Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17409 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan kode serta definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (10019)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10019
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10001
Definisi: Pemulihan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10001
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan dalam mengatasi diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan hipertensi pulmonal mengalami peningkatan tekanan darah di pembuluh darah paru-paru, yang dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan pembesaran ventrikel kanan jantung. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas, yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat kondisi medisnya. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah membantu meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, latihan fisik, dan manajemen energi. -
Article No. 17410 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kasus pasien dengan **hipertensi pulmonal**:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Pertukaran Gas (00030)**
**Definisi**: Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh akibat gangguan difusi alveolus-kapiler.
**Faktor Penyebab (Etiologi)**:
- Peningkatan tekanan arteri pulmonal (hipertrofi ventrikel kanan).
- Penurunan compliance paru (sesak napas saat aktivitas).
- Peningkatan afterload jantung (pembesaran vena jugularis, bunyi jantung S2 tajam).
**Tanda/Kriteria Mayor**:
- Sesak napas (RR 24x/menit).
- Cepat lelah.
- Hipoksemia (TD 110/70 mmHg, nadi 56x/menit).
---
### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode: L.0401** – **Peningkatan Pertukaran Gas**
**Kriteria Evaluasi**:
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20x/menit).
2. Saturasi O? ?95% pada udara ruangan.
3. Tidak ada keluhan sesak atau kelelahan saat aktivitas ringan.
4. Tekanan darah stabil sesuai kondisi pasien.
---
### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode: I.09039** – **Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama**:
1. **Monitor saturasi O? dan tanda vital** (setiap 2–4 jam).
2. **Posisikan semi-Fowler** untuk optimalkan ventilasi.
3. **Berikan oksigen tambahan** sesuai indikasi (target SpO? ?90%).
4. **Edukasi teknik pernapasan diafragma** untuk mengurangi kerja napas.
5. **Kolaborasi pemberian terapi farmakologi** (vasodilator, diuretik).
**Kode: I.09025** – **Manajemen Aktivitas**
**Intervensi**:
1. Anjurkan istirahat antaraktivitas.
2. Batasi aktivitas berat untuk mencegah kelelahan.
3. Ajarkan pacing activity (penjadwalan aktivitas bertahap).
---
### **Penjelasan Singkat**
- **SDKI (00030)**: Fokus pada gangguan pertukaran gas akibat peningkatan tekanan pulmonal dan beban ventrikel kanan.
- **SLKI (L.0401)**: Target luaran adalah stabilisasi oksigenasi dan toleransi aktivitas.
- **SIKI (I.09039 & I.09025)**: Intervensi gabungan manajemen jalan napas dan adaptasi aktivitas untuk mengurangi gejala.
**Catatan**: Perlu pemantauan ketat terhadap tanda gagal jantung kanan (edema tungkai, ascites) dan evaluasi respons terapi.
---
*Referensi: Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi 4 PPNI (2020).*
Format **RTF** dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis. -
Article No. 17411 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**, **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**, dan **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan untuk kasus pasien dengan **hipertensi pulmonal**, sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas** *(SDKI Code: 00030)*
**Definisi:**
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat pada tingkat alveolar-kapiler akibat peningkatan tekanan arteri pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan penurunan curah jantung.
**Data Pendukung:**
- Sesak saat beraktivitas (dispnea exertional)
- RR 24×/menit (takipnea)
- Bunyi jantung S2 tajam (peningkatan tekanan arteri pulmonal)
- Hipertrofi ventrikel kanan pada EKG
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perbaikan Pertukaran Gas** *(SLKI Code: 0301)*
**Kriteria Evaluasi:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20×/menit)
- Saturasi oksigen ?95%
- Penurunan dispnea saat aktivitas
- Tidak ada tanda hipoksia (sianosis, gelisah)
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Jalan Napas** *(SIKI Code: 3180)*
**Tindakan:**
- Monitor saturasi oksigen dan tanda vital (TD, nadi, RR) secara berkala.
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi (target SpO? ?90%).
- Posisikan pasien semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragma untuk mengurangi kerja napas.
**Manajemen Aktivitas** *(SIKI Code: 0840)*
**Tindakan:**
- Anjurkan istirahat antara aktivitas untuk mencegah kelelahan.
- Batasi aktivitas berat sesuai toleransi.
- Pantau respons kardiovaskuler (nadi, TD) sebelum/sesudah aktivitas.
