Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17482 | 18 May 2025
Klinis : Ds: pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh. BAK hanya sedikit Do : darah di kantong kateter, urine 50 cc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Retensi Urin. Retensi urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap. Dalam kasus ini, pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh dan hanya dapat mengeluarkan sedikit urine, serta ditemukan adanya darah di kantong kateter dan urine hanya sebanyak 50 cc, menandakan adanya kendala dalam pengeluaran urine.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Eliminasi Urin Membaik
- Indikator:
a. Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap
b. Volume urin kembali normal
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
2. Gejala Obstruksi Berkurang
- Indikator:
a. Pasien tidak lagi mengeluhkan rasa penuh di kandung kemih
b. Pasien dapat berkemih dengan lancar
c. Tidak ada lagi darah di kantong kateter
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor karakteristik urin (warna, bau, jumlah)
- Bantu pasien untuk berkemih secara teratur
- Fasilitasi pengosongan kandung kemih secara lengkap
- Lakukan kateterisasi jika dibutuhkan
2. Manajemen Infeksi
- Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, nyeri, disuria)
- Ganti kateter secara aseptik dan sesuai jadwal
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
3. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah genital
- Ajarkan pasien teknik berkemih yang benar
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Retensi Urin ditetapkan berdasarkan gejala yang dilaporkan pasien, yaitu rasa penuh di kandung kemih dan hanya dapat mengeluarkan sedikit urine, serta temuan klinis adanya darah di kantong kateter dan volume urine yang rendah. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan eliminasi urin, ditandai dengan pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap, volume urin kembali normal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi urin, manajemen infeksi, dan edukasi kesehatan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu. Jika masih ada yang perlu ditanyakan, silakan sampaikan. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 17483 | 18 May 2025
Klinis : Ds: pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh. BAK hanya sedikit Do : darah di kantong kateter, urine 50 cc, riwayat prostat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Retensi Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Penyebab: Obstruksi pada saluran kemih, pembengkakan prostat, kelemahan otot kandung kemih.
Gejala: Pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh, BAK hanya sedikit, ditemukan darah di kantong kateter, urine 50 cc, riwayat prostat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Eliminasi Urin Membaik
Kriteria hasil:
a. Frekuensi BAK normal
b. Jumlah urin yang dikeluarkan normal
c. Kandung kemih dapat dikosongkan secara lengkap
d. Tidak ada nyeri saat BAK
e. Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi
a. Kaji pola eliminasi urin pasien, termasuk frekuensi, jumlah, karakteristik urin.
b. Pantau intake dan output cairan pasien.
c. Bantu pasien untuk berkemih secara rutin dan lengkap.
d. Berikan cairan yang cukup untuk meningkatkan produksi urin.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu pengosongan kandung kemih.
2. Manajemen Saluran Kemih
a. Pasang kateter urin sesuai indikasi, jaga kebersihan kateter.
b. Lakukan irigasi kandung kemih sesuai indikasi.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi prostat dan manajemen yang tepat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan retensi urin dipilih karena gejala-gejala yang dialami pasien, yaitu kandung kemih terasa penuh, BAK hanya sedikit, ditemukan darah di kantong kateter, dan riwayat prostat. Hal ini menunjukkan adanya ketidakmampuan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Luaran yang diharapkan adalah pola eliminasi urin membaik, dengan kriteria hasil yang mencakup frekuensi BAK normal, jumlah urin yang dikeluarkan normal, kandung kemih dapat dikosongkan secara lengkap, tidak ada nyeri saat BAK, dan tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi, seperti mengkaji pola eliminasi urin, memantau intake dan output cairan, membantu pasien berkemih secara rutin dan lengkap, serta memberikan cairan yang cukup. Selain itu, diperlukan juga manajemen saluran kemih, termasuk pemasangan dan perawatan kateter urin, serta kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi prostat dan manajemen yang tepat. -
Article No. 17484 | 18 May 2025
