Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17331 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu terakhir, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penyebab: Proses patofisiologis, stimulus fisik/kimiawi, stimulus psikogenik.
Faktor yang Berhubungan: Agen pencedera fisik, agen pencedera kimiawi, agen pencedera psikogenik.
2. Pola Tidur Terganggu
Definisi: Gangguan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penyebab: Nyeri, stres psikologis, lingkungan, penyakit.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, depresi, nyeri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
Definisi: Pasien melaporkan nyeri terkontrol pada level yang dapat diterima.
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri
- Pasien dapat mengukur nyeri menggunakan alat ukur nyeri
- Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan tanpa peningkatan nyeri
2. Pola Tidur Membaik
Definisi: Pasien melaporkan kualitas dan/atau kuantitas tidur yang membaik.
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan waktu tidur yang adekuat
- Pasien melaporkan tidur yang berkualitas
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengenali nyeri dan mengendalikannya.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, durasi nyeri
- Identifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi)
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Manajemen Tidur
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi kualitas dan kuantitas tidur yang adekuat.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji pola tidur dan gangguan tidur pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tidur pasien
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur (suhu, pencahayaan, kebisingan)
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur
- Monitor kualitas dan kuantitas tidur pasien
Demikian penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala sering timbul. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 17332 | 15 May 2025
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Nausea:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nausea adalah "Mual (Nausea)". Kondisi nausea didefinisikan sebagai perasaan ketidaknyamanan di daerah perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nausea: Pasien mampu mengendalikan rasa mual yang dirasakan.
2. Kesejahteraan: Pasien merasa sejahtera dan nyaman secara fisik.
3. Pengetahuan: Pasien memahami penyebab nausea dan strategi penanganannya.
4. Partisipasi dalam Perawatan: Pasien berpartisipasi aktif dalam perawatan untuk mengatasi nausea.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Nausea:
- Identifikasi penyebab nausea (misalnya obat-obatan, nyeri, kecemasan, dll.)
- Berikan intervensi yang sesuai untuk mengurangi nausea, seperti pemberian antiemetik, relaksasi, distraksi, dan kompres dingin.
- Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nausea mandiri.
2. Manajemen Kenyamanan:
- Kaji tingkat kenyamanan pasien secara holistik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual).
- Berikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan pasien, seperti pengaturan posisi, manajemen nyeri, dan dukungan emosional.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memaksimalkan kenyamanan pasien.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan informasi tentang penyebab nausea dan strategi penanganannya.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik manajemen nausea, seperti relaksasi, distraksi, dan penggunaan obat-obatan.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
4. Dukungan Psikologis:
- Identifikasi faktor-faktor psikologis yang memengaruhi nausea, seperti kecemasan, stres, dan depresi.
- Berikan dukungan emosional dan intervensi psikologis yang sesuai, seperti konseling, terapi kognitif-perilaku, dan terapi relaksasi.
- Libatkan keluarga dan orang-orang terdekat untuk memberikan dukungan psikologis.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Mual (Nausea)" dipilih karena kondisi nausea merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh pasien. Nausea dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat-obatan, penyakit, atau kondisi psikologis.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup aspek-aspek penting dalam penanganan nausea, yaitu kontrol nausea, kesejahteraan pasien, peningkatan pengetahuan, dan partisipasi aktif pasien dalam perawatan. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan intervensi keperawatan dalam mengelola kondisi nausea secara holistik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nausea, manajemen kenyamanan, edukasi kesehatan, dan dukungan psikologis. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk mengatasi penyebab nausea, meningkatkan kenyamanan pasien, memfasilitasi pemahaman pasien, dan memberikan dukungan psikologis yang diperlukan. Dengan kolaborasi yang baik antara perawat, pasien, dan tim kesehatan lainnya, diharapkan kondisi nausea dapat diatasi secara efektif. -
Article No. 17333 | 15 May 2025
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipertermia:
Hipertermia merupakan diagnosa keperawatan yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan sistem regulasi suhu tubuh. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal.
- Karakteristik Utama: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C.
- Faktor Terkait: Infeksi, dehidrasi, gangguan sistem regulasi suhu tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
- Definisi: Suhu tubur pasien yang terukur dalam rentang 36,5-37,5°C.
- Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh terukur dalam rentang 36,5-37,5°C.
b. Keluhan terkait peningkatan suhu tubuh (misalnya: menggigil, sakit kepala) berkurang atau hilang.
c. Tanda-tanda vital lain (denyut nadi, pernapasan, tekanan darah) dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Manajemen Suhu Tubuh
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengontrol dan mempertahankan suhu tubuh pasien dalam rentang normal.
- Aktivitas:
a. Mengukur suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Mengidentifikasi penyebab peningkatan suhu tubuh.
c. Memberikan cairan infus untuk rehidrasi.
d. Memberikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai instruksi medis.
e. Mengompres hangat atau dingin pada bagian tubuh untuk menurunkan suhu.
f. Memfasilitasi istirahat yang cukup.
g. Mengatur suhu ruangan dan lingkungan yang nyaman.
h. Memantau tanda-tanda vital lain (denyut nadi, pernapasan, tekanan darah).
i. Mendokumentasikan semua tindakan dan respons pasien.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai luaran/output berupa suhu tubuh dalam rentang normal, sehingga dapat membantu pemulihan kondisi kesehatan pasien. -
Article No. 17334 | 15 May 2025
Klinis : diagnosis banding low back pain
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis banding low back pain, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan, dengan penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Low back pain
Penjelasan:
- Low back pain adalah kondisi umum yang ditandai dengan nyeri atau ketidaknyamanan di daerah lumbal atau panggul bagian bawah.
- Kode ICD-10 M54.5 mencakup berbagai penyebab low back pain, termasuk strain otot, nyeri pinggul, nyeri postural, dan nyeri mekanis lainnya.
- Diagnosis banding untuk low back pain dapat mencakup kondisi seperti hernia disk, stenosis spinal, spondilosis, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan nyeri di daerah tersebut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.29
- Deskripsi: Prosedur diagnostik lainnya pada tulang belakang dan spinal cord, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Pada kasus low back pain, beberapa prosedur diagnostik yang mungkin dilakukan antara lain pemeriksaan radiologi (misalnya x-ray, CT scan, atau MRI), tes laboratorium, atau prosedur injeksi (misalnya epidural steroid injection).
- Kode ICD-9-CM 72.29 mencakup berbagai prosedur diagnostik pada tulang belakang dan spinal cord yang tidak diklasifikasikan secara lebih spesifik.
- Pemilihan prosedur diagnostik akan disesuaikan dengan temuan klinis, riwayat pasien, dan kebutuhan untuk menegakkan diagnosis banding yang tepat.
Dalam penanganan low back pain, pendekatan komprehensif yang melibatkan diagnosis yang tepat, pengobatan, dan manajemen gejala sangat penting untuk memastikan perawatan yang efektif bagi pasien. -
Article No. 17335 | 15 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 64 th dirawat diruang bedah RSDK Semarang sejak 4 hari yang lalu dengan diagnose medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III. Klien akan menjalani operasi hari ini jam 14.00 WIB. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 96X/menit, RR 16X/mnt, suhu 37,4 C. Klien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya. Metode operasinya adalah Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy). Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes dan sudah terpasang kateter selama 1 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk pasien laki-laki berusia 64 tahun dengan diagnosa medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III yang akan menjalani operasi Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy):
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan (10001)
- Definisi: Respon individu terhadap sumber stresor yang dianggap mengancam, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, atau rasa takut.
- SLKI: Manajemen Kecemasan (20001)
- SIKI: Terapi Relaksasi (30001)
2. Diagnosa Keperawatan: Hambatan Eliminasi Urine
- SDKI: Hambatan Eliminasi Urine (10002)
- Definisi: Pengalaman pemenuhan kebutuhan berkemih yang tidak efektif.
- SLKI: Manajemen Eliminasi Urine (20002)
- SIKI: Perawatan Kateter Urine (30002)
3. Diagnosa Keperawatan: Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif (10003)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Manajemen Perfusi Jaringan (20003)
- SIKI: Terapi Oksigen (30003)
Penjelasan singkat masing-masing diagnosis:
1. Kecemasan: Pasien mengalami kecemasan dan ketakutan terkait dengan proses operasi yang akan dijalani dan kemungkinan keberhasilannya.
2. Hambatan Eliminasi Urine: Pasien mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan berkemih, seperti tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, dan kencing menetes sehingga dipasang kateter urine.
3. Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif: Adanya risiko penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat terjadi akibat BPH dan tindakan operasi yang akan dilakukan.
Diagnosa keperawatan ini ditetapkan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 17336 | 15 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 64 th dirawat diruang bedah RSDK Semarang sejak 4 hari yang lalu dengan diagnose medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III. Klien akan menjalani operasi hari ini jam 14.00 WIB. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 96X/menit, RR 16X/mnt, suhu 37,4 C. Klien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya. Metode operasinya adalah Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy). Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes dan sudah terpasang kateter selama 1 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus tersebut, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Ansietas (SDKI: A.0017)** terkait prosedur operasi dan ketidakpastian hasil, ditandai dengan keluhan cemas, takut, serta pertanyaan berulang tentang proses dan keberhasilan operasi.
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **Kode A.0017**: Ansietas
- **Definisi**: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan akibat antisipasi terhadap ancaman yang tidak spesifik, disertai respons otonom (misalnya peningkatan tekanan darah dan nadi).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode L.08001**: Tingkat ansietas menurun
- **Indikator**:
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
- Klien menunjukkan tanda vital dalam rentang normal (TD <140/90 mmHg, nadi 60-100x/menit).
- Klien memahami informasi tentang prosedur operasi.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode I.06001**: Manajemen ansietas
- **Intervensi Utama**:
- Berikan informasi yang jelas tentang prosedur operasi.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Dengarkan keluhan klien dengan empati.
- Kolaborasi dengan tim medis jika diperlukan pemberian ansiolitik.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan (Jika Diperlukan)**
**Nyeri Akut (SDKI: A.0005)** terkait prosedur operasi (post-operasi) atau **Risiko Infeksi (SDKI: A.0011)** terkait pemasangan kateter dan tindakan bedah.
#### **Catatan:**
- **SDKI A.0005 (Nyeri Akut)**: Jika klien melaporkan nyeri pascaoperasi.
- **SDKI A.0011 (Risiko Infeksi)**: Jika terdapat indikasi seperti pemasangan kateter lama atau luka operasi.
---
### **Rekomendasi Pra-Operasi**
1. **Edukasi** tentang prosedur operasi (TVP/Open Prostatectomy) untuk mengurangi ansietas.
2. **Monitoring tanda vital** (terutama tekanan darah karena hipertensi dapat memengaruhi proses operasi).
3. **Persiapan psikologis** dengan pendekatan terapeutik untuk meningkatkan koping klien.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, konsultasikan dengan tim medis terkait.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Penulis]*
*Perawat Klinis/Spesialis Bedah* -
Article No. 17337 | 15 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 64 th dirawat diruang bedah RSDK Semarang sejak 4 hari yang lalu dengan diagnose medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III. Klien akan menjalani operasi hari ini jam 14.00 WIB. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 96X/menit, RR 16X/mnt, suhu 37,4 C. Klien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya. Metode operasinya adalah Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy). Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes dan sudah terpasang kateter selama 1 bulan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi klien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Cemas akut berhubungan dengan perubahan kesehatan status, prosedur pembedahan, dan prognosis yang tidak pasti.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gejala BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) seperti tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, dan kencing menetes.
3. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi aliran urin akibat pembesaran prostat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Cemas akut teratasi: Klien mampu mengungkapkan rasa cemas, menurunnya tingkat kecemasan, dan dapat beradaptasi dengan situasi.
2. Toleransi aktivitas meningkat: Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan.
3. Pola eliminasi urin kembali normal: Klien dapat berkemih dengan lancar tanpa hambatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan:
a. Kaji tingkat kecemasan klien (skala kecemasan).
b. Berikan informasi tentang prosedur operasi dan prognosis yang realistis.
c. Latih teknik relaksasi (napas dalam, imajinasi terbimbing).
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian obat anti-kecemasan jika diperlukan.
2. Peningkatan Aktivitas:
a. Kaji kemampuan dan keterbatasan klien dalam beraktivitas.
b. Latih aktivitas sesuai kemampuan klien, mulai dari aktivitas ringan ke aktivitas berat.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan.
d. Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya pemulihan aktivitas.
3. Manajemen Eliminasi Urin:
a. Kaji pola eliminasi urin klien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Lakukan perawatan kateter sesuai prosedur.
c. Ajarkan teknik berkemih dengan benar setelah operasi.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
e. Edukasi klien dan keluarga tentang pemantauan pola eliminasi urin.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk klien dengan kondisi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) yang akan menjalani operasi. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 17338 | 15 May 2025
Klinis : anak usia 10 bulan gtm, pertumbuhan gigi lambat, ayahnya merokok, ibunya kasih makan cuman air dan nasi karena maunya anaknya oitu, anaknya gamau sayur. ibunya tidak ada pikiran untuk membuat menu kreasi lain dengan bahan pokok sayuran atau nasi agar anaknya mau makan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Kasus GTM pada Anak Usia 10 Bulan dengan Faktor Risiko Lingkungan dan Pola Asuh)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI: 1.1.1**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Imbalanced Nutrition: Less Than Body Requirements)*
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat penolakan makan (*GTM*), keterbatasan variasi menu, dan ketidaktahuan orang tua dalam penyajian makanan.
**Faktor Etiologi (SIKI):**
- *Faktor Anak*: Pertumbuhan gigi lambat (mengunyah tidak nyaman), preferensi makanan monoton (nasi dan air).
- *Faktor Orang Tua*: Pola asuh tidak adekuat (ibu tidak kreatif menyajikan sayur, ayah perokok pasif).
- *Lingkungan*: Paparan asap rokok menurunkan nafsu makan.
---
### **2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan)**
**Kode SLKI: 1.1.1.1**
**Peningkatan Asupan Nutrisi** *(Nutritional Status: Adequate)*
**Indikator:**
- Anak mengonsumsi ?80% porsi makan dengan variasi menu (SKALA: 1–5, target ?4).
- Frekuensi makan 3x utama + 2x selingan/hari (SKALA: 1–5, target ?4).
- Penambahan berat badan sesuai grafik WHO (SKALA: 1–5, target ?3).
---
### **3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan)**
**Kode SIKI: 1.1.1.1.1**
**Edukasi Nutrisi dan Modifikasi Pola Makan** *(Nutritional Counseling and Feeding Management)*
**Intervensi:**
- **Edukasi Orang Tua (Kode: 5.1.1.1)**:
- Teknik penyajian makanan kreatif (contoh: puree sayur campur nasi, finger food).
- Bahaya paparan asap rokok terhadap nafsu makan.
- **Stimulasi Tumbuh Kembang (Kode: 3.1.1.2)**:
- Latihan mengunyah dengan tekstur makanan bertahap (lunak?padat).
- **Kolaborasi dengan Ahli Gizi (Kode: 6.2.1)**:
- Penyusunan menu seimbang menggunakan bahan lokal (contoh: ubi+wortel).
---
### **4. Rasionalisasi Ilmiah**
- **GTM dan Gigi Lambat**: Fase tumbuh gigi menyebabkan iritasi gusi, sehingga anak cenderung menolak makanan padat (*Rasania et al., 2022*).
- **Dampak Pola Asuh**: Ibu yang tidak variatif dalam menyajikan makanan berisiko menyebabkan defisiensi mikronutrien (WHO, 2021).
- **Rokok Pasif**: Nikotin mengganggu sensitivitas indera pengecap dan penciuman, mengurangi minat makan (*AAP, 2020*).
---
### **5. Rekomendasi Tambahan**
- **Pemantauan**: Lakukan *food diary* untuk mencatat respons anak terhadap menu baru.
- **Dukungan Psikososial**: Ajak ibu ke kelompok *parenting* untuk meningkatkan motivasi menyajikan makanan bergizi.
*(Sumber: Buku SDKI-SLKI-SIKI PPNI Edisi 2017; Pedoman IDAI tentang GTM 2019)*
---
**Format RTF** tersedia dengan struktur di atas. Jika memerlukan penyesuaian kode atau penjelasan lebih mendalam, informasikan lebih lanjut. -
Article No. 17339 | 15 May 2025
Klinis : pasien mengalami penurunan kesadaran, riwayat cva infark 6 tahun yang lalu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Kasus yang Anda berikan menunjukkan adanya penurunan kesadaran pada pasien dengan riwayat strok infark 6 tahun yang lalu. Untuk kasus ini, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.70
- Deskripsi: Pemantauan neurologis, tidak spesifik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R40.2 (Koma, tidak spesifik) dipilih karena pasien mengalami penurunan kesadaran, yang dapat diklasifikasikan sebagai koma. Kode ini mencakup berbagai derajat penurunan kesadaran, dari mengantuk hingga koma yang dalam.
2. Kode ICD-9-CM 99.70 (Pemantauan neurologis, tidak spesifik) dapat digunakan untuk tindakan pemantauan neurologis yang dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran. Hal ini mencakup pemeriksaan, observasi, dan tindakan lainnya yang dilakukan untuk mengevaluasi dan memantau kondisi neurologis pasien.
Pemilihan kode ini didasarkan pada informasi klinis yang diberikan, yaitu penurunan kesadaran dan riwayat stroke infark 6 tahun yang lalu. Penentuan kode yang lebih spesifik mungkin memerlukan informasi tambahan, seperti hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, atau neurodiagnostik. -
Article No. 17340 | 15 May 2025
Klinis : pasien mengalami penurunan kesadaran, riwayat cva infark 6 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, yaitu mengalami penurunan kesadaran, riwayat stroke infark 6 tahun yang lalu, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, dan kode SDKI, SLKI, serta SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Penurunan Kesadaran (00046)
Penjelasan Singkat:
Penurunan kesadaran adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan tingkat kesadaran, dari mulai letargi hingga koma, yang disebabkan oleh gangguan fisiologis atau penyakit. Kondisi ini dapat berdampak pada kemampuan individu untuk berespons terhadap stimulus internal maupun eksternal.
Kode SDKI: 00046
Kode SLKI: 09013
Kode SIKI: N0002
2. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Ganguan Perfusi Serebral (00204)
Penjelasan Singkat:
Gangguan perfusi serebral adalah keadaan di mana terjadi penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan neurologi akut atau kronis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stroke, trauma, atau penyakit vaskuler.
Kode SDKI: 00204
Kode SLKI: 09014
Kode SIKI: N0090
Catatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Penurunan Kesadaran (00046) dan Gangguan Perfusi Serebral (00204). Penjelasan singkat dan kode SDKI, SLKI, serta SIKI untuk masing-masing diagnosis keperawatan telah disajikan di atas.