---
### **4. Diagnosa Tambahan (Jika Diperlukan):**
**Intoleransi Aktivitas** *(SDKI Code: 00092)*
**Definisi:**
Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik secara adekuat akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
**SLKI:** Peningkatan Toleransi Aktivitas *(SLKI Code: 0403)*
**SIKI:** Dukungan Aktivitas *(SIKI Code: 0841)*
---
### **Catatan Akademis:**
- **Hipertensi pulmonal** menyebabkan peningkatan afterload ventrikel kanan, mengakibatkan hipertrofi dan gagal jantung kanan (cor pulmonale).
- **Pembesaran vena jugularis** dan **S2 tajam** adalah tanda klasik hipertensi pulmonal.
- **Bradikardia (nadi 56×/menit)** mungkin terkait kompensasi atau efek obat (mis: beta-blocker).
Semua intervensi harus didokumentasikan secara **SOAP** dan dievaluasi setiap **24 jam** atau sesuai kondisi pasien.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 5, PPNI (2022)*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 4, PPNI (2022)*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 4, PPNI (2022)*
---
*Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis.* -
Article No. 17412 | 17 May 2025
Klinis : DO: Pasien nampak lemas dan pucat Ds: Pasien mengatakan lemas dan kurang nafsu makan, pasien tidak minat untuk makan apapun. Pasien mual dan muntah lebih dari 10x.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data objektif (DO) dan data subjektif (DS) yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Volume Cairan (Kode: 00027)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana individu mengalami kehilangan cairan tubuh yang melebihi jumlah asupan, yang dapat menyebabkan dehidrasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi yang Memadai (Kode: 00013)
2. Keseimbangan Cairan (Kode: 00104)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan (Kode: 80048)
2. Manajemen Mual dan Muntah (Kode: 80063)
Berdasarkan data yang Anda berikan, pasien mengalami gejala lemas, pucat, dan mual muntah yang berlebihan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami defisit volume cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan untuk mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh, serta manajemen mual dan muntah untuk mengatasi gejala tersebut. -
Article No. 17413 | 17 May 2025
Klinis : DO: Pasien nampak lemas dan pucat Ds: Pasien mengatakan lemas dan kurang nafsu makan, pasien tidak minat untuk makan apapun. Pasien mual dan muntah lebih dari 10x. pasien memiliki riwayat koleliatisis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis koleliatisis (batu empedu) dengan komplikasi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K80.2
- Deskripsi: Kolelitasis dengan kolecistitis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 51.23
- Deskripsi: Kolecistektomi laparoskopis
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan gejala-gejala yang khas dengan kolelitasis, yaitu rasa lemah, kurang nafsu makan, mual, dan muntah berulang. Riwayat koleli atisis (batu empedu) yang dimiliki pasien mengarahkan pada diagnosis kolelitasis dengan komplikasi kolecistitis akut.
Kode ICD-10 K80.2 (Kolelitasis dengan kolecistitis akut) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami batu empedu dengan inflamasi kandung empedu (kolecistitis akut). Gejala mual, muntah, dan kurang nafsu makan yang disertai riwayat koleli atisis mengarah pada diagnosis ini.
Jika diperlukan tindakan medis, kode ICD-9-CM 51.23 (Kolecistektomi laparoskopis) dapat digunakan untuk prosedur pengangkatan kandung empedu secara laparoskopik. Prosedur ini sering dilakukan untuk mengatasi komplikasi kolelitasis, seperti kolecistitis akut. -
Article No. 17414 | 17 May 2025
Klinis : DO: Pasien nampak lemas dan pucat Ds: Pasien mengatakan lemas dan kurang nafsu makan, pasien tidak minat untuk makan apapun. Pasien mual dan muntah lebih dari 10x. pasien memiliki riwayat koleliatisis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data objektif (DO) dan data subjektif (DS) yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan Singkat:
Pasien nampak lemas dan pucat, mengeluh lemas dan kurang nafsu makan, mual dan muntah lebih dari 10 kali, serta memiliki riwayat kolelitasis. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SDKI:
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara energi yang tersedia dan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas.
SLKI:
Kode: 10003
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang memadai.
SIKI:
Kode: 3240
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam meningkatkan atau mempertahankan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 17415 | 17 May 2025
Klinis : DO: Pasien nampak lemas dan pucat Ds: Pasien mengatakan lemas dan kurang nafsu makan, pasien tidak minat untuk makan apapun. Pasien mual dan muntah lebih dari 10x. pasien memiliki riwayat koleliatisis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai kondisi pasien berdasarkan data yang diberikan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(SDKI Code: B.3.1)*
**Penjelasan Singkat:**
Pasien mengalami penurunan asupan nutrisi akibat mual, muntah berulang (>10x), dan kurang nafsu makan, yang mengakibatkan kelemahan dan pucat. Kondisi ini diperburuk oleh riwayat kolelitiasis yang mungkin memengaruhi proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: L.0403 – Status Nutrisi Memadai**
**Kriteria Luaran:**
1. Asupan nutrisi oral meningkat.
2. Frekuensi mual/muntah berkurang.
3. Berat badan stabil/tidak menurun drastis.
4. Pasien menunjukkan energi yang memadai (tidak lemas).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: I.11012 – Manajemen Nutrisi**
**Intervensi Utama:**
1. **Kolaborasi dengan ahli gizi** untuk menentukan kebutuhan kalori dan jenis diet yang sesuai (misal: rendah lemak karena riwayat kolelitiasis).