Klinis : pasien pusing saat duduk td 96/56 mmHg,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengalami pusing saat duduk dengan tekanan darah 96/56 mmHg, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hipotensi Ortostatik (00205)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Hipotensi Ortostatik: Keadaan yang menunjukkan risiko terjadinya penurunan tekanan darah sistolik ?20 mmHg atau tekanan darah diastolik ?10 mmHg dalam waktu 3 menit saat berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tekanan Darah Stabil (10001)
- Perfusi Jaringan Perifer Adekuat (10020)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Hipotensi Ortostatik (6690)
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680)
Penjelasan:
Pasien mengalami pusing saat duduk, yang dapat mengindikasikan adanya risiko hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang signifikan saat berdiri dari posisi duduk atau berbaring, yang dapat menyebabkan gejala seperti pusing, penglihatan kabur, dan lemas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen hipotensi ortostatik, seperti mengatur perubahan posisi secara bertahap, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. -
Article No. 17485 | 18 May 2025
Klinis : Urutkan diagnosa keperawatan dari yang paling prioritas 1. Bersihan jalan napas tidak efektif 2. Ketidakstabilan kadar gkukosa darah 3. Gangguan Mobilitas Fisik 4. Gangguan Integritas Kulit 5. Hipertermia 6. Gangguan Pertukaran Gas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) sesuai dengan kondisi yang diberikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang paling prioritas:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas
c. Hipertermia
d. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
e. Gangguan Mobilitas Fisik
f. Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif menjadi prioritas utama karena kondisi ini dapat mengganggu fungsi pernapasan dan menimbulkan komplikasi yang mengancam nyawa pasien.
b. Gangguan Pertukaran Gas menjadi prioritas kedua karena dapat menyebabkan gangguan oksigenasi dan penurunan ventilasi yang juga dapat membahayakan pasien.
c. Hipertermia menjadi prioritas ketiga karena dapat menyebabkan komplikasi lain seperti dehidrasi, kejang, dan kerusakan organ.
d. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah menjadi prioritas keempat karena dapat mempengaruhi fungsi organ dan proses penyembuhan.
e. Gangguan Mobilitas Fisik menjadi prioritas kelima karena dapat menyebabkan komplikasi seperti dekubitus dan pneumonia.
f. Gangguan Integritas Kulit menjadi prioritas keenam karena dapat menyebabkan infeksi dan menghambat proses penyembuhan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
b. Pertukaran Gas Adekuat
c. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal
d. Kadar Glukosa Darah Stabil
e. Mobilitas Fisik Meningkat
f. Integritas Kulit Membaik
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah kondisi yang diinginkan untuk mencapai kesembuhan pasien. Setiap diagnosa keperawatan memiliki luaran/output yang spesifik dan harus dicapai melalui intervensi keperawatan yang tepat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Buka dan pertahankan jalan napas
- Auskultasi suara napas
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator atau mukolitik jika diperlukan
b. Gangguan Pertukaran Gas:
- Pantau status oksigenasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latih napas dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik jika diperlukan
c. Hipertermia:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian antipiretik jika diperlukan
d. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah:
- Pantau kadar glukosa darah secara berkala
- Berikan insulin sesuai resep
- Atur pola makan dan aktivitas
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan diabetes
e. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan rehabilitasi
f. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan kulit dan luka secara rutin
- Berikan nutrisi yang adekuat
- Cegah tekanan dan gesekan pada kulit
- Kolaborasi dengan ahli perawatan luka jika diperlukan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan diagnosa keperawatan prioritas dan bertujuan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, merencanakan intervensi yang tepat, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan perbaikan kondisi pasien. -
Article No. 17486 | 18 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 72 tahun dirawat di RS dengan diagnosa medis COPD. Hasil pengkajian: sejak 3 hari lalu pasien tampak sesak, demam, batuk berdahak, riwayat batuk sejak 1 tahun lalu dan merokok 50 tahun, IMT 20,83, TD 140/93 mmHg, nadi 96x/menit, suhu 37,2 °C, RR 26x/menit, SpO? 92% terpasang NRM 10 lpm. Terdapat ronki dan wheezing bilateral. Lab: Hb 9,8 g/dl, leukosit 15.460/?l.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang dapat mendukung ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, ketidakseimbangan antara kerja otot pernapasan dan beban pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan otot pernapasan.
3. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
Penyebab: Proses infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Nafas Efektif
- Pasien dapat mempertahankan pola napas yang dapat mendukung ventilasi adekuat.
- Pasien dapat meningkatkan efisiensi kerja pernapasan.
- Pasien dapat menurunkan gejala sesak napas.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk bertahan dan menyelesaikan aktivitas rutin.
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan aktivitas.
3. Suhu Tubuh Normal
- Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Pasien dapat menurunkan gejala peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Nafas Tidak Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Ventilasi
- Terapi Pernapasan
2. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas
- Pelatihan Aktivitas
3. Hipertermia:
- Manajemen Demam
- Pengaturan Suhu Tubuh
- Manajemen Infeksi
Penjelasan rinci:
Pasien dengan diagnosa medis COPD mengalami pola nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan hipertermia. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen ventilasi, dan terapi pernapasan untuk mengatasi pola nafas tidak efektif. Manajemen energi, peningkatan aktivitas, dan pelatihan aktivitas dapat membantu meningkatkan toleransi aktivitas pasien. Sedangkan manajemen demam, pengaturan suhu tubuh, dan manajemen infeksi dapat membantu mengatasi hipertermia. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran berupa pola nafas efektif, toleransi aktivitas meningkat, dan suhu tubuh normal. -
Article No. 17487 | 18 May 2025
Klinis : pasien aktif merokok 50 tahun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
Pasien aktif merokok selama 50 tahun menunjukkan adanya kebiasaan merokok yang sudah kronis dan dapat menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan napas. Merokok dapat mengakibatkan peningkatan produksi sekret, iritasi dan inflamasi saluran napas, serta gangguan mekanisme batuk yang efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Nafas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
Indikator:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada suara napas tambahan (ronki, mengi, stridor)
- Mampu batuk efektif
- Mampu mengeluarkan sekret
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Pengetahuan Kesehatan: Berhenti Merokok
Definisi: Pemahaman mengenai manfaat dan proses berhenti merokok.
Indikator:
- Menyebutkan alasan untuk berhenti merokok
- Menyebutkan strategi untuk berhenti merokok
- Menyebutkan sumber dukungan untuk berhenti merokok
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Nafas
- Auskultasi suara napas
- Pantau kedalaman, irama, dan usaha napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latih batuk efektif dan teknik bernafas dalam
- Lakukan suction jika diperlukan
2. Edukasi Berhenti Merokok
- Beri edukasi tentang manfaat berhenti merokok
- Diskusikan strategi berhenti merokok (misalnya program berhenti merokok, terapi pengganti nikotin)
- Identifikasi sumber dukungan untuk berhenti merokok (misalnya keluarga, kelompok pendukung)
- Anjurkan pasien untuk membuat komitmen dan rencana berhenti merokok
- Berikan dukungan dan pantau kemajuan pasien dalam berhenti merokok
3. Terapi Berhenti Merokok
- Pertimbangkan pemberian terapi pengganti nikotin (patch, permen karet, dll)
- Pertimbangkan pemberian obat-obatan untuk membantu mengatasi gejala putus zat (misalnya bupropion, vareniklin)
- Berikan konseling dan dukungan psikologis untuk mengatasi kecanduan merokok
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien aktif merokok selama 50 tahun. Manajemen jalan napas dilakukan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal, seperti memantau pernapasan, memberikan oksigen, dan melatih teknik batuk efektif. Edukasi berhenti merokok diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang manfaat dan strategi berhenti merokok, serta mengidentifikasi sumber dukungan yang dapat membantu pasien. Terapi berhenti merokok, seperti pemberian terapi pengganti nikotin atau obat-obatan, dapat dipertimbangkan untuk membantu mengatasi gejala putus zat dan meningkatkan keberhasilan berhenti merokok. Dengan pendekatan komprehensif ini, diharapkan pasien dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif dan memiliki pengetahuan serta komitmen yang kuat untuk berhenti merokok. -
Article No. 17488 | 18 May 2025
Klinis : TD 140/100 mmHg
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi dengan tekanan darah 140/100 mmHg.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi dengan tekanan darah 140/100 mmHg adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Diagnosa ini dipilih karena tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan beban kerja jantung dan mengurangi aliran darah ke jaringan, sehingga dapat mempengaruhi perfusi jaringan, khususnya jaringan kardiak.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal, yaitu tekanan darah menurun ke kisaran 120-130/80-85 mmHg.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan kardiak yang efektif, seperti tidak adanya nyeri dada, irama jantung teratur, dan tidak ada pembengkakan ekstremitas.
