Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19472 | 10 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan, umur 45 tahun, datang ke Poli ginekologi, dengan keluhan keputihan yang berbau sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengatakan, terjadi perdarahan saat berhubungan seksual, secret vagina banyak dan berwarna kuning. Perawat merencanakan untuk melakukan deteksi awal dengan pemeriksaan pap smear.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Peningkatan risiko masuknya patogen ke dalam organisme atau penyebaran organisme patogen dari satu tempat ke tempat lain.
2. Gangguan Pola Seksual (00065)
Definisi: Ekspresi seksual yang tidak sesuai dengan harapan individu atau pasangan.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (00004)
Kode: 10001
Definisi: Peningkatan risiko masuknya patogen ke dalam organisme atau penyebaran organisme patogen dari satu tempat ke tempat lain.
2. Gangguan Pola Seksual (00065)
Kode: 10014
Definisi: Ekspresi seksual yang tidak sesuai dengan harapan individu atau pasangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (00004)
Kode: 20001
Definisi: Perkembangan dan penyebaran patogen yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Fungsi Seksual (00059)
Kode: 20013
Definisi: Kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas seksual yang memuaskan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Infeksi (6486)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat terjadi.
2. Konseling Seksual (6972)
Definisi: Pemberian informasi dan dukungan untuk membantu individu atau pasangan dalam mengatasi masalah seksual.
Dengan kondisi pasien yang mengeluhkan keputihan berbau, perdarahan saat berhubungan seksual, serta secret vagina yang banyak dan berwarna kuning, perawat dapat menetapkan diagnosa keperawatan Risiko Infeksi dan Gangguan Pola Seksual. Rencana tindakan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Risiko Infeksi dan Konseling Seksual. -
Article No. 19473 | 10 Jul 2025
Klinis : benjolan dileher sebelah kiri terasa nyeri, dilakukan operasi pengangkatan tumor dan dikirim ke patologi anatomi dengan hasil PA limfadenopati
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C77.0
- Deskripsi: Metastasis ke limfe leher
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 40.11
- Deskripsi: Eksisi atau destruksi lesi atau jaringan limfatik di leher
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 C77.0 (Metastasis ke limfe leher) sesuai dengan kondisi benjolan di leher sebelah kiri yang terasa nyeri. Hal ini menunjukkan adanya metastasis ke kelenjar getah bening di leher.
2. Kode ICD-9-CM 40.11 (Eksisi atau destruksi lesi atau jaringan limfatik di leher) sesuai dengan tindakan operasi pengangkatan tumor yang dilakukan. Prosedur ini melibatkan penghapusan atau penghancuran lesi atau jaringan limfatik di area leher.
Hasil pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan limfadenopati, yang berarti adanya pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening. Hal ini sesuai dengan diagnosis ICD-10 C77.0 (Metastasis ke limfe leher). -
Article No. 19474 | 10 Jul 2025
Klinis : pasien luka didada dari hasil rontgen terdapat serpihan besi didinding dada dilakukan operasi untuk mengambil serpihan besi dan untuk debridement luka
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, untuk diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien, dapat digunakan kode-kode berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S27.8
- Deskripsi: Cedera traumatik lain pada dada, termasuk luka dinding dada.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, luka terbuka pada dada.
- Kode: 77.69
- Deskripsi: Ekstraksi benda asing dari dinding dada.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S27.8 (Cedera traumatik lain pada dada, termasuk luka dinding dada) digunakan karena pasien mengalami luka di dada yang terlihat dari hasil pemeriksaan rontgen, dengan adanya serpihan besi di dinding dada.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode 86.22 (Debridemen luka, luka terbuka pada dada) digunakan untuk tindakan pembersihan dan perawatan luka yang dilakukan pada pasien.
- Kode 77.69 (Ekstraksi benda asing dari dinding dada) digunakan untuk tindakan pengambilan serpihan besi yang terlihat di dinding dada berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen.
Penggunaan kode-kode tersebut akan membantu dalam pencatatan dan pelaporan diagnosis serta tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan kondisi luka di dada akibat serpihan besi di dinding dada. -
Article No. 19475 | 10 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan telinga kiri nyeri sampai tidak terdengar
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan telinga kiri nyeri sampai tidak terdengar.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
a. Gangguan Pendengaran Sensori-Neural
- Definisi: Penurunan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam atau saraf pendengaran.