2. **Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering** untuk mengurangi mual.
3. **Monitor tanda-tanda dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit** akibat muntah berulang.
4. **Edukasi pasien** tentang pentingnya nutrisi dan strategi mengatasi mual (contoh: menghindari makanan berbau tajam).
5. **Kolaborasi pemberian antiemetik** jika diperlukan untuk mengontrol muntah.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Tone Akademis/Pakar:** Penjelasan di atas disusun berdasarkan bukti klinis dan standar PPNI.
- **Re-evaluasi:** Perlu pemantauan ketat terhadap respons pasien terhadap intervensi, terutama terkait volume muntah dan tanda vital.
Jika diperlukan penyesuaian lebih spesifik (misal: fokus pada manajemen nyeri kolelitiasis atau gangguan elektrolit), diagnosa tambahan dapat dipertimbangkan.
*(Format RTF siap disalin ke dokumen keperawatan standar.)* -
Article No. 17416 | 17 May 2025
Klinis : DO: Pasien nampak lemas dan pucat Ds: Pasien mengatakan lemas dan kurang nafsu makan, pasien tidak minat untuk makan apapun. Pasien mual dan muntah lebih dari 10x. pasien memiliki riwayat koleliatisis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien yang anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Defisit Volume Cairan berhubungan dengan gangguan intake pada pasien dengan riwayat koleliatisis.
Penjelasan:
Berdasarkan data objektif (DO) yang diberikan, pasien nampak lemas dan pucat, menunjukkan adanya defisit volume cairan. Sedangkan data subjektif (DS) menunjukkan bahwa pasien mengeluhkan lemas, kurang nafsu makan, mual, dan muntah lebih dari 10 kali, yang mengindikasikan gangguan intake cairan dan nutrisi. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat koleliatisis, yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan cairan dan nutrisi. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Defisit Volume Cairan berhubungan dengan gangguan intake pada pasien dengan riwayat koleliatisis.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Keseimbangan Cairan: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, output urin yang adekuat, dan tidak mengalami dehidrasi.
2. Status Nutrisi: Pasien akan menunjukkan peningkatan nafsu makan, tidak mengalami mual atau muntah, dan mencapai berat badan ideal.
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, output urin yang adekuat, dan tidak mengalami dehidrasi, yang menunjukkan keseimbangan cairan yang baik. Selain itu, diharapkan pasien juga akan menunjukkan peningkatan nafsu makan, tidak mengalami mual atau muntah, dan mencapai berat badan ideal, yang menunjukkan status nutrisi yang baik.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Cairan
a. Monitor tanda-tanda vital dan intake/output cairan
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antiemetik dan obat untuk mengatasi mual/muntah
2. Manajemen Nutrisi
a. Evaluasi status nutrisi pasien
b. Berikan makanan/nutrisi sesuai toleransi pasien
c. Kolaborasi dengan tim gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
3. Edukasi Kesehatan
a. Berikan edukasi tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan nutrisi
b. Instruksikan pasien untuk melaporkan keluhan terkait mual, muntah, dan penurunan nafsu makan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan meliputi manajemen cairan, manajemen nutrisi, dan edukasi kesehatan. Manajemen cairan bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan pasien, termasuk monitor tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan mual dan muntah. Manajemen nutrisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, termasuk evaluasi status nutrisi, pemberian makanan/nutrisi yang sesuai, dan kolaborasi dengan tim gizi. Edukasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan nutrisi, serta mendorong pasien untuk melaporkan keluhan terkait mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan dan status nutrisi yang baik. -
Article No. 17417 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 tahun dirawat di RS karena awalnya mengeluh tidak bisa buang air kecil dengan lancar. Pasien sudah seminggu merasakan ada gangguan untuk BAK. Hasil pemeriksaan diketahui TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/mnt, pernafasan 20 x/mnt. Hasil pemeriksaan lab didapatkan PSA 30 ng/ml. Pemeriksaan palpasi di pubis terasa keras. Pasien mengatakan sakit di area tersebut. Hasil colok dubur ditemukan massa prostat membesar. Hasil biopsy akhirnya diketahui pasien menderita ca prostat stadium 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kondisi yang Anda paparkan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan Eliminasi Urine (00016)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine secara spontan dan lengkap.
