Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17301 | 15 May 2025
Klinis : DO : - Hipersalivasi - Terdapat sekret pada ETT - Suara napas ronkhi - RR: 27x/menit - Saturasi oksigen 100% (dengan FiO? 40% ventilator) - Ventilator PSIMV terpasang - Hasil AGD: pH 7,33; PCO? 48 mmHg (retensi CO?)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data objektif yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan ketentuan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00033
Definisi: Ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara dengan lancar.
2. Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif (00033) adalah ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara dengan lancar, yang ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode SLKI: 00406
Definisi: Tingkat efektivitas ventilasi yang dapat mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode SIKI: 00138
Definisi: Memfasilitasi pertukaran gas untuk mempertahankan atau meningkatkan oksigenasi dan ventilasi.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami pola napas tidak efektif yang ditandai dengan hipersalivasi, sekret pada ETT, suara napas ronkhi, dan retensi CO2 berdasarkan hasil AGD. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi pertukaran gas untuk mempertahankan atau meningkatkan oksigenasi dan ventilasi, misalnya dengan pengelolaan jalan napas, penghisapan lendir, dan penyesuaian parameter ventilator. -
Article No. 17302 | 15 May 2025
Klinis : Tn A usia 55 tahun dirawat di ICU post operasi laparatomi atas indikasi peritonitis perforasi. Pasien masuk ICU tanggal 23 Februari 2025 jam 21.00 WIB. Berdasarkan pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Februari 2025 jam 08.00 didapatkan data, kesadaran pasien dalam pengaruh obat (DPO). terpasang ETT ukuran 7.5 dengan kedalaman 21 cm, terhubung dengan ventilator mode PSIMV 4, PS 6 PC 10, TV 207 RR 27 Fio2 40%, PEEP 5 cmH2O. Pasien hipersalivasi, terdapat secret pada ETT, pergerakan dinding dada simetris, terpasang central line catheter pada bagian kanan dada, tidak terdapat krepitasi, taktil fremitus tidak dapat dikaji, perkusi sonor, auskultasi suara nafas ronkhi. Saturasi oksigen 100%, akral dingin, CRT > 3detik, auskultasi jantung S1 dan S2 normal, tidak ditemukan gallop, pulsasi arteri pada ekstremitas normal, konjunctiva anemis, tidak ditemukan udem, gambaran EKG sinus takikardi, tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis. TD: 90/60 mmHg, MAP: 70 mmHg, HR: 112 kali/menit, mukosa oral pucat. Ukuran pupil kanan dan kiri 2/2, reflex terhadap cahaya + pada kedua mata. Terdapat luka Post op pada sepanjang Abdomen, dengan panjang lebih kurang 12 cm, terdapat 2 drain pada dinding abdomen kiri dengan jumlah 50 CC dan kanan dengan produksi 100 CC dalam waktu 8 jam, bising usus terdengar lemah, perkusi timpani pada ke 4 kuadran, palpasi. Pasien terpasang NGT dan dialirkan dengan cairan lambung berwarna hijau kehitaman. Pasien terpasang kateter, produksi urin 200 cc/8 jam. BB pasien 60 Kg, TB 172 cm. Pasien mendapat terapi infus 2000 cc/24 jam, medikasi 100 cc/24 jam, pasien dipuasakan. Hasil pengkajian dengan keluarga didapatkan, pasien memiliki riwayat mengkonsumsi jamu selama 1 tahun untuk mengatasi nyeri dan bengkak pada kaki akibat asam urat yang dideritanya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya secret pada ETT, hipersalivasi, dan suara napas ronkhi.
- Berhubungan dengan efek sedasi dari obat-obatan dan adanya alat bantu napas (ETT).
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
- Ditandai dengan akral dingin, CRT > 3 detik, dan tachikardi.
- Berhubungan dengan hipovolemia dan penurunan cardiac output akibat peritonitis.
3. Gangguan Integritas Kulit
- Ditandai dengan adanya luka post-operasi pada abdomen.
- Berhubungan dengan prosedur pembedahan dan pemasangan drain.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien bebas dari secret pada ETT, hipersalivasi, dan suara napas ronkhi.