3. Pasien mampu mengelola faktor risiko hipertensi, seperti mengontrol asupan garam, melakukan aktivitas fisik teratur, dan menghindari merokok.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur tekanan darah secara teratur (misalnya setiap 4 jam) untuk memantau respons terhadap intervensi.
- Memantau tanda-tanda vital lainnya, seperti nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.
2. Manajemen Hipertensi
- Mengkaji faktor-faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah, seperti stres, asupan garam, dan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
- Mengajarkan teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam, untuk membantu menurunkan tekanan darah.
- Memfasilitasi pengaturan gaya hidup yang sehat, seperti mengurangi asupan garam, meningkatkan aktivitas fisik, dan berhenti merokok.
3. Pemantauan Perfusi Jaringan Kardiak
- Memantau tanda-tanda perfusi jaringan kardiak, seperti nyeri dada, sesak napas, dan edema.
- Mengkaji perubahan pada irama jantung, nadi, dan tekanan darah yang dapat menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan kardiak.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Memberikan edukasi tentang hipertensi, komplikasi yang dapat terjadi, dan pentingnya kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
- Mengajarkan pasien dan keluarga tentang gaya hidup yang sehat untuk mengelola hipertensi.
- Mendorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pengendalian tekanan darah serta pemeliharaan perfusi jaringan kardiak, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu tercapainya tekanan darah dalam batas normal, perbaikan perfusi jaringan kardiak, dan kemampuan pasien dalam mengelola faktor risiko hipertensi. -
Article No. 17489 | 18 May 2025
Klinis : Ds: pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh. BAK hanya sedikit Do : darah di kantong kateter, urine 50 cc, riwayat prostat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Retensi Urin
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Penyebab:
- Prostatisme (pembesaran prostat)
- Hambatan pada saluran kemih
- Infeksi saluran kemih
Tanda dan Gejala:
- Kandung kemih terasa penuh
- Urine hanya sedikit saat berkemih
- Adanya darah pada kantong kateter
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Kemampuan Berkemih
- Pasien dapat berkemih secara normal
- Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap
- Tidak ada keluhan kesulitan berkemih
2. Kontrol Eliminasi
- Pasien dapat mengontrol frekuensi dan volume urine
- Pasien tidak mengalami retensi urin
- Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Kateter Urin
- Lakukan pemasangan kateter urin sesuai dengan indikasi
- Perhatikan kebersihan saat pemasangan dan perawatan kateter
- Pantau karakteristik urine dan volume urine yang keluar
2. Manajemen Retensidari Urin
- Lakukan teknik drainase kandung kemih yang tepat
- Pantau volume urine yang keluar
- Ajarkan pasien teknik berkemih yang benar
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan kepada pasien tentang kondisi kesehatan dan pentingnya penanganan
- Ajarkan teknik berkemih yang benar
- Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi saluran kemih
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Retensi Urin dipilih karena sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu kandung kemih terasa penuh dan hanya sedikit urine yang keluar saat berkemih. Riwayat prostat juga dapat menjadi penyebab retensi urin pada pasien. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemasangan dan perawatan kateter urin, manajemen retensi urin, serta edukasi kesehatan kepada pasien. Tujuan asuhan keperawatan adalah pemulihan kemampuan berkemih dan kontrol eliminasi yang baik, sehingga pasien dapat berkemih secara normal tanpa keluhan dan tidak mengalami komplikasi. -
Article No. 17490 | 18 May 2025
Klinis : Ds: pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh. BAK hanya sedikit Do : darah di kantong kateter, urine 50 cc, riwayat prostat, pasien menggunakan kateter
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Retensi Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Tanda dan Gejala:
- Ds: Pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh
- Do: Darah di kantong kateter, urine 50 cc, riwayat prostat, pasien menggunakan kateter