Kode: 00016
2. Diagnosa Keperawatan SLKI: Ketidakefektifan Pemberian Obat (00078)
Definisi: Pola penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai dengan rencana terapeutik.
Kode: 00078
3. Diagnosa Keperawatan SIKI: Nyeri Kronis (00133)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang menetap atau berpotensi terjadi.
Kode: 00133
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Eliminasi Urine (00016):
Pasien mengalami masalah dalam mengeluarkan urine secara spontan dan lengkap, ditandai dengan keluhan tidak bisa buang air kecil dengan lancar, pembesaran prostat, dan hasil pemeriksaan penunjang.
2. Ketidakefektifan Pemberian Obat (00078):
Pasien kemungkinan membutuhkan pemberian obat-obatan untuk menangani kondisi kanker prostat, sehingga perlu dipantau efektivitas dan kepatuhan penggunaan obat-obatan.
3. Nyeri Kronis (00133):
Pasien mengalami nyeri di area pubis/prostat yang menetap, terkait dengan pembesaran prostat dan diagnosis kanker prostat stadium 2.
Kode-kode tersebut ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melalui Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). -
Article No. 17418 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 tahun dirawat di RS karena awalnya mengeluh tidak bisa buang air kecil dengan lancar. Pasien sudah seminggu merasakan ada gangguan untuk BAK. Hasil pemeriksaan diketahui TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/mnt, pernafasan 20 x/mnt. Hasil pemeriksaan lab didapatkan PSA 30 ng/ml. Pemeriksaan palpasi di pubis terasa keras. Pasien mengatakan sakit di area tersebut. Hasil colok dubur ditemukan massa prostat membesar. Hasil biopsy akhirnya diketahui pasien menderita ca prostat stadium 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus tersebut, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Eliminasi Urin: Retensi Urin** *(Kode: D.0016)*
**Definisi:** Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih secara sempurna atau sebagian, yang dapat disebabkan oleh obstruksi mekanis (pembesaran prostat), gangguan neurologis, atau faktor lain.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Pembesaran prostat (hiperplasia prostat jinak atau kanker prostat)
- Obstruksi uretra
- Nyeri atau ketidaknyamanan pada area suprapubik
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Luaran:**
1. **Fungsi Eliminasi Urin Membaik** *(Kode: L.04001)*
- Kriteria:
- Volume urin residual < 50 mL
- Aliran urin lancar tanpa distensi kandung kemih
- Tidak ada keluhan nyeri saat BAK
2. **Nyeri Terkontrol** *(Kode: L.08001)*
- Kriteria:
- Skala nyeri ? 3 (skala 0-10)
- Pasien melaporkan penurunan ketidaknyamanan
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Intervensi Keperawatan:**
1. **Manajemen Retensi Urin** *(Kode: I.04006)*
- Tindakan:
- Pantau intake dan output cairan
- Lakukan kateterisasi jika diperlukan
- Ajarkan teknik relaksasi saat BAK
- Kolaborasi pemberian obat alfa-blocker (jika diresepkan)
2. **Manajemen Nyeri** *(Kode: I.08001)*
- Tindakan:
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Berikan analgesik sesuai resep
- Evaluasi respons nyeri secara berkala
3. **Edukasi Kesehatan tentang Kanker Prostat** *(Kode: I.09003)*
- Tindakan:
- Jelaskan penyebab, gejala, dan penanganan kanker prostat
- Diskusikan rencana terapi (operasi, radioterapi, atau hormonal)
- Berikan dukungan psikologis
---
### **Penjelasan Singkat**
- **SDKI (D.0016)** digunakan untuk menegaskan masalah retensi urin akibat obstruksi prostat.
- **SLKI (L.04001 & L.08001)** menetapkan target perbaikan fungsi BAK dan pengendalian nyeri.
- **SIKI (I.04006, I.08001, I.09003)** memberikan panduan intervensi keperawatan yang spesifik, termasuk manajemen retensi urin, nyeri, dan edukasi pasien.
Semua kode dan standar ini mengacu pada **PPNI (2023)** untuk memastikan pendokumentasian asuhan keperawatan yang terstandar.
---
**Catatan:**
- Jika pasien memerlukan kateterisasi jangka panjang, tambahkan diagnosa **Risiko Infeksi Saluran Kemih** *(D.0022)* dengan intervensi **Pencegahan Infeksi** *(I.06001)*.
- Evaluasi berkala diperlukan untuk memantau perkembangan kondisi dan respons terapi.
Semoga membantu.