- Pasien mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
- Akral hangat, CRT < 3 detik, dan frekuensi nadi dalam batas normal.
- Tanda-tanda syok teratasi.
3. Integritas Kulit Membaik
- Luka post-operasi pada abdomen menunjukkan penyembuhan yang baik.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Janan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction ETT secara berkala untuk mengeluarkan secret.
- Berikan humidifikasi oksigen.
- Pertahankan posisi pasien semi-fowler.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator.
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi.
- Bantu aktivitas fisik pasien sesuai toleransi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
3. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan luka post-operasi secara aseptik.
- Pertahankan kebersihan dan kelembapan area luka.
- Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi penyembuhan luka.
Dengan rincian ini, diharapkan Anda dapat memahami pendekatan komprehensif dalam menangani masalah keperawatan Tn. A di ICU pasca operasi laparatomi. -
Article No. 17303 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan emosi tidak stabil
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan emosi tidak stabil adalah "Gangguan Regulasi Emosi" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Gangguan Regulasi Emosi didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengenali, memproses, dan mengelola respons emosional secara efektif.
Gangguan Regulasi Emosi ditandai dengan gejala-gejala seperti ketidakstabilan emosi, perubahan suasana hati yang cepat, reaksi emosional yang berlebihan, dan kesulitan mengontrol emosi. Kondisi ini dapat berdampak pada kemampuan individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Regulasi Emosi: Pasien menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengenali, memproses, dan mengelola respons emosionalnya secara efektif.
2. Stabilitas Emosi: Pasien menunjukkan kestabilan emosi, dengan perubahan suasana hati yang lebih terkendali dan reaksi emosional yang proporsional.
3. Peningkatan Kemampuan Koping: Pasien memiliki strategi koping yang efektif untuk mengatasi situasi yang memicu respons emosional yang tidak stabil.
4. Peningkatan Fungsi Sosial: Pasien dapat menjalin hubungan interpersonal yang lebih baik dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial dengan lebih efektif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asesmen Komprehensif:
- Mengkaji riwayat dan pola emosi pasien
- Mengidentifikasi faktor-faktor pemicu ketidakstabilan emosi
- Mengevaluasi kemampuan koping pasien dalam mengelola emosi
2. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang regulasi emosi dan pentingnya manajemen emosi yang efektif
- Membantu pasien memahami dan mengelola respons emosionalnya
- Mengembangkan strategi koping yang adaptif untuk mengatasi situasi sulit
3. Terapi Modalitas:
- Menerapkan teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam, visualisasi, atau meditasi
- Melakukan terapi kognitif-perilaku untuk mengubah pola pikir dan perilaku yang maladaptif
- Mempertimbangkan penggunaan terapi musik atau seni untuk memfasilitasi ekspresi dan regulasi emosi
4. Dukungan Sosial:
- Melibatkan keluarga atau significant others dalam proses asuhan keperawatan
- Membantu pasien membangun jaringan sosial yang mendukung
- Mengembangkan rencana peningkatan fungsi sosial pasien
5. Kolaborasi Interprofesional:
- Berkoordinasi dengan profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, jika diperlukan
- Melakukan rujukan atau kolaborasi dengan ahli lain untuk memberikan intervensi yang komprehensif
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan regulasi emosi, stabilitas emosi, kemampuan koping yang efektif, dan peningkatan fungsi sosial. -
Article No. 17304 | 15 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan mimisan berulang, mudah memar,mengeluh lelah dan nyeri pada sendi lutut kiri sejak dua hari terakhir. Orang tua pasien menyampaikan bahwa anak telah didiagnosis Hemofilia A sejak usia 3 tahun dan saat ini sedang menjalani kemoterapi siklus kedua karena Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) yang terdiagnosis tiga bulan yang lalu. Riwayat keluarga menunjukkan adanya anggota keluarga dari pihak ibu (paman) yang juga menderita hemofilia. Saat dilakukan pengkajian, anak tampak lemas, nafsu makan menurun, dan mengeluh nyeri saat lutut digerakkan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 118 kali per menit, frekuensi napas 24 kali per menit, dan suhu tubuh 36,9°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, memar pada lengan kanan dan kaki kiri, serta pembengkakan sendi (hemartrosis) pada lutut kiri. Tidak ditemukan pembesaran hati atau limpa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 7,5 g/dL, trombosit 38.000/mm³, leukosit 2.300/mm³, kadar faktor VIII <1%, serta waktu perdarahan dan pembekuan memanjang. Anak dirawat dengan terapi transfusi faktor VIII, kemoterapi sesuai protokol ALL fase induksi, analgesik untuk nyeri sendi, dan pemberian antibiotik profilaksis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Perdarahan Aktual
Definisi: Keadaan ketika individu mengalami kehilangan darah melebihi batas normal, yang dapat mengancam keselamatan.
Faktor yang Berhubungan: Kondisi hematologis (hemofilia A), riwayat perdarahan, manifestasi klinis (mimisan berulang, memar mudah terbentuk, nyeri sendi).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan ketika asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan, efek samping kemoterapi.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor yang Berhubungan: Hemartrosis pada sendi lutut kiri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Aktual:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif
- Tidak terjadi komplikasi perdarahan
- Manajemen faktor pembekuan darah yang adekuat
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Berat badan sesuai untuk usia
- Nafsu makan meningkat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Nyeri Akut:
- Nyeri terkontrol
- Ekspresi wajah yang rileks
- Dapat beraktivitas tanpa kesulitan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Perdarahan Aktual:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Observasi tanda-tanda perdarahan aktif
- Kolaborasi dalam pemberian faktor pembekuan darah
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hemofilia
- Berikan perawatan kulit dan mukosa untuk mencegah perdarahan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Timbang berat badan secara berkala
- Kaji asupan nutrisi dan preferensi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan menarik selera
- Pantau parameter laboratorium terkait status nutrisi
3. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, lokasi, durasi, dan karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai resep dokter
- Lakukan teknik relaksasi dan distraksi
- Tingkatkan istirahat dan mobilisasi yang sesuai
- Berikan kompres hangat atau dingin pada sendi yang nyeri
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi klinis pasien, yaitu risiko perdarahan aktual akibat hemofilia A, ketidakseimbangan nutrisi akibat efek samping kemoterapi, dan nyeri akut akibat hemartrosis pada sendi lutut. Intervensi keperawatan yang direkomendasikan bertujuan untuk mencegah komplikasi, mempertahankan status nutrisi, dan mengelola nyeri secara efektif. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi dan dokter, juga diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 17325 | 15 May 2025
Klinis : Pasien remaja perempuan 19 tahun dibawa ke RS karena di rumah tidak mau makan, mual dan kadang muntah, menurut keluarga pasien mempunyai kebiasaan untuk menahan makan karena ingin mempunyai bentuk tubuh yang langsing. Pasien mengeluh mual, lemas dan nyeri di ulu hati. Porsi makan hanya 2-3 sendok. diagnosa awal gastritis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: F50.0
- Deskripsi: Anorexia nervosa
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.62
- Deskripsi: Konsultasi psikiatri
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dilaporkan, pasien remaja perempuan 19 tahun ini memenuhi kriteria diagnostik untuk anorexia nervosa (F50.0) dalam klasifikasi ICD-10. Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan pembatasan asupan makanan yang signifikan, obsesi terhadap berat badan dan bentuk tubuh, serta ketakutan yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan.
Gejala utama yang ditemukan pada pasien ini adalah:
- Pola makan yang terbatas dan hanya makan 2-3 sendok per porsi
- Mual dan kadang muntah
- Keluhan lemas dan nyeri di ulu hati
Hal ini menunjukkan adanya gangguan pola makan yang disertai dengan gejala fisik sebagai akibat dari pembatasan asupan makanan yang signifikan. Oleh karena itu, diagnosa awal gastritis kurang sesuai, dan diagnosis yang lebih tepat adalah anorexia nervosa (F50.0).
Terkait dengan tindakan medis, pada kasus ini dapat dilakukan konsultasi psikiatri (kode ICD-9-CM 94.62) untuk evaluasi lebih lanjut dan pemberian intervensi psikologis yang sesuai, seperti terapi kognitif-perilaku atau terapi keluarga, guna mengatasi gangguan makan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 17326 | 15 May 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 59 tahun menjalani operasi elektif perbaikan katup mitral karena Mitral Valve Prolapse disertai Mitral Regurgitation berat. Operasi berlangsung selama 5 jam 15 menit dengan penggunaan cardiopulmonary bypass (CPB) selama 116 menit. Total perdarahan intraoperatif tercatat 1800 mL. Pasca operasi, pasien dipasang dua CTT: substernal No. 32 Fr dan intrapleura kanan No. 28 Fr, dengan tekanan hisap -20 mmHg. Di ICU, pasien mendapat dukungan ventilator dan inotropik dobutamin 5 mcg/kgBB/menit. Tanda vital: TD 103/56 mmHg, nadi 69x/menit, RR 22x/menit, CVP 14 mmHg, Hb 5,3 g/dL. Produksi drainase CTT per jam di 6 jam pertama pascaoperasi: 170 cc, 500 cc, 100 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi klinis dan data yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan perioperatif berhubungan dengan penggunaan cardiopulmonary bypass (CPB) dan lama operasi yang lama, ditandai dengan output drainase yang tinggi pada 6 jam pertama pascaoperasi.
2. Ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan Mitral Valve Prolapse, Mitral Regurgitation berat, dan penggunaan CPB, ditandai dengan TD 103/56 mmHg, CVP 14 mmHg, dan kebutuhan inotropik dobutamin.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit katup jantung dan efek CPB, ditandai dengan nadi 69x/menit dan kebutuhan ventilator pascaoperasi.
4. Penurunan volume darah berhubungan dengan perdarahan intraoperatif yang besar, ditandai dengan Hb 5,3 g/dL.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali: Selama 24 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan penurunan output drainase dan tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
2. Stabilitas Hemodinamik: Selama 48 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan stabilitas hemodinamik yang ditandai dengan TD 100-130/60-90 mmHg, CVP 8-12 mmHg, dan tidak memerlukan dukungan inotropik.
3. Peningkatan Curah Jantung: Selama 48 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan peningkatan curah jantung yang ditandai dengan nadi 60-100x/menit dan dapat dilepas dari ventilator.
4. Peningkatan Volume Darah: Selama 48 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan peningkatan kadar Hb menjadi 10-12 g/dL.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perdarahan Terkendali:
a. Pantau output drainase dan tanda-tanda perdarahan aktif setiap jam.
b. Berikan dukungan cairan dan produk darah sesuai kebutuhan.
c. Koordinasi dengan tim bedah jantung untuk penanganan perdarahan yang mungkin terjadi.
d. Lakukan tindakan kompresi dan observasi ketat pada area insersi CTT.
2. Stabilitas Hemodinamik:
a. Pantau tanda vital dan CVP setiap 1-2 jam.
b. Berikan dukungan cairan dan vasopressor/inotropik sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi obat.
d. Posisikan pasien untuk memfasilitasi fungsi jantung dan paru.
3. Peningkatan Curah Jantung:
a. Pantau tanda vital, saturasi oksigen, dan output urin setiap 1-2 jam.
b. Berikan dukungan ventilator sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi obat dan ventilator.
d. Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien.
4. Peningkatan Volume Darah:
a. Pantau kadar Hb setiap 6-12 jam.
b. Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
c. Koordinasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
d. Berikan dukungan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan perioperatif berhubungan dengan penggunaan cardiopulmonary bypass (CPB) dan lama operasi yang lama, ditandai dengan output drainase yang tinggi pada 6 jam pertama pascaoperasi.
- Pasien menjalani operasi elektif perbaikan katup mitral dengan durasi 5 jam 15 menit dan menggunakan CPB selama 116 menit. Operasi yang lama dan penggunaan CPB dapat menyebabkan gangguan fungsi pembekuan darah, sehingga meningkatkan risiko perdarahan pascaoperasi.
- Output drainase yang tinggi pada 6 jam pertama pascaoperasi (170 cc, 500 cc, 100 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc) menunjukkan adanya perdarahan yang belum terkendali.
2. Ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan Mitral Valve Prolapse, Mitral Regurgitation berat, dan penggunaan CPB, ditandai dengan TD 103/56 mmHg, CVP 14 mmHg, dan kebutuhan inotropik dobutamin.
- Mitral Valve Prolapse dan Mitral Regurgitation berat dapat menyebabkan penurunan fungsi pompa jantung, sehingga berdampak pada stabilitas hemodinamik.
- Penggunaan CPB juga dapat memengaruhi fungsi jantung dan sirkulasi, sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik.
- Tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik yang terlihat adalah TD 103/56 mmHg (hipotensi), CVP 14 mmHg (tinggi), dan kebutuhan inotropik dobutamin.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit katup jantung dan efek CPB, ditandai dengan nadi 69x/menit dan kebutuhan ventilator pascaoperasi.
- Penyakit katup jantung, khususnya Mitral Valve Prolapse dan Mitral Regurgitation berat, dapat menyebabkan penurunan fungsi pompa jantung dan curah jantung.
- Penggunaan CPB selama operasi juga dapat berdampak pada penurunan curah jantung pascaoperasi.
- Tanda-tanda penurunan curah jantung yang terlihat adalah nadi 69x/menit (bradikardi) dan kebutuhan dukungan ventilator pascaoperasi.
4. Penurunan volume darah berhubungan dengan perdarahan intraoperatif yang besar, ditandai dengan Hb 5,3 g/dL.
- Pasien mengalami perdarahan intraoperatif yang besar, tercatat sebanyak 1800 mL.
- Penurunan volume darah akibat perdarahan yang besar menyebabkan penurunan kadar Hb menjadi 5,3 g/dL.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali: Selama 24 jam pascaoperasi, pasien menunjukkan penurunan output drainase dan tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
- Tujuan ini diharapkan dapat dicapai setelah pemberian intervensi keperawatan yang tepat -
Article No. 17327 | 15 May 2025
Klinis : Pasien remaja perempuan 19 tahun dibawa ke RS karena di rumah tidak mau makan, mual dan kadang muntah, menurut keluarga pasien mempunyai kebiasaan untuk menahan makan karena ingin mempunyai bentuk tubuh yang langsing. Pasien mengeluh mual, lemas dan nyeri di ulu hati. Porsi makan hanya 2-3 sendok. diagnosa awal gastritis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: 00002)**
**Penjelasan Singkat:**
Pasien mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat kebiasaan menahan makan untuk mencapai bentuk tubuh yang langsing. Hal ini menyebabkan gejala mual, muntah, lemas, dan nyeri ulu hati, serta porsi makan yang sangat minim (2-3 sendok). Kondisi ini berisiko menyebabkan defisit nutrisi dan gangguan metabolisme.
**Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):**
- **Kode:** 00002
- **Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Kebiasaan diet yang tidak tepat (restriksi makan berlebihan).
- Gangguan pencernaan (mual, muntah, gastritis).
- Faktor psikologis (keinginan untuk memiliki tubuh langsing).
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
- **Kode:** 2701 (Status Nutrisi)
- **Indikator:**
- Peningkatan asupan makanan sesuai kebutuhan (target: porsi makan bertahap meningkat).
- Penurunan keluhan mual dan muntah.
- Peningkatan berat badan atau stabilisasi status nutrisi.
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
- **Kode:** 1120 (Manajemen Nutrisi)
- **Intervensi Utama:**
- **Edukasi nutrisi:** Memberikan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi dan bahaya restriksi makan berlebihan.
- **Kolaborasi dengan ahli gizi:** Menyusun rencana diet seimbang sesuai kondisi pasien.
- **Manajemen gejala gastritis:** Pemberian obat sesuai resep, anjuran makan sedikit tapi sering.
- **Dukungan psikologis:** Jika diperlukan, rujuk ke psikolog/psikiater untuk penanganan gangguan pola makan.
**Catatan Tambahan:**
Perlu dilakukan pemantauan ketat terhadap pola makan, tanda-tanda malnutrisi, dan respons pasien terhadap intervensi yang diberikan. Jika terdapat indikasi gangguan makan (seperti anoreksia nervosa), diperlukan pendekatan multidisiplin.
*(Sumber: Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi Terkini – PPNI)*
---
**Tone:** Akademis
**Persona:** Pakar Keperawatan -
Article No. 17328 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tangan sebelah kiri terkena minyak panas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan tangan sebelah kiri terkena minyak panas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi: Kondisi di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat memengaruhi kesehatan.
Penjelasan: Tangan yang terkena minyak panas merupakan area yang terluka dan berpotensi terinfeksi jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, pasien memiliki risiko infeksi yang perlu diidentifikasi dan ditangani.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Jaringan Terkendali: Kondisi di mana jaringan tubuh yang terluka atau rusak memperlihatkan perbaikan dan terbebas dari komplikasi.
Penjelasan: Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan luka pada tangan pasien dapat sembuh dengan baik dan terbebas dari komplikasi, seperti infeksi.
2. Rasa Nyaman: Kondisi di mana individu merasakan bebas dari ketidaknyamanan.
Penjelasan: Selain mencegah terjadinya infeksi, asuhan keperawatan juga bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien akibat luka bakar pada tangannya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Luka:
- Observasi tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, pembengkakan, nyeri, dan peningkatan suhu.
- Melakukan perawatan luka sesuai dengan prosedur, termasuk membersihkan, mengevaluasi kondisi luka, dan menerapkan balutan yang tepat.
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan pengobatan yang sesuai.
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, mendorong penyembuhan luka, dan mengurangi komplikasi.
2. Manajemen Nyeri:
- Menilai tingkat nyeri pasien dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.
- Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik dan teknik relaksasi.
- Memantau efektivitas intervensi nyeri dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien akibat luka bakar pada tangannya.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memulihkan luka bakar pada tangannya dengan baik, terbebas dari komplikasi, dan mencapai kenyamanan yang optimal. -
Article No. 17329 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala yang sering timbul dalam beberapa minggu terakhir.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Kode SDKI: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Gangguan Pola Tidur
Kode SDKI: 00198
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat. Setiap diagnosa keperawatan dalam SDKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan. Setiap luaran keperawatan dalam SLKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Setiap intervensi keperawatan dalam SIKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
Dalam konteks kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala yang sering timbul, diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan adalah Nyeri Akut dan Gangguan Pola Tidur. Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 17330 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sering timbul dalam beberapa minggu ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan format yang diminta:
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI untuk Pasien dengan Keluhan Sakit Kepala Berulang**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode SDKI.00080: Nyeri Akut**
*Definisi:* Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi ?3 bulan (PPNI, 2017).
*Faktor Terkait:*
- Aktivasi reseptor nyeri sekunder akibat ketegangan otot, vasodilatasi pembuluh darah kepala, atau inflamasi.
- Faktor psikologis (stres, kecemasan).
**Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Kode SLKI.0801: Tingkat Nyeri Terkontrol**
*Indikator:*
- Skala nyeri ?3 (skala 0-10).
- Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ekspresi wajah rileks dan tidak ada perilaku melindungi area nyeri.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Kode SIKI.1470: Manajemen Nyeri**
*Tindakan:*
1. **Pengkajian Nyeri:**
- Gunakan skala PQRST (*Provocation, Quality, Region, Severity, Time*) untuk menilai karakteristik nyeri.
- Dokumentasi skala nyeri (misal: Numeric Rating Scale/NRS).
2. **Intervensi Non-Farmakologis:**
- Teknik relaksasi napas dalam.
- Kompres hangat/dingin pada area yang nyeri.
3. **Kolaborasi Farmakologis:**
- Pemberian analgesik sesuai resep (contoh: parasetamol) dengan mempertimbangkan kontraindikasi.
4. **Edukasi:**
- Ajarkan pasien untuk mengidentifikasi pemicu nyeri (misal: kurang tidur, dehidrasi).
**Catatan Akademis:**
- **Diferensial Diagnosa:** Nyeri kepala dapat terkait dengan migrain, tension-type headache (TTH), atau kondisi sistemik (hipertensi). Perlu pengkajian lengkap termasuk riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
- **Evidence-Based Practice:** Rekomendasi *International Headache Society (IHS)* menekankan pendekatan holistik dengan kombinasi farmakologis dan non-farmakologis untuk manajemen nyeri kepala.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- International Headache Society. (2018). *The International Classification of Headache Disorders, 3rd Edition*.
Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi untuk memenuhi kebutuhan dokumentasi klinis.