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi Urin Membaik
- Kriteria Hasil:
a. Kandung kemih terasa kurang penuh
b. Jumlah urin yang dikeluarkan meningkat
c. Warna dan bau urin normal
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
2. Pengetahuan Perawatan Kateter Meningkat
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menjelaskan tujuan penggunaan kateter
b. Pasien dapat menjelaskan prosedur perawatan kateter yang benar
c. Pasien dapat menjelaskan tanda-tanda komplikasi yang harus dilaporkan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Retensi Urin
- Observasi: Monitor jumlah, warna, dan bau urin, serta tanda-tanda infeksi saluran kemih
- Terapeutik: Lakukan kateterisasi segera jika kandung kemih penuh, berikan cairan yang adekuat, berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan pengosongan kandung kemih
- Edukasi: Jelaskan penyebab dan penanganan retensi urin, anjurkan untuk melakukan latihan Kegel
2. Perawatan Kateter Urin
- Observasi: Monitor kondisi kateter, area insersi, dan tanda-tanda infeksi
- Terapeutik: Lakukan perawatan kateter sesuai prosedur, pertahankan sterilitas kateter, ganti kateter sesuai kebutuhan
- Edukasi: Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan kateter yang benar, kenali tanda-tanda komplikasi yang harus dilaporkan
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Retensi Urin sesuai dengan kondisi pasien yang mengeluhkan kandung kemih terasa penuh dan hanya mengeluarkan sedikit urin. Adanya darah di kantong kateter, jumlah urin yang sedikit, riwayat prostat, dan penggunaan kateter mendukung diagnosa ini.
Luaran yang diharapkan adalah Eliminasi Urin Membaik, dimana kandung kemih pasien tidak terasa penuh, jumlah urin yang dikeluarkan meningkat, serta tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih. Selain itu, diharapkan Pengetahuan Perawatan Kateter Meningkat, sehingga pasien dapat memahami tujuan penggunaan kateter, prosedur perawatan yang benar, dan mampu mengenali tanda-tanda komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Retensi Urin untuk memantau, menangani, dan memberikan edukasi terkait retensi urin. Serta Perawatan Kateter Urin untuk memastikan kateter tetap steril, melakukan perawatan sesuai prosedur, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Dengan intervensi yang komprehensif dan tujuan yang jelas, diharapkan pasien dapat pulih dari retensi urin dan mampu merawat kateter dengan baik, sehingga mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 17491 | 18 May 2025
Klinis : Ny. A, usia 35 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, haid yang sangat banyak dan berkepanjangan selama 2 minggu, serta lemas. Hasil USG menunjukkan adanya mioma intramural berukuran 5 cm. Hb: 8,5 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat ditetapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: 13054)
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk menyerap dan/atau menggunakan zat gizi secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Keseimbangan Nutrisi (SLKI: 1301)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Nutrisi (SIKI: I0187)
2. Diagnosa Keperawatan: Perdarahan (SDKI: 13106)
- SDKI: Hilangnya darah atau cairan tubuh lain dalam jumlah yang berlebihan, tidak terkontrol, dan tidak diinginkan.
- SLKI: Kontrol Perdarahan (SLKI: 1311)
- SIKI: Manajemen Perdarahan (SIKI: I0196)
3. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan (SDKI: 13026)
- SDKI: Sensasi subjektif keletihan yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan dan mengganggu kemampuan fungsional.
- SLKI: Pemulihan Energi (SLKI: 1302)
- SIKI: Manajemen Kelelahan (SIKI: I0182)
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Ny. A mengalami anemia dengan Hb 8,5 g/dL, yang menunjukkan ketidakseimbangan nutrisi akibat perdarahan yang berkepanjangan.
2. Perdarahan: Ny. A mengalami perdarahan haid yang sangat banyak dan berkepanjangan selama 2 minggu, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk mengendalikan perdarahan.
3. Kelelahan: Ny. A mengalami gejala kelelahan yang dapat disebabkan oleh anemia dan perdarahan yang dialaminya.
Kode dan definisi tersebut mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).