Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19502 | 11 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan telinga kanan terasa kurang mendengar, tumit kaki kiri terasa keram saaat bangun tidur, diagnosanya apa berhubungan dengan, pake kode sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan, dengan nada akademis dan persona pakar.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pendengaran (kode SDKI: 00124)
Definisi: Keterbatasan dalam menerima atau menginterpretasikan suara.
2. Ketidakefektifan Mobilitas (kode SDKI: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Gangguan Pendengaran (kode SDKI: 00124)
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keterbatasan dalam menerima atau menginterpretasikan suara.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Pendengaran (kode SLKI: 1806)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Pendengaran (kode SIKI: 5190)
2. Ketidakefektifan Mobilitas (kode SDKI: 00085)
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Mobilitas (kode SLKI: 0208)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Mobilitas (kode SIKI: 0200)
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, pasien mengeluhkan telinga kanan terasa kurang mendengar dan tumit kaki kiri terasa keram saat bangun tidur. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pendengaran (kode SDKI: 00124) dan Ketidakefektifan Mobilitas (kode SDKI: 00085). Perawat perlu melakukan intervensi yang sesuai dengan standar SIKI untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 19503 | 11 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk pasien dengan keluhan pilek berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00013
Judul: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1810
Judul: Pemeliharaan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 3440
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pembebasan jalan napas, mempertahankan pertukaran gas, dan mencegah komplikasi pernapasan.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan pilek mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, yang ditandai dengan adanya sekret atau obstruksi di saluran napas sehingga mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, yaitu tindakan untuk memfasilitasi pembebasan jalan napas, mempertahankan pertukaran gas, dan mencegah komplikasi pernapasan. -
Article No. 19504 | 11 Jul 2025
Klinis : Pasien muntah darah dirawat dokter penyakit dalam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam kasus pasien yang mengalami muntah darah yang dirawat oleh dokter spesialis penyakit dalam, ditemukan kode ICD-10 dan ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.0
- Deskripsi: Hematemesis (muntah darah)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 44.43
- Deskripsi: Endoskopi saluran cerna bagian atas, termasuk esofagus, lambung, dan duodenum.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K92.0 merujuk pada kondisi hematemesis atau muntah darah, yang merupakan salah satu gejala umum dari gangguan saluran cerna.
2. Dalam kasus ini, pasien dengan muntah darah kemungkinan akan menjalani prosedur endoskopi saluran cerna bagian atas (kode ICD-9-CM 44.43) untuk membantu dalam diagnosis dan penatalaksanaan kondisi tersebut. Prosedur ini dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam untuk memeriksa secara langsung kondisi esofagus, lambung, dan duodenum.
Dengan menggunakan kode ICD-10 dan ICD-9-CM, informasi mengenai diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan dapat tercatat dengan baik dalam rekam medis pasien. Hal ini membantu dalam proses dokumentasi, klaim asuransi, dan analisis data epidemiologi. -
Article No. 19505 | 11 Jul 2025
Klinis : GE DRS + Command Cold
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi yang Anda sebutkan, yaitu GE DRS + Command Cold.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G80.8
- Deskripsi: Paralisis serebral, lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.39
- Deskripsi: Prosedur terapi lainnya, termasuk stimulasi saraf.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G80.8 (Paralisis serebral, lainnya) dipilih karena kondisi "GE DRS" (Spastic Quadriplegia Cerebral Palsy) merupakan salah satu jenis paralisis serebral yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 93.39 (Prosedur terapi lainnya, termasuk stimulasi saraf) mungkin sesuai untuk prosedur "Command Cold" yang dapat melibatkan stimulasi saraf atau terapi lainnya untuk mengatasi kondisi tersebut.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya memahami pentingnya pengkodean yang tepat untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan pengiriman klaim yang sesuai. Kode-kode yang saya berikan di atas merupakan pilihan yang paling relevan berdasarkan informasi yang diberikan, namun perlu disesuaikan lebih lanjut setelah melakukan evaluasi klinis yang lebih lengkap. -
Article No. 19506 | 11 Jul 2025
Klinis : GE DRS + Command Cold
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi GE DRS + Command Cold.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
- Kode: 00085
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas (1800)
- Kode: 1800
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
2. Toleransi Aktivitas (0005)
- Kode: 0005
- Definisi: Kemampuan untuk mentoleransi dan menyelesaikan aktivitas rutin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas (4310)
- Kode: 4310
- Definisi: Pengaturan, pengorganisasian, dan fasilitasi aktivitas fisik dan mental pasien.
2. Manajemen Energi (4320)
- Kode: 4320
- Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatur sumber dan penggunaan energi secara efektif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang relevan dengan kondisi GE DRS + Command Cold. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19507 | 11 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien ini adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.26
- Deskripsi: Bronkoskopi diagnostik, termasuk pengambilan biopsi.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk menggambarkan tuberkulosis paru dengan lesi di paru. Pasien ini memenuhi kriteria ini, dengan keluhan batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.26 adalah untuk prosedur bronkoskopi diagnostik, yang mungkin akan dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru melalui pengambilan sampel biopsi.
Dalam praktik klinis, diagnosis tuberkulosis paru biasanya memerlukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan dahak untuk bakteri tahan asam (BTA) atau tes sensitivitas obat, serta pemeriksaan pencitraan lanjutan seperti CT-scan untuk memastikan diagnosis dan rencana penanganan yang tepat. -
Article No. 19508 | 11 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, edema, spasme otot, atau kelemahan otot pernapasan.
- Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Nafsu makan yang menurun, mual, dan kelelahan.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien mampu batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas.
- Pasien mempertahankan pola napas yang normal.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran napas.
2. Keseimbangan Nutrisi Terpenuhi
- Pasien mencapai berat badan ideal.
- Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan kekuatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret.
- Berikan terapi inhalasi (misalnya bronkodilator) untuk melebarkan jalan napas.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas.
- Atur posisi semifowler untuk memfasilitasi drainase sekret.
- Pantau tanda-tanda vital dan oksigenasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
- Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.
- Bantu pasien dalam makan jika diperlukan.
- Pantau asupan dan output cairan serta berat badan.
- Berikan dukungan dan edukasi terkait pentingnya nutrisi yang adekuat.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19509 | 11 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan di gigit tawon 7 jam yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan di gigit tawon 7 jam yang lalu:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Mayor: Melaporkan pengalaman nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, Perilaku protektif terhadap area yang sakit.
Pasien datang dengan keluhan digigit tawon 7 jam yang lalu, menunjukkan adanya kerusakan jaringan yang menimbulkan pengalaman nyeri yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan Nyeri Akut sesuai untuk kondisi pasien ini.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa Nyeri Akut akibat gigitan tawon, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima.
Kriteria Hasil:
1) Melaporkan penurunan rasa nyeri.
2) Menunjukkan perilaku yang mengindikasikan berkurangnya rasa nyeri.
3) Menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
4) Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.
Dengan tercapainya kontrol nyeri, diharapkan pasien dapat mengelola rasa nyeri yang dirasakan akibat gigitan tawon sehingga dapat kembali ke kondisi normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran Kontrol Nyeri pada pasien dengan diagnosa Nyeri Akut akibat gigitan tawon, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri yang dialami oleh pasien.
Aktivitas:
1) Kaji tipe, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan keparahan nyeri.
2) Berikan analgesik sesuai resep.
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres dingin, relaksasi, dan distraksi.
4) Lakukan perawatan luka pada area gigitan tawon.
5) Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
b. Edukasi Kesehatan
Definisi: Pemberian informasi yang terstruktur dan terencana untuk memfasilitasi perubahan perilaku.
Aktivitas:
1) Jelaskan penyebab dan proses terjadinya nyeri akibat gigitan tawon.
2) Ajarkan cara-cara untuk mencegah dan mengatasi gigitan tawon di masa mendatang.
3) Motivasi pasien untuk melakukan perawatan luka dan menggunakan analgesik sesuai instruksi.
Dengan melakukan intervensi Manajemen Nyeri dan Edukasi Kesehatan, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol nyeri yang optimal dan kembali ke kondisi sehat setelah digigit tawon. -
Article No. 19510 | 11 Jul 2025
Klinis : Ny. Z berumur 58 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan diare dan muntah, nyeri abdomen. Ny. Z terlihat lemas dan lelah serta pucat, mukosa terlihat kering. Pernafasan terlihat cepat dan dalam (kusmaul). Klien tampak mulai syok. Klien sering tampak mengatakan haus, hasil anamnesa dan pengukuran BB turun secara tiba.tiba dari 60 Kg menjadi 58 Kg dalam 3 hari. Klien terpasang kateter dan hasil pengukuran urine 10 menit 100 cc. Klien juga menderita diabetes sejak umur 46 tahun. Tekanan darah 150/90 mmHg, RR 32 x/menit, Nadi 110x/menit pulsasi lemah, suhu 37,8oC. Kadar gula darah 800 mg/dl. Hasil pengukuran AGD : PH 7,0, PCO2 : 40 mmHg, P02 100 mmHg, HCO3 16 mEq/L, BE (-13). A. Sebutkan minimal 2 masalah keperawatan kegawatdaruratan prioritas yang terjadi pada klien, buat analisa data dan tegakkan diagnosa keperawatan klien!…. B. Susunlah 1 rencana asuhan keperawatan prioritas klien SDKI…
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: A. Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan Prioritas dan Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Sekunder Diare dan Muntah
Analisa Data:
- Klien mengeluh diare dan muntah
- Klien tampak lemas, lelah, dan pucat
- Mukosa kering
- Pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul)
- Klien mengatakan haus
- Berat badan turun secara tiba-tiba
- Produksi urin sedikit (100 cc dalam 10 menit)
- Tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110 x/menit, pulsasi lemah
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Sekunder Diare dan Muntah
2. Kekurangan Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kehilangan Cairan Sekunder Diabetic Ketoacidosis
Analisa Data:
- Klien menderita diabetes sejak umur 46 tahun
- Kadar gula darah 800 mg/dl
- Hasil pemeriksaan gas darah arterial: pH 7,0, PCO2 40 mmHg, PO2 100 mmHg, HCO3 16 mEq/L, BE (-13)
Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kehilangan Cairan Sekunder Diabetic Ketoacidosis
B. Rencana Asuhan Keperawatan Prioritas
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Klien akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan status hidrasi dalam waktu 2 jam, meliputi:
- Mukosa mulut lembab
- Turgor kulit baik
- Produksi urin meningkat
- Tanda-tanda vital membaik (tekanan darah, nadi, dan respirasi)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara ketat (setiap 15 menit)
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen dalam batas normal
3. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang (cairan kristaloid isotonis)
4. Pantau intake dan output cairan secara akurat
5. Berikan antiemetik dan antidiare sesuai instruksi dokter untuk mengendalikan gejala diare dan muntah
6. Berikan insulin sesuai instruksi dokter untuk mengontrol kadar gula darah
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut (misal: pemeriksaan elektrolit, ureum, kreatinin)
8. Edukasi keluarga tentang pentingnya monitoring gejala dehidrasi dan segera meminta bantuan medis
Penjelasan:
Rencana asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memperbaiki status hidrasi klien, mengendalikan komplikasi diabetik ketosis, serta memantau dan mengatasi tanda-tanda kegawatdaruratan. Intervensi yang diberikan meliputi pemantauan ketat, pemberian cairan dan terapi sesuai kebutuhan, serta kolaborasi dengan tim medis. Edukasi kepada keluarga juga penting agar dapat membantu memantau kondisi klien dan segera meminta bantuan medis jika diperlukan. -
Article No. 19511 | 11 Jul 2025
Klinis : CHEST DETRA IGA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "CHEST DETRA IGA".
1. Kode ICD-10:
- Kode: J94.9
- Deskripsi: Efusi pleura, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Berdasarkan deskripsi kondisi "CHEST DETRA IGA", yang merujuk pada efusi pleura, kode ICD-10 yang sesuai adalah J94.9. Efusi pleura adalah akumulasi cairan di ruang pleura, di antara lapisan viseral dan parietal pleura. Kode J94.9 digunakan untuk mengklasifikasikan efusi pleura yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.91
- Deskripsi: Pemasangan tabung dada
Penjelasan:
Untuk penanganan efusi pleura, prosedur yang mungkin dilakukan adalah pemasangan tabung dada (thoracostomy tube). Kode ICD-9-CM yang sesuai untuk prosedur ini adalah 34.91, yang mendeskripsikan pemasangan tabung dada untuk drainase cairan atau udara.
Pemasangan tabung dada dilakukan untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura, sehingga dapat membantu mengurangi tekanan dan memfasilitasi ekspansi paru-paru yang terganggu akibat efusi pleura.