- Karakteristik Mayor: Pasien melaporkan gangguan pendengaran, terdengar suara yang redup atau tidak jelas, tidak dapat mendengar percakapan normal.
- Karakteristik Minor: Pasien melaporkan rasa sakit, telinga terasa penuh, pasien lebih sering meminta orang berbicara lebih keras atau mengulangi ucapannya.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Peningkatan Fungsi Pendengaran
- Definisi: Pencapaian kemampuan optimal dalam mendengar dan memproses informasi yang diterima melalui telinga.
- Indikator:
1) Pasien melaporkan peningkatan fungsi pendengaran
2) Pasien dapat mendengar dengan jelas percakapan normal
3) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa kesulitan
4) Pasien mampu menggunakan alat bantu dengar jika diperlukan
3. Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nyeri
- Definisi: Serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengurangi atau meminimalkan rasa sakit yang dialami pasien.
- Aktivitas Keperawatan:
1) Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas)
2) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik jika diperlukan
3) Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin
4) Monitor efektivitas intervensi nyeri dan lakukan evaluasi secara berkala
b. Peningkatan Pendengaran
- Definisi: Upaya untuk meningkatkan fungsi pendengaran pasien.
- Aktivitas Keperawatan:
1) Kaji kondisi pendengaran pasien secara komprehensif
2) Berikan edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan manajemen gangguan pendengaran
3) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya: dokter THT) untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut
4) Ajarkan pasien teknik komunikasi efektif untuk mengatasi gangguan pendengaran
5) Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar jika diperlukan
6) Monitor perkembangan fungsi pendengaran pasien dan lakukan evaluasi secara berkala
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan telinga kiri nyeri sampai tidak terdengar. Diharapkan penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan rinci untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 19476 | 10 Jul 2025
Klinis : SOAL 13 Seorang perempuan berusia 38 tahun, memiliki anak balita berusia 2 tahun yang baru saja didiagnosis dengan asma ringan oleh dokter puskesmas. Saat kunjungan rumah oleh perawat keluarga, diketahui bahwa klien belum memahami tanda-tanda kekambuhan asma dan tidak tahu kapan harus membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. Klien juga tidak tahu cara menggunakan inhaler dan tidak mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah. Keluarga tidak memiliki catatan medis anak dan belum pernah mengikuti penyuluhan kesehatan anak di posyandu. Klien menyatakan ingin belajar, namun tidak tahu harus mulai dari mana. Dari kasus diatas tentukan: 1. Diagnosa Keperawatan 2. Buat perencanaan keperawatan berdasarkan TUK I Mengenal masalah dan TUK 3 Parawatan Kesahatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: 1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kurang Pengetahuan (NANDA-I: 00126) berhubungan dengan kurangnya pengalaman dan informasi tentang asma anak dan perawatannya.
Definisi: Ketidakadekuatan pengetahuan atau kemampuan kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
b. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga (NANDA-I: 00076) berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang perawatan asma anak.
Definisi: Pola yang tidak efektif dalam pengidentifikasian, penggunaan, dan pemeliharaan sumber daya kesehatan keluarga dalam rangka mencapai kesejahteraan.
2. Perencanaan Keperawatan:
TUK I: Mengenal Masalah
Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan (NANDA-I: 00126) berhubungan dengan kurangnya pengalaman dan informasi tentang asma anak dan perawatannya.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien dan keluarga mampu memahami konsep dasar asma, tanda-tanda kekambuhan, dan penanganan awal asma pada anak.
Intervensi:
- Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang asma anak (SIKI: J-0101)
- Jelaskan tentang definisi, penyebab, dan gejala asma pada anak (SIKI: J-0102)
- Ajarkan tanda-tanda kekambuhan asma dan kapan harus membawa anak ke fasilitas kesehatan (SIKI: J-0103)
- Demonstrasikan penggunaan inhaler sebagai terapi asma (SIKI: J-0104)
- Edukasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah untuk mencegah kekambuhan asma (SIKI: J-0105)
TUK 3: Perawatan Kesehatan
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga (NANDA-I: 00076) berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang perawatan asma anak.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien dan keluarga mampu melakukan manajemen kesehatan keluarga yang efektif dalam pengelolaan asma anak.
Intervensi:
- Kaji kemampuan keluarga dalam mengelola asma anak (SIKI: K-0101)
- Berikan edukasi tentang pentingnya pemantauan kesehatan anak dan pencatatan rekam medis (SIKI: K-0102)
- Motivasi keluarga untuk aktif mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan di posyandu (SIKI: K-0103)
- Kolaborasi dengan petugas kesehatan terkait rencana perawatan asma anak (SIKI: K-0104)
- Evaluasi kemampuan keluarga dalam mengelola asma anak secara mandiri (SIKI: K-0105) -
Article No. 19477 | 10 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri bahu atas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri bahu atas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien yaitu nyeri bahu atas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (SDKI, 2017). Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri pada bahu atas yang dapat disebabkan oleh cedera, ketegangan otot, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan nyeri yang dialami.
2. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan selama perawatan.
3. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak dan kekuatan otot bahu.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas).
b. Identifikasi faktor-faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, dan distraksi.
2. Peningkatan Kenyamanan:
a. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kecemasan terkait nyeri.
c. Pertahankan posisi tubuh yang nyaman bagi pasien.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk memberikan modalitas fisik yang sesuai.
3. Peningkatan Mobilitas Fisik:
a. Kaji kemampuan dan keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Berikan latihan rentang gerak dan penguatan otot bahu secara bertahap.
c. Ajarkan teknik penggunaan alat bantu mobilisasi, jika diperlukan.
d. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas secara mandiri sesuai kemampuan.
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu mampu mengendalikan nyeri, merasakan kenyamanan selama perawatan, dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik bahu. -
Article No. 19478 | 10 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gigi berlubang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan untuk kondisi pasien dengan keluhan gigi berlubang:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (Kode: 00004)
Definisi: Rentan mengalami invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (Kode: 00004)
Definisi: Rentan mengalami invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bebas Infeksi (Kode: 00415)
Definisi: Tercapainya kondisi bebas dari tanda dan gejala infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi (Kode: 10013)
Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan gigi berlubang memiliki risiko infeksi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya lubang pada gigi yang dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri dan mikroorganisme patogen. Tujuan utama dari intervensi keperawatan adalah untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi yang mungkin terjadi. Perawat harus melakukan tindakan-tindakan seperti menjaga kebersihan mulut, pemberian obat-obatan, dan kolaborasi dengan dokter gigi untuk menangani kondisi gigi berlubang secara komprehensif. -
Article No. 19479 | 10 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gigi berlubang dan sakit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan membantu Anda dengan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K02.9
- Deskripsi: Karies gigi, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 23.1
- Deskripsi: Restorasi gigi dengan tambalan, termasuk pengisian karies, pembuatan mahkota, dan prosedur lainnya.
Penjelasan:
Kode ICD-10 K02.9 (Karies gigi, tidak spesifik) digunakan untuk mendiagnosis gigi berlubang pada pasien. Karies gigi adalah kondisi kerusakan pada struktur gigi yang disebabkan oleh proses demineralisasi dan infeksi bakteri. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dan perlu dilakukan perawatan.
Kode ICD-9-CM 23.1 (Restorasi gigi dengan tambalan, termasuk pengisian karies, pembuatan mahkota, dan prosedur lainnya) adalah kode yang dapat digunakan untuk prosedur perawatan gigi berlubang, seperti pengisian atau restorasi gigi. Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan karies dan memulihkan fungsi serta estetika gigi.
Sebagai dokter atau perekam medis, penting untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap dalam rekam medis pasien, termasuk penggunaan kode ICD yang sesuai untuk diagnosis dan prosedur yang dilakukan. -
Article No. 19480 | 10 Jul 2025
Klinis : Pada kunjungan rumah didapatkan laki-laki berusia 45 tahun yang telah mulai pengobatan TBC Paru sejak 1 bulan yang lalu. Hasil anamnesis: klien tidak minum obat sejak 4 hari lalu karena merasa sudah sehat. Keluarga mengatakan nasehat keluarga untuk tetap minum bat diabaikan. Apakah diagnosis keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kasus ini adalah "Ketidakpatuhan" (Noncompliance). Hal ini didasarkan pada kondisi klien yang tidak minum obat TBC selama 4 hari terakhir, padahal keluarga sudah menasihatinya untuk tetap minum obat. Ketidakpatuhan klien terhadap regimen pengobatan TBC ini dapat menyebabkan komplikasi dan penyakit semakin memburuk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kepatuhan Regimen Pengobatan: Klien mampu minum obat TBC secara teratur sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
2. Pengetahuan tentang Penyakit: Klien memahami pentingnya minum obat TBC secara rutin dan bahaya jika berhenti minum obat.
3. Kontrol Gejala: Klien dapat mengontrol gejala-gejala TBC yang dialami, seperti batuk, demam, dan penurunan berat badan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Ketidakpatuhan
- Evaluasi alasan ketidakpatuhan klien dalam minum obat TBC
- Identifikasi hambatan dan fasilitator untuk kepatuhan minum obat
- Berikan edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat TBC
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk mengoptimalkan regimen pengobatan
- Monitoring dan evaluasi kepatuhan klien dalam minum obat secara rutin
2. Peningkatan Pengetahuan
- Berikan edukasi tentang penyakit TBC, termasuk penyebab, gejala, dan komplikasi
- Jelaskan pentingnya minum obat TBC secara teratur dan konsekuensi jika berhenti minum obat
- Gunakan media edukasi yang sesuai dengan gaya belajar klien
3. Manajemen Gejala
- Identifikasi gejala-gejala TBC yang dialami klien
- Kaji tanda dan gejala TBC secara berkala
- Berikan intervensi keperawatan untuk mengelola gejala, seperti terapi batuk, manajemen demam, dan peningkatan asupan nutrisi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan gejala
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat meningkatkan kepatuhan dalam minum obat TBC, memahami pentingnya pengobatan, dan dapat mengontrol gejala-gejala yang muncul. Hal ini akan mendukung proses pemulihan dan mencegah komplikasi yang lebih buruk. -
Article No. 19481 | 10 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun tinggal bersama keluarga mengeluh pada perawat bahwa dirinya 3 bulan terakhir sering merasa lapar, haus dan suka berkemih. Menurut klien masalah ini muncul setelah dirinya berkonflik dengan tetangga dan dirinya merasa ada yang tidak beres dengan hal tersebut. Klien belum pernah berobat dan hanya menjalankan anjuran dari tokoh spiritualnya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Klien mengeluhkan sering merasa lapar dan haus, yang dapat mengindikasikan adanya ketidakseimbangan nutrisi. Diagnosa ini sesuai dengan gejala yang dialami klien.
2. Intoleransi Aktivitas
Klien belum pernah berobat dan hanya menjalankan anjuran dari tokoh spiritualnya, yang dapat menunjukkan adanya intoleransi aktivitas dalam mencari penanganan medis yang sesuai.
3. Kecemasan
Klien merasa ada yang tidak beres dengan dirinya setelah konflik dengan tetangga, yang dapat menyebabkan kecemasan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Klien dapat mengonsumsi makanan dan cairan sesuai kebutuhan tubuh.
- Klien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
- Klien tidak mengeluhkan sering merasa lapar dan haus.
2. Toleransi Aktivitas
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
- Klien dapat mencari dan menerima penanganan medis yang sesuai.
- Klien tidak merasa terbatas dalam melakukan aktivitas.
3. Kontrol Kecemasan
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Klien dapat menerapkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Klien dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam hidupnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Pengkajian status nutrisi klien
- Edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Pemberian diet yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan klien
- Pemantauan asupan nutrisi dan cairan klien
2. Toleransi Aktivitas
- Pengkajian kemampuan aktivitas klien
- Edukasi tentang pentingnya aktivitas dan penanganan medis
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan penanganan yang sesuai
- Pemberian latihan fisik dan aktivitas sesuai kemampuan klien
3. Kontrol Kecemasan
- Pengkajian penyebab dan tingkat kecemasan klien
- Edukasi tentang kecemasan dan teknik relaksasi
- Pemberian terapi kognitif-perilaku untuk mengatasi kecemasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan jiwa untuk penanganan yang sesuai
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi klien. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang belum jelas.