Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17695 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ą 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 23 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Kode SDKI: B.1.1)*
**Penjelasan Singkat:**
Diagnosa ini merujuk pada kondisi pasien yang mengalami asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik akibat faktor biologis (hiperglikemia, penurunan kesadaran, dan kurangnya kepatuhan diet). Hal ini ditunjukkan oleh BMI 18,2 kg/mē (kategori underweight), skor MST 3 (risiko malnutrisi), serta pola makan tidak teratur sebelum hospitalisasi.
---
**Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):**
- **Kode B.1.1**: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
- **Definisi**: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolik tubuh.
- **Faktor Penyebab**: Faktor biologis (hiperglikemia, HHNK), ketidaktahuan keluarga tentang diet DM, dan ketidakpatuhan terapi.
---
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
- **Kode L.1.1.1**: Status Nutrisi Membaik.
- **Indikator**:
- Peningkatan berat badan (target: BMI ?18,5 kg/mē).
- Kadar glukosa darah stabil (target: <200 mg/dL).
- Asupan makanan sesuai diet 3J (jumlah, jenis, jadwal).
- **Kode L.1.4.1**: Pengetahuan Keluarga tentang Diet DM Meningkat.
- **Indikator**:
- Keluarga mampu menyebutkan prinsip diet DM.
- Keluarga mendukung kepatuhan pasien.
---
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
1. **Intervensi Utama**:
- **Kode I.1.1.1**: **Manajemen Nutrisi**
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet DM 3J.
- Pemantauan asupan kalori dan respons glikemik.
- **Kode I.1.4.1**: **Edukasi Kesehatan**
- Penyuluhan tentang diet DM, pemantauan gula darah, dan pentingnya kepatuhan obat.
2. **Intervensi Pendukung**:
- **Kode I.2.1.1**: **Manajemen Hiperglikemia**
- Pemberian insulin (NovoRapid & Levemir) sesuai resep.
- Pemantauan glukosa darah berkala.
- **Kode I.3.1.1**: **Dukungan Keluarga**
- Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan dan pengawasan gejala HHNK.
---
**Evaluasi:**
- **Luaran Tercapai**:
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- **Rekomendasi**:
- Lanjutkan edukasi dan pemantauan nutrisi pasca-rawat inap.
- Rujuk ke klinik gizi untuk follow-up jangka panjang.
**Catatan Akademis:**
Diagnosa dan intervensi ini sesuai dengan *evidence-based practice* untuk manajemen DM tipe 2 dengan komplikasi HHNK, mengintegrasikan aspek biologis, edukasi, dan dukungan keluarga (PPNI, 2017). Perlu pendekatan interdisipliner untuk mencapai luaran optimal.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan)* -
Article No. 17696 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ą 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 23 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Ibu M yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan: Faktor biologis (penyakit diabetes melitus tipe 2)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator:
a. Berat badan dalam rentang normal
b. Intake nutrisi sesuai kebutuhan
c. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Kriteria Hasil:
a. Pasien mencapai berat badan ideal (BMI 18,5-24,9 kg/m2)
b. Pasien mampu mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
c. Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan nutrisi (seperti rambut rontok, kulit kering, perubahan warna lidah)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien (antropometri, biokimia, klinis, dan dietary)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Berikan makanan sesuai diet diabetes (jumlah, jenis, dan jadwal makan yang tepat)
- Pantau asupan dan output cairan pasien
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai diet diabetes yang tepat
- Kolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk terapi farmakologi (insulin) dalam mengatasi hiperglikemia
2. Terapi Gizi
- Berikan makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi
- Pantau perubahan berat badan, asupan nutrisi, dan kadar glukosa darah pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyesuaikan intervensi gizi sesuai kondisi pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" didasarkan pada kondisi pasien Ibu M yang mengalami penurunan berat badan, BMI di bawah normal, dan riwayat diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa asupan nutrisi pasien tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya.
Luaran/output yang diharapkan adalah Keseimbangan Nutrisi, dengan indikator berat badan dalam rentang normal, intake nutrisi sesuai kebutuhan, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien mencapai berat badan ideal, mampu mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan, dan tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan nutrisi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Nutrisi dan Terapi Gizi. Manajemen Nutrisi meliputi pengkajian status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, pemberian makanan sesuai diet diabetes, pemantauan asupan dan output cairan, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk terapi farmakologi. Terapi Gizi meliputi pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi, pemantauan perubahan berat badan, asupan nutrisi, dan kadar glukosa darah, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyesuaikan intervensi gizi sesuai kondisi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan masalah keperawatan terkait ketidakseimbangan nutrisi pada pasien Ibu M dapat diatasi, sehingga pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal. -
Article No. 17697 | 23 May 2025
Klinis : Seorang laki laki usia 50 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan cepat lelah dan nyeri pada area luka di kaki kiri, skala nyeri 5. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan buang air kecil 6-7x pada malam hari, badan terasa lemah, kurang nafsu makan, sering haus, mukosa bibir kering, kulit kering dan kadang terasa gatal. Terdapat luka pada kaki kiri. Luka terlihat basah dan berbau. Gula darah puasa 197 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 317 mg/dl. Tanda tanda vital : TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. Suhu : 37,0 C. BB pasien 45 kg. TB 170 cm. Pasien menderita penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, beserta penjelasan singkat dan kodenya menurut SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
- Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Tidur
- SDKI: Gangguan Tidur
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
- Kode: 00095
- Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Peningkatan Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
- Kode: 00002
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
- Kode: 00004
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
5. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Penurunan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan singkat masing-masing diagnosa keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami kelelahan yang cepat akibat adanya penyakit diabetes mellitus yang diderita.
2. Gangguan Tidur: Pasien mengalami peningkatan frekuensi berkemih di malam hari, yang dapat mengganggu kualitas tidurnya.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan sering haus, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi.
4. Risiko Infeksi: Luka pada kaki kiri pasien terlihat basah dan berbau, menunjukkan adanya risiko infeksi.
5. Nyeri Akut: Pasien mengeluhkan nyeri pada area luka di kaki kiri dengan skala nyeri 5. -
Article No. 17698 | 23 May 2025
Klinis : Seorang laki laki usia 50 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan cepat lelah dan nyeri pada area luka di kaki kiri, skala nyeri 5. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan buang air kecil 6-7x pada malam hari, badan terasa lemah, kurang nafsu makan, sering haus, mukosa bibir kering, kulit kering dan kadang terasa gatal. Terdapat luka pada kaki kiri. Luka terlihat basah dan berbau. Gula darah puasa 197 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 317 mg/dl. Tanda tanda vital : TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. Suhu : 37,0 C. BB pasien 45 kg. TB 170 cm. Pasien menderita penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Jaringan (SDKI Code: 00046)**
**Penjelasan:**
Kondisi luka basah dan berbau pada kaki kiri menunjukkan gangguan penyembuhan luka akibat hiperglikemia yang tidak terkontrol. Hal ini diperburuk oleh gejala kulit kering dan gatal, yang merupakan manifestasi dari komplikasi diabetes melitus.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SLKI 1401:** Penyembuhan luka meningkat.
- **Kode SLKI 1402:** Infeksi luka teratasi.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SIKI 4200:** Perawatan luka (termasuk pembersihan luka, debridemen, dan penggunaan balutan sesuai indikasi).
- **Kode SIKI 4201:** Manajemen infeksi (pemberian antibiotik jika diperlukan, pemantauan tanda infeksi).
---
**2. Diagnosa Keperawatan:**
**Hiperglikemia (SDKI Code: 00073)**
**Penjelasan:**
Gula darah puasa 197 mg/dl dan postprandial 317 mg/dl menunjukkan ketidakstabilan kadar glukosa darah. Gejala seperti poliuria, polidipsia, kelemahan, dan penurunan nafsu makan mendukung kondisi hiperglikemia yang tidak terkontrol.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1701:** Kadar glukosa darah dalam rentang target.
- **Kode SLKI 1702:** Gejala hiperglikemia berkurang.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 4400:** Manajemen hiperglikemia (pemantauan gula darah, pemberian insulin/OHO sesuai protokol).
- **Kode SIKI 4401:** Edukasi manajemen diabetes (diet, aktivitas fisik, pengobatan).
---
**3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Penjelasan:**
Luka terbuka pada kaki kiri yang basah dan berbau meningkatkan risiko infeksi, terutama pada pasien diabetes yang memiliki gangguan imunitas dan sirkulasi perifer.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1101:** Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 3500:** Pencegahan infeksi (kebersihan luka, teknik aseptik).
- **Kode SIKI 3501:** Pemantauan tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, nanah).
---
**4. Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: 00002)**
**Penjelasan:**
BB 45 kg dengan TB 170 cm (IMT = 15,6 kg/mē) menunjukkan malnutrisi. Gejala seperti kurang nafsu makan dan kelemahan memperburuk kondisi ini.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1201:** Asupan nutrisi adekuat.
- **Kode SLKI 1202:** Berat badan stabil/meningkat.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 1100:** Manajemen nutrisi (pemberian diet DM tinggi protein dan kalori).
- **Kode SIKI 1101:** Pemantauan berat badan dan asupan makanan.
---
**5. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Penjelasan:**
Pasien mengeluh nyeri pada luka dengan skala 5, yang dapat mengganggu kenyamanan dan proses penyembuhan.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1301:** Nyeri berkurang atau terkontrol.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 1400:** Manajemen nyeri (pemberian analgesik sesuai indikasi, teknik relaksasi).
---
**Kesimpulan:**
Pasien memerlukan intervensi keperawatan komprehensif untuk mengatasi hiperglikemia, luka diabetes, risiko infeksi, malnutrisi, dan nyeri. Pendekatan holistik dengan edukasi manajemen diabetes sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
*(Sumber: Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi 4 PPNI, 2020)* -
Article No. 17699 | 23 May 2025
Klinis : Seorang laki laki usia 50 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan cepat lelah dan nyeri pada area luka di kaki kiri, skala nyeri 5. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan buang air kecil 6-7x pada malam hari, badan terasa lemah, kurang nafsu makan, sering haus, mukosa bibir kering, kulit kering dan kadang terasa gatal. Terdapat luka pada kaki kiri. Luka terlihat basah dan berbau. Gula darah puasa 197 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 317 mg/dl. Tanda tanda vital : TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. Suhu : 37,0 C. BB pasien 45 kg. TB 170 cm. Pasien menderita penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisa yang komprehensif mengenai kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perburukan Integritas Kulit berhubungan dengan diabetes melitus, usia, dan adanya luka pada kaki.
- Pasien memiliki riwayat diabetes melitus selama 2 tahun, yang dapat menyebabkan gangguan pada integritas kulit. Usia 50 tahun juga meningkatkan risiko gangguan pada kulit. Selain itu, terdapat luka basah dan berbau pada kaki kiri pasien, yang menunjukkan adanya perburukan integritas kulit.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan gangguan metabolisme.
- Pasien mengeluhkan kurang nafsu makan, sering haus, dan tubuh terasa lemah, yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol. Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan yang tinggi mengindikasikan adanya gangguan metabolisme.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan kelelahan.
- Pasien mengeluhkan badan cepat lelah, yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan malnutrisi akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perburukan Integritas Kulit:
- Integritas kulit membaik, ditandai dengan luka kering, tidak berbau, dan tidak basah.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
- Pasien dapat merawat luka dengan benar.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Berat badan pasien meningkat sesuai dengan kebutuhan.
- Tanda-tanda malnutrisi (lemah, anoreksia, dehidrasi) menurun.
- Kadar gula darah terkontrol dalam batas normal.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
- Tidak ada keluhan kelelahan yang berlebihan.
- Tanda-tanda vital stabil selama beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perburukan Integritas Kulit:
- Perawatan luka secara rutin dan tepat.
- Pemberian edukasi tentang perawatan luka yang benar.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi pada luka.
- Pengaturan gula darah dan nutrisi yang seimbang.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Penyusunan rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Pemberian edukasi tentang manajemen diabetes melitus.
- Monitoring kadar gula darah secara berkala.
- Pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pengkajian kemampuan fisik dan tingkat aktivitas pasien.
- Penyusunan rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Pemberian edukasi tentang manajemen aktivitas dan latihan.
- Monitoring tanda-tanda vital selama aktivitas.
- Pemberian dukungan dan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terstruktur, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mempercepat proses pemulihan. -
Article No. 17700 | 23 May 2025
Klinis : Seorang laki laki usia 50 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan cepat lelah dan nyeri pada area luka di kaki kiri, skala nyeri 5. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan buang air kecil 6-7x pada malam hari, badan terasa lemah, kurang nafsu makan, sering haus, mukosa bibir kering, kulit kering dan kadang terasa gatal. Terdapat luka pada kaki kiri. Luka terlihat basah dan berbau. Gula darah puasa 197 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 317 mg/dl. Tanda tanda vital : TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. Suhu : 37,0 C. BB pasien 45 kg. TB 170 cm. Pasien menderita penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Kulit (SDKI: 2.1)** terkait dengan luka diabetik pada kaki kiri ditandai dengan luka basah, berbau, dan nyeri (skala 5).
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) Kode 2.1: Gangguan Integritas Kulit**
- **Definisi:** Kerusakan jaringan kulit yang mengganggu fungsi normal, dalam hal ini disebabkan oleh luka diabetik.
- **Faktor yang Berhubungan:** Hiperglikemia kronis, gangguan sirkulasi perifer, dan infeksi luka.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) Kode 2101: Penyembuhan Luka**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Luka menunjukkan tanda penyembuhan (granulasi, reduksi ukuran luka).
- Nyeri berkurang (skala <3).
- Tidak ada tanda infeksi (bau, pus, kemerahan).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Kode 2.1.1: Perawatan Luka**
- **Intervensi Utama:**
- Membersihkan luka dengan teknik aseptik.
- Memantau tanda infeksi dan perkembangan luka.
- Memberikan edukasi perawatan luka mandiri.
---
**Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI: 1.12)** terkait dengan ketidakpatuhan manajemen diabetes ditandai dengan gula darah puasa 197 mg/dl dan postprandial 317 mg/dl.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI Kode 1.12: Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah**
- **Definisi:** Peningkatan risiko fluktuasi gula darah di luar rentang normal.
- **Faktor Risiko:** Pola makan tidak terkontrol, kurangnya aktivitas fisik, dan riwayat DM tipe 2.
2. **SLKI Kode 1401: Kontrol Glikemik**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Kadar gula darah dalam rentang target (puasa <130 mg/dl, postprandial <180 mg/dl).
- Pasien memahami tanda hipo/hiperglikemia.
3. **SIKI Kode 1.12.1: Manajemen Diabetes**
- **Intervensi Utama:**
- Pemantauan gula darah rutin.
- Edukasi diet DM dan aktivitas fisik.
- Kolaborasi pemberian insulin/OHO sesuai indikasi.
---
**Catatan:**
- **Tone Akademis:** Penjelasan disusun berdasarkan bukti klinis dan standar PPNI.
- **Persona Pakar:** Rekomendasi intervensi mengacu pada pedoman evidence-based practice.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi keperawatan.)* -
Article No. 17701 | 23 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah pembahasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret.
- Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, bunyi napas bronkial, sesak napas, dan suara napas tambahan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Penyebab: Keterbatasan fisik, kelemahan, dan kelelahan.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, penurunan kemampuan melakukan aktivitas, dan peningkatan tanda-tanda vital saat aktivitas.
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, dan penurunan nafsu makan.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, penurunan asupan makanan, dan kelemahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Mampu mengeluarkan sekret
- Tidak ada kesulitan bernapas
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Tanda-tanda vital stabil saat aktivitas
- Peningkatan energi dan stamina
3. Status Nutrisi Membaik
- Indikator:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Asupan makanan adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Manajemen Jalan Napas
- Pemberian Oksigen
- Fisioterapi Dada
- Edukasi Tentang Teknik Batuk Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas Bertahap
- Terapi Latihan
- Edukasi Tentang Manajemen Aktivitas
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Manajemen Nutrisi
- Konsultasi Gizi
- Pemberian Suplemen Nutrisi
- Edukasi Tentang Gizi dan Peningkatan Asupan Makanan
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, peningkatan toleransi aktivitas, dan perbaikan status nutrisi. Hal ini akan mendukung proses pemulihan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 17702 | 23 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas, sehingga mengakibatkan batuk.
Definisi dari Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah "Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka".
Karakteristik definisi yang sesuai dengan kondisi pasien dengan keluhan batuk antara lain:
- Batuk produktif
- Sputum berlebihan
- Sesak napas
- Perubahan suara (mis. serak)
- Gangguan pola napas
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Luaran/Output yang diharapkan adalah:
a. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
Kriteria hasil yang diharapkan:
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
- Frekuensi dan karakteristik batuk membaik
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
- Tidak ada suara napas tambahan (mis. mengi, ronki)
- Pasien dapat bernafas dengan nyaman
b. Manajemen Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mengatur jalan napas.
Kriteria hasil yang diharapkan:
- Pasien dapat melakukan teknik batuk efektif
- Pasien dapat melakukan latihan pernapasan
- Pasien dapat menggunakan alat bantu pernapasan (jika diperlukan)
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor pencetus yang memperburuk kondisi pernapasan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan pada pasien dengan diagnosa Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah:
a. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
Aktivitas keperawatan:
- Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan suara napas)
- Auskultasi suara napas, identifikasi dan catat adanya suara napas tambahan
- Ajarkan dan fasilitasi pasien untuk melakukan teknik batuk efektif
- Ajarkan dan fasilitasi pasien untuk melakukan latihan pernapasan (mis. latihan napas dalam, pursed-lip breathing)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian oksigen, bronkodilator, atau mukolitik (jika diperlukan)
b. Manajemen Sekret
Tujuan: Memfasilitasi pengeluaran sekret dari jalan napas.
Aktivitas keperawatan:
- Berikan hidrasi yang adekuat untuk mempertahankan kelembaban sekret
- Berikan humidifikasi oksigen (jika diberikan)
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret (jika diperlukan)
- Ajarkan dan fasilitasi pasien untuk melakukan teknik batuk efektif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian mukolitik (jika diperlukan)
c. Manajemen Kenyamanan
Tujuan: Meningkatkan kenyamanan pasien.
Aktivitas keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital pasien
- Berikan analgesik atau antitusif (jika diperlukan) untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat batuk
- Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien (mis. semi-fowler)
- Sediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan Luaran/Output yang diharapkan dapat tercapai, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kondisi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. -
Article No. 17703 | 23 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal di paha kiri sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan gatal di paha kiri selama 1 minggu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah kemampuan terbatas untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi pada tingkat seluler. Dalam kasus ini, gatal di paha kiri yang berlