda. -
Article No. 17343 | 15 May 2025
Klinis : sesak nafas, batuk kering, panas, bab hitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi sesak nafas, batuk kering, panas, dan BAB hitam:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang secreti atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
3. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal diikuti dengan peningkatan laju metabolisme.
4. Gangguan Eliminasi Fekal (00014)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, dan karakteristik eliminasi fekal yang dapat diterima secara individu.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Kode: P-001
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Kode: P-002
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang secreti atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
3. Hipertermia (00007)
Kode: P-003
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal diikuti dengan peningkatan laju metabolisme.
4. Gangguan Eliminasi Fekal (00014)
Kode: P-004
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, dan karakteristik eliminasi fekal yang dapat diterima secara individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ventilasi Efektif (L-001)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
2. Jalan Napas Terbuka (L-002)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan saluran napas yang bebas dari obstruksi.
3. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (L-003)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
4. Eliminasi Fekal Lancar (L-004)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola eliminasi fekal yang teratur dan efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (I-001)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2. Manajemen Demam (I-002)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
3. Manajemen Konstipasi (I-003)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki pola eliminasi fekal yang teratur dan efektif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 17344 | 15 May 2025
Klinis : pasien ckd st v + HT + anemia renal, susp hil d/s mengeluh sesak, intake lebih banyak dari pada output (minum banyak, tidak pipis), perut asistes, distensihiperpigmentasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelebihan volume cairan (00026)
Pasien mengalami kelebihan volume cairan yang ditandai dengan intake cairan yang lebih banyak daripada output (minum banyak, tidak banyak pipis), perut asites, dan distensi hiperpigmentasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penyakit ginjal kronis (CKD) stage V yang menyebabkan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Pasien mengalami sesak napas yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan oleh anemia renal akibat CKD stage V yang menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kelebihan volume cairan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada edema
- Intake dan output cairan seimbang
- Pasien mampu mengenali tanda-tanda kelebihan cairan
2. Intoleransi aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas
- Pasien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri
- Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransinya
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kelebihan volume cairan:
- Monitor intake dan output cairan secara ketat
- Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan diuretik sesuai resep dokter
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pembatasan cairan
- Kolaborasi dengan dokter untuk manajemen cairan yang tepat
2. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai toleransinya
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik bernapas yang benar
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter untuk terapi anemia renal
Penjelasan rinci:
Pasien dengan CKD stage V, hipertensi, dan anemia renal memiliki risiko tinggi mengalami kelebihan volume cairan dan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang komprehensif, kolaborasi dengan dokter, serta edukasi pasien dan keluarga sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya. -
Article No. 17345 | 15 May 2025
Klinis : Nyeri akut b.d agen injuri fisik (neoplasma)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Tingkat kenyamanan secara fisik, emosional, dan psikologis yang dirasakan oleh individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh individu.
Penjelasan singkat:
Nyeri akut disebabkan oleh agen injuri fisik berupa neoplasma (tumor). Tujuan utama perawatan adalah mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, pemberian analgesik, relaksasi, terapi modalitas, dan tindakan lain yang dapat menurunkan tingkat nyeri. -
Article No. 17346 | 15 May 2025
Klinis : Gabriela Rivera adalah seorang wanita New York berusia 80 tahun dari Puerto Rico, yang tinggal sendirian di apartemennya yang disewakan dengan harga sewa yang terkendali. Dia telah tinggal di New York selama hampir 40 tahun dan berbicara sedikit bahasa Inggris, meskipun agak ragu-ragu. Gabriela adalah seorang ibu yang berbakti, menelepon anak-anaknya sesering mungkin dan bahkan mengirimi mereka permen buatan sendiri. Dia membesarkan anak-anaknya hingga remaja di apartemen yang sama tempat dia tinggal saat ini. Dia enggan meninggalkannya, meskipun sekarang dia membayar sewa hanya dengan susah payah dan bantuan keuangan yang besar dari anakanaknya. Gabriela telah lama menderita tekanan darah tinggi, yang dia kendalikan dengan obat-obatan. Dia juga menderita diabetes tipe-2. Ketika dia awalnya didiagnosis menderita diabetes, dia pernah bertemu dengan seorang perawat yang menasihatinya tentang diet, olahraga, dan pengendalian berat badan, tetapi Gabriela merasa sulit untuk menyesuaikan selera tradisionalnya dalam hal makanan dan gaya hidupnya dengan anjuran yang diberikan perawat. Selanjutnya, dokter Gabriela meresepkan obat untuk membantu mengendalikan diabetesnya. Dia mencoba minum obatnya kapan pun dia ingat dan ketika dia mampu membelinya. Baru-baru ini, tes menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya menurun. Putra bungsu Gabriela, Marcos, 49 tahun, tinggal di dekat Gabriela. Ia fasih berbahasa Spanyol dan bahasa Inggris (meskipun aksennya kental). Ia sering menengok ibunya sesering mungkin. Marcos adalah pekerja konstruksi kontrak, menikah dan memiliki tiga anak remaja. Putrinya, Cecilia, 15 tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya di apartemen neneknya, Gabriela, mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu pekerjaan sehari-hari. Marcos juga baru-baru ini didiagnosis menderita diabetes. Ia mengetahui penyakitnya di sebuah klinik medis berpenghasilan rendah dari seorang dokter yang menyarankannya untuk membuat perubahan gaya hidup yang besar guna mencegah penyakitnya semakin parah. Marcos adalah peminum sedang hingga berat, tetapi ia menolak untuk mengurangi kebiasaan minumnya, karena ia "bisa mengatasinya," dan itu merupakan bagian penting dari kehidupan sosialnya. Ia juga sangat takut dengan jarum suntik, dan ia tidak suka dengan gagasan menjalani tes darah secara teratur. Ia beralasan bahwa ia akan belajar untuk hidup dengan gejala-gejalanya, yang masih relatif ringan. Akhir-akhir ini, Gabriela mengalami batuk yang semakin parah dan sering menderita sakit kepala, sesak napas, dan merasa tidak enak badan secara umum. Ia mengabaikan gejala-gejala ini dan menganggapnya sebagai gejala insomnia yang terus-menerus. Suatu sore, dalam perjalanan pulang kerja, istri Marcos, Maria, menerima panggilan telepon panik dari putri mereka, yang datang ke apartemen Gabriela sepulang sekolah dan mendapati neneknya merasa sangat pusing dan cemas, serta mengalami kesulitan bernapas yang parah. Maria menutup telepon dan menelepon 911, menelepon suaminya, Marcos, lalu bergegas menemui ambulans di rumah sakit. Pemeriksaan awal Gabriela menunjukkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) stadium lanjut, kondisi paru-paru, dan pneumonia bilateral. Selain itu, tes darah menunjukkan bahwa diabetesnya tidak terkendali dan ginjalnya berfungsi kurang dari kapasitas normal. Setelah Gabriela distabilkan dengan oksigen, dokter unit gawat darurat yang bertugas, Dr. Michael Johnson, berbicara (dalam bahasa Inggris) dengan Marcos, Maria, dan Cecilia. Menanggapi ketiganya dengan nada yang sama, ia memberi tahu mereka bahwa, selain PPOK dan pneumonia tingkat lanjut, Gabriela juga tampaknya menderita gagal ginjal, komplikasi dari diabetesnya. Ia ingin membawanya ke rumah sakit untuk observasi dan perawatan pneumonianya, dan untuk memanggil konsultasi nefrologi mengenai penurunan fungsi ginjalnya. Mereka setuju dan Gabriela dirawat di ICU, di mana ia diberi antibiotik untuk pneumonianya, dan bronkodilator, kortikosteroid, dan oksigen tambahan untuk pernapasannya. Setelah dirawat di ICU, dokter yang merawat Gabriela di sana, Dr. Rachel Parker, yang juga berbicara dalam bahasa Inggris, mencoba untuk berdiskusi dengan Gabriela tentang pilihan perintah DNR (Do Not Resuscitate), tetapi dokter tersebut segera menilai bahwa Gabriela saat ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan tersebut. Dr. Parker kemudian menghubungi Marcos mengenai masalah tersebut, menjelaskan bahwa pada pasien seperti Gabriela, peluang resusitasi untuk mengembalikan pasien ke kualitas hidupnya sebelumnya sangat kecil. Namun, Marcos dengan keras melarang DNR dan bersikeras agar hal itu tidak disebutkan lagi, terutama di depan Gabriela. Keesokan paginya, dokter spesialis penyakit ginjal berkonsultasi dengan Dr. Parker dan kemudian mereka berdua bertemu dengan Marcos dan Maria. Dokter spesialis penyakit ginjal menjelaskan seberapa parah penyakit Gabriela dan bahwa dia bukan kandidat yang baik untuk transplantasi ginjal, mengingat masalah medis lainnya yang dialaminya. Lebih jauh, pada usia Gabriela, dialisis jangka panjang akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuhnya dan kualitas hidupnya. Setelah membiarkan informasi ini meresap, Dr. Parker menjelaskan bahwa, bahkan jika pneumonia dapat dikendalikan, Gabriela akan membutuhkan perawatan berkelanjutan tingkat tinggi; dia tidak akan lagi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan eksaserbasi akut, tidak dispesifikasi
- Kode: E11.8
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi lainnya
- Kode: N18.4
- Deskripsi: Gagal ginjal kronis, stadium 4
- Kode: J15.8
- Deskripsi: Pneumonia bakteri lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian terapi oksigen
- Kode: 99.14
- Deskripsi: Pemberian kortikosteroid, sistemik
Penjelasan:
Gabriela Rivera memiliki beberapa kondisi medis yang tercakup dalam kode ICD-10 di atas. Dia menderita PPOK dengan eksaserbasi akut, diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi lainnya, gagal ginjal kronis stadium 4, dan pneumonia bakteri. Dalam penanganannya, Gabriela menerima terapi oksigen dan pemberian kortikosteroid sistemik. -
Article No. 17347 | 15 May 2025
Klinis : Gabriela Rivera adalah seorang wanita New York berusia 80 tahun dari Puerto Rico, yang tinggal sendirian di apartemennya yang disewakan dengan harga sewa yang terkendali. Dia telah tinggal di New York selama hampir 40 tahun dan berbicara sedikit bahasa Inggris, meskipun agak ragu-ragu. Gabriela adalah seorang ibu yang berbakti, menelepon anak-anaknya sesering mungkin dan bahkan mengirimi mereka permen buatan sendiri. Dia membesarkan anak-anaknya hingga remaja di apartemen yang sama tempat dia tinggal saat ini. Dia enggan meninggalkannya, meskipun sekarang dia membayar sewa hanya dengan susah payah dan bantuan keuangan yang besar dari anakanaknya. Gabriela telah lama menderita tekanan darah tinggi, yang dia kendalikan dengan obat-obatan. Dia juga menderita diabetes tipe-2. Ketika dia awalnya didiagnosis menderita diabetes, dia pernah bertemu dengan seorang perawat yang menasihatinya tentang diet, olahraga, dan pengendalian berat badan, tetapi Gabriela merasa sulit untuk menyesuaikan selera tradisionalnya dalam hal makanan dan gaya hidupnya dengan anjuran yang diberikan perawat. Selanjutnya, dokter Gabriela meresepkan obat untuk membantu mengendalikan diabetesnya. Dia mencoba minum obatnya kapan pun dia ingat dan ketika dia mampu membelinya. Baru-baru ini, tes menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya menurun. Putra bungsu Gabriela, Marcos, 49 tahun, tinggal di dekat Gabriela. Ia fasih berbahasa Spanyol dan bahasa Inggris (meskipun aksennya kental). Ia sering menengok ibunya sesering mungkin. Marcos adalah pekerja konstruksi kontrak, menikah dan memiliki tiga anak remaja. Putrinya, Cecilia, 15 tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya di apartemen neneknya, Gabriela, mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu pekerjaan sehari-hari. Marcos juga baru-baru ini didiagnosis menderita diabetes. Ia mengetahui penyakitnya di sebuah klinik medis berpenghasilan rendah dari seorang dokter yang menyarankannya untuk membuat perubahan gaya hidup yang besar guna mencegah penyakitnya semakin parah. Marcos adalah peminum sedang hingga berat, tetapi ia menolak untuk mengurangi kebiasaan minumnya, karena ia "bisa mengatasinya," dan itu merupakan bagian penting dari kehidupan sosialnya. Ia juga sangat takut dengan jarum suntik, dan ia tidak suka dengan gagasan menjalani tes darah secara teratur. Ia beralasan bahwa ia akan belajar untuk hidup dengan gejala-gejalanya, yang masih relatif ringan. Akhir-akhir ini, Gabriela mengalami batuk yang semakin parah dan sering menderita sakit kepala, sesak napas, dan merasa tidak enak badan secara umum. Ia mengabaikan gejala-gejala ini dan menganggapnya sebagai gejala insomnia yang terus-menerus. Suatu sore, dalam perjalanan pulang kerja, istri Marcos, Maria, menerima panggilan telepon panik dari putri mereka, yang datang ke apartemen Gabriela sepulang sekolah dan mendapati neneknya merasa sangat pusing dan cemas, serta mengalami kesulitan bernapas yang parah. Maria menutup telepon dan menelepon 911, menelepon suaminya, Marcos, lalu bergegas menemui ambulans di rumah sakit. Pemeriksaan awal Gabriela menunjukkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) stadium lanjut, kondisi paru-paru, dan pneumonia bilateral. Selain itu, tes darah menunjukkan bahwa diabetesnya tidak terkendali dan ginjalnya berfungsi kurang dari kapasitas normal. Setelah Gabriela distabilkan dengan oksigen, dokter unit gawat darurat yang bertugas, Dr. Michael Johnson, berbicara (dalam bahasa Inggris) dengan Marcos, Maria, dan Cecilia. Menanggapi ketiganya dengan nada yang sama, ia memberi tahu mereka bahwa, selain PPOK dan pneumonia tingkat lanjut, Gabriela juga tampaknya menderita gagal ginjal, komplikasi dari diabetesnya. Ia ingin membawanya ke rumah sakit untuk observasi dan perawatan pneumonianya, dan untuk memanggil konsultasi nefrologi mengenai penurunan fungsi ginjalnya. Mereka setuju dan Gabriela dirawat di ICU, di mana ia diberi antibiotik untuk pneumonianya, dan bronkodilator, kortikosteroid, dan oksigen tambahan untuk pernapasannya. Setelah dirawat di ICU, dokter yang merawat Gabriela di sana, Dr. Rachel Parker, yang juga berbicara dalam bahasa Inggris, mencoba untuk berdiskusi dengan Gabriela tentang pilihan perintah DNR (Do Not Resuscitate), tetapi dokter tersebut segera menilai bahwa Gabriela saat ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan tersebut. Dr. Parker kemudian menghubungi Marcos mengenai masalah tersebut, menjelaskan bahwa pada pasien seperti Gabriela, peluang resusitasi untuk mengembalikan pasien ke kualitas hidupnya sebelumnya sangat kecil. Namun, Marcos dengan keras melarang DNR dan bersikeras agar hal itu tidak disebutkan lagi, terutama di depan Gabriela. Keesokan paginya, dokter spesialis penyakit ginjal berkonsultasi dengan Dr. Parker dan kemudian mereka berdua bertemu dengan Marcos dan Maria. Dokter spesialis penyakit ginjal menjelaskan seberapa parah penyakit Gabriela dan bahwa dia bukan kandidat yang baik untuk transplantasi ginjal, mengingat masalah medis lainnya yang dialaminya. Lebih jauh, pada usia Gabriela, dialisis jangka panjang akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuhnya dan kualitas hidupnya. Setelah membiarkan informasi ini meresap, Dr. Parker menjelaskan bahwa, bahkan jika pneumonia dapat dikendalikan, Gabriela akan membutuhkan perawatan berkelanjutan tingkat tinggi; dia tidak akan lagi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gabriela Rivera:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- SLKI: Pemeliharaan Jalan Napas (I-03)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Respirasi (M02)
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Toleransi Aktivitas (I-12)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Mobilitas (M06)
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Resiko Kekurangan Volume Cairan (00028)
- Definisi: Berisiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- SLKI: Keseimbangan Cairan (I-05)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Cairan dan Elektrolit (M03)
4. Ketidakpatuhan
- SDKI: Ketidakpatuhan (00079)
- Definisi: Tindakan tidak mengikuti rencana terapi yang disepakati bersama oleh pasien dan tenaga kesehatan.
- SLKI: Kepatuhan (I-10)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Manajemen Diri (M08)
5. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Pencegahan Infeksi (I-09)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Pencegahan Infeksi (M01)
6. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Defisit Perawatan Diri (00108)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Perawatan Diri (I-11)
- SIKI: Asuhan Keperawatan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (M05)
Penjelasan singkat:
Kondisi Gabriela Rivera menunjukkan adanya permasalahan terkait sistem pernapasan, sistem ginjal, aktivitas, kepatuhan, risiko infeksi, dan perawatan diri yang membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 17348 | 15 May 2025
Klinis : Gabriela Rivera adalah seorang wanita New York berusia 80 tahun dari Puerto Rico, yang tinggal sendirian di apartemennya yang disewakan dengan harga sewa yang terkendali. Dia telah tinggal di New York selama hampir 40 tahun dan berbicara sedikit bahasa Inggris, meskipun agak ragu-ragu. Gabriela adalah seorang ibu yang berbakti, menelepon anak-anaknya sesering mungkin dan bahkan mengirimi mereka permen buatan sendiri. Dia membesarkan anak-anaknya hingga remaja di apartemen yang sama tempat dia tinggal saat ini. Dia enggan meninggalkannya, meskipun sekarang dia membayar sewa hanya dengan susah payah dan bantuan keuangan yang besar dari anakanaknya. Gabriela telah lama menderita tekanan darah tinggi, yang dia kendalikan dengan obat-obatan. Dia juga menderita diabetes tipe-2. Ketika dia awalnya didiagnosis menderita diabetes, dia pernah bertemu dengan seorang perawat yang menasihatinya tentang diet, olahraga, dan pengendalian berat badan, tetapi Gabriela merasa sulit untuk menyesuaikan selera tradisionalnya dalam hal makanan dan gaya hidupnya dengan anjuran yang diberikan perawat. Selanjutnya, dokter Gabriela meresepkan obat untuk membantu mengendalikan diabetesnya. Dia mencoba minum obatnya kapan pun dia ingat dan ketika dia mampu membelinya. Baru-baru ini, tes menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya menurun. Putra bungsu Gabriela, Marcos, 49 tahun, tinggal di dekat Gabriela. Ia fasih berbahasa Spanyol dan bahasa Inggris (meskipun aksennya kental). Ia sering menengok ibunya sesering mungkin. Marcos adalah pekerja konstruksi kontrak, menikah dan memiliki tiga anak remaja. Putrinya, Cecilia, 15 tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya di apartemen neneknya, Gabriela, mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu pekerjaan sehari-hari. Marcos juga baru-baru ini didiagnosis menderita diabetes. Ia mengetahui penyakitnya di sebuah klinik medis berpenghasilan rendah dari seorang dokter yang menyarankannya untuk membuat perubahan gaya hidup yang besar guna mencegah penyakitnya semakin parah. Marcos adalah peminum sedang hingga berat, tetapi ia menolak untuk mengurangi kebiasaan minumnya, karena ia "bisa mengatasinya," dan itu merupakan bagian penting dari kehidupan sosialnya. Ia juga sangat takut dengan jarum suntik, dan ia tidak suka dengan gagasan menjalani tes darah secara teratur. Ia beralasan bahwa ia akan belajar untuk hidup dengan gejala-gejalanya, yang masih relatif ringan. Akhir-akhir ini, Gabriela mengalami batuk yang semakin parah dan sering menderita sakit kepala, sesak napas, dan merasa tidak enak badan secara umum. Ia mengabaikan gejala-gejala ini dan menganggapnya sebagai gejala insomnia yang terus-menerus. Suatu sore, dalam perjalanan pulang kerja, istri Marcos, Maria, menerima panggilan telepon panik dari putri mereka, yang datang ke apartemen Gabriela sepulang sekolah dan mendapati neneknya merasa sangat pusing dan cemas, serta mengalami kesulitan bernapas yang parah. Maria menutup telepon dan menelepon 911, menelepon suaminya, Marcos, lalu bergegas menemui ambulans di rumah sakit. Pemeriksaan awal Gabriela menunjukkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) stadium lanjut, kondisi paru-paru, dan pneumonia bilateral. Selain itu, tes darah menunjukkan bahwa diabetesnya tidak terkendali dan ginjalnya berfungsi kurang dari kapasitas normal. Setelah Gabriela distabilkan dengan oksigen, dokter unit gawat darurat yang bertugas, Dr. Michael Johnson, berbicara (dalam bahasa Inggris) dengan Marcos, Maria, dan Cecilia. Menanggapi ketiganya dengan nada yang sama, ia memberi tahu mereka bahwa, selain PPOK dan pneumonia tingkat lanjut, Gabriela juga tampaknya menderita gagal ginjal, komplikasi dari diabetesnya. Ia ingin membawanya ke rumah sakit untuk observasi dan perawatan pneumonianya, dan untuk memanggil konsultasi nefrologi mengenai penurunan fungsi ginjalnya. Mereka setuju dan Gabriela dirawat di ICU, di mana ia diberi antibiotik untuk pneumonianya, dan bronkodilator, kortikosteroid, dan oksigen tambahan untuk pernapasannya. Setelah dirawat di ICU, dokter yang merawat Gabriela di sana, Dr. Rachel Parker, yang juga berbicara dalam bahasa Inggris, mencoba untuk berdiskusi dengan Gabriela tentang pilihan perintah DNR (Do Not Resuscitate), tetapi dokter tersebut segera menilai bahwa Gabriela saat ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan tersebut. Dr. Parker kemudian menghubungi Marcos mengenai masalah tersebut, menjelaskan bahwa pada pasien seperti Gabriela, peluang resusitasi untuk mengembalikan pasien ke kualitas hidupnya sebelumnya sangat kecil. Namun, Marcos dengan keras melarang DNR dan bersikeras agar hal itu tidak disebutkan lagi, terutama di depan Gabriela. Keesokan paginya, dokter spesialis penyakit ginjal berkonsultasi dengan Dr. Parker dan kemudian mereka berdua bertemu dengan Marcos dan Maria. Dokter spesialis penyakit ginjal menjelaskan seberapa parah penyakit Gabriela dan bahwa dia bukan kandidat yang baik untuk transplantasi ginjal, mengingat masalah medis lainnya yang dialaminya. Lebih jauh, pada usia Gabriela, dialisis jangka panjang akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuhnya dan kualitas hidupnya. Setelah membiarkan informasi ini meresap, Dr. Parker menjelaskan bahwa, bahkan jika pneumonia dapat dikendalikan, Gabriela akan membutuhkan perawatan berkelanjutan tingkat tinggi; dia tidak akan lagi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Gabriela Rivera yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan saluran pernapasan untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
2. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
- SDKI: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang optimal.
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00099)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau meminta bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola dan mempertahankan kesehatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pasien dalam mengelola dan mempertahankan kesehatan.
4. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
- SDKI: Risiko mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi pasien terhadap aktivitas.
5. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk memelihara kesehatan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam memelihara kesehatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemeliharaan kesehatan pasien.
Penjelasan singkat:
Diagnosa-diagnosa tersebut mencerminkan masalah kesehatan Gabriela, termasuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, diabetes, dan gangguan fungsi ginjal. Intervensi keperawatan akan berfokus pada manajemen gejala pernapasan, kontrol diabetes, pemeliharaan fungsi ginjal, serta edukasi dan dukungan untuk meningkatkan kemampuan Gabriela dalam mengelola kesehatan dirinya. -
Article No. 17349 | 15 May 2025
Klinis : Hasil pengkajian keluarga Bpk. M (30 tahun) dan Ibu. A (28 tahun), mempunyai 2 orang anak anau prasekolah perempuan (Anak. A) berusia 3,5 tahun, dan anak kedua laki-laki berusia 14 bulan. Keluarga mengatakan Ank. A sering diare. Ibu mengatakan diare pada anak itu adalah hal yang biasa, itu menunjukkan anak akan bisa sesuatu atau menjadi pintar. Menurut ibu, diare pada anak tidak akan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Saat diare ibu biasanya menghentikan pemberian susu, tidak memberikan buah dan sayuran, lebih sering membelikan bubur instan yang dibeli di warung. Karena ibu menganggap susu, buah dan sayuran dapat memperparah diare anaknya. Tampak kuku tangan anak kotor dan Panjang. Ibu hanya mencuci tangan anak dengan air mengalir saja sebelum makan. Ibu juga membuang diapers yang berisi feses di tempat sampah dapur yang terbuka. Ibu jarang membawa anak ke posyandu, karena sibuk mengurus rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Diare Kronis berhubungan dengan praktik higiene dan sanitasi yang buruk.
- Definisi: Keadaan yang menunjukkan kemungkinan terjadinya diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, yang disebabkan oleh faktor risiko yang dapat diubah.
- Faktor risiko: Praktik higiene dan sanitasi yang buruk, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, membuang feses di tempat yang tidak tepat, dan tidak menjaga kebersihan lingkungan.
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan keyakinan yang keliru tentang diare.
- Definisi: Keadaan ketidakadekuatan informasi kognitif terkait dengan topik tertentu.
- Faktor yang berhubungan: Keyakinan yang keliru dari ibu bahwa diare merupakan hal biasa dan tanda anak akan menjadi pintar, serta keyakinan yang keliru tentang penanganan diare.
3. Risiko Pertumbuhan Terhambat berhubungan dengan praktik pemberian makan yang tidak tepat saat diare.
- Definisi: Keadaan yang menunjukkan kemungkinan terjadinya hambatan dalam pertumbuhan fisik anak, yang disebabkan oleh faktor risiko yang dapat diubah.
- Faktor risiko: Praktik pemberian makan yang tidak tepat saat diare, seperti menghentikan pemberian susu, buah, dan sayuran.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Diare
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan atau mengelola kejadian diare.
- Indikator:
a. Frekuensi episode diare berkurang.
b. Durasi episode diare berkurang.
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Pengetahuan Keluarga: Diare
- Definisi: Tingkat pemahaman keluarga tentang konsep diare, penyebab, pencegahan, dan penanganan.
- Indikator:
a. Keluarga dapat menjelaskan definisi diare.
b. Keluarga dapat menyebutkan penyebab diare.
c. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah dan menangani diare.
3. Pertumbuhan Anak
- Definisi: Kemajuan dalam ukuran fisik dan kematangan fungsi tubuh anak.
- Indikator:
a. Berat badan sesuai dengan usia.
b. Tinggi badan sesuai dengan usia.
c. Lingkar kepala sesuai dengan usia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Diare
- Definisi: Tindakan untuk mengontrol atau menghentikan episode diare.
- Kegiatan:
a. Evaluasi pola diare anak.
b. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan cairan yang adekuat selama diare.
c. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan makanan bergizi selama diare.
d. Ajarkan kepada keluarga cara mencuci tangan dengan benar.
e. Anjurkan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.
2. Edukasi Kesehatan
- Definisi: Pemberian informasi yang terencana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan.
- Kegiatan:
a. Identifikasi pengetahuan keluarga tentang diare.
b. Berikan edukasi tentang definisi, penyebab, pencegahan, dan penanganan diare yang tepat.
c. Diskusikan dan klarifikasi keyakinan yang keliru tentang diare.
d. Evaluasi pemahaman keluarga setelah edukasi.
3. Promosi Pertumbuhan Anak
- Definisi: Tindakan untuk mendorong pertumbuhan fisik dan perkembangan anak yang optimal.
- Kegiatan:
a. Evaluasi pola makan anak selama diare.
b. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan makanan bergizi selama diare.
c. Ajarkan kepada keluarga tentang manfaat makanan bergizi bagi pertumbuhan anak.
d. Pantau pertumbuhan anak secara berkala.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan keluarga dapat mengendalikan diare, meningkatkan pengetahuan tentang diare, dan menjaga pertumbuhan anak yang optimal. -
Article No. 17350 | 15 May 2025
Klinis : Keluarga mengatakan Ank. A sering diare. Ibu mengatakan diare pada anak itu adalah hal yang biasa, itu menunjukkan anak akan bisa sesuatu atau menjadi pintar. Menurut ibu, diare pada anak tidak akan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Saat diare ibu biasanya menghentikan pemberian susu, tidak memberikan buah dan sayuran, lebih sering membelikan bubur instan yang dibeli di warung. Karena ibu menganggap susu, buah dan sayuran dapat memperparah diare anaknya. Tampak kuku tangan anak kotor dan Panjang. Ibu hanya mencuci tangan anak dengan air mengalir saja sebelum makan. Ibu juga membuang diapers yang berisi feses di tempat sampah dapur yang terbuka. Ibu jarang membawa anak ke posyandu, karena sibuk mengurus rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Resiko Diare Kronik berhubungan dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang penatalaksanaan diare anak yang tepat.
Penjelasan:
Kondisi yang digambarkan menunjukkan adanya pemahaman ibu yang kurang tepat terkait penanganan diare pada anak. Ibu menganggap diare sebagai hal yang biasa dan tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan, serta melakukan tindakan yang dapat memperparah kondisi diare seperti menghentikan pemberian susu, buah, dan sayuran. Hal ini dapat menyebabkan risiko diare yang berkepanjangan atau menjadi kronik.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Penjelasan:
Terdapat beberapa indikasi buruknya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan, seperti kuku anak yang kotor dan panjang, cuci tangan anak hanya dengan air saja, serta pembuangan popok bekas feses di tempat sampah terbuka. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi, baik infeksi saluran pencernaan maupun infeksi lainnya.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan persepsi ibu yang keliru tentang pentingnya kontrol kesehatan anak.
Penjelasan:
Ibu jarang membawa anak ke posyandu karena sibuk mengurus rumah, menunjukkan adanya ketidakpatuhan ibu dalam melakukan pemantauan kesehatan anak secara rutin. Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi ibu yang kurang memahami pentingnya kontrol kesehatan anak untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Diare: Anak dapat mengendalikan atau menurunkan frekuensi diare dalam batas normal.
2. Higiene Diri: Anak dapat melakukan higiene diri secara mandiri dan teratur.
3. Kepatuhan: Ibu dapat secara teratur membawa anak ke posyandu untuk pemantauan kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Resiko Diare Kronik:
a. Edukasi ibu tentang penatalaksanaan diare yang tepat, termasuk pentingnya pemberian cairan dan elektrolit, serta tidak menghentikan pemberian susu, buah, dan sayuran.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk evaluasi dan pemberian pengobatan diare yang sesuai.
2. Untuk Risiko Infeksi:
a. Edukasi ibu dan anak tentang pentingnya kebersihan diri, seperti memotong kuku, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Edukasi ibu tentang cara pembuangan popok bekas feses yang tepat, seperti di tempat sampah tertutup.
3. Untuk Ketidakpatuhan:
a. Edukasi ibu tentang pentingnya kontrol kesehatan anak secara rutin ke posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan.
b. Kolaborasi dengan kader posyandu untuk memberikan dukungan dan memfasilitasi kunjungan ibu dan anak ke posyandu secara teratur.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif mencakup edukasi, kolaborasi, dan dukungan, diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman dan perilaku ibu dalam penanganan diare anak, higiene diri, serta kepatuhan untuk kontrol kesehatan anak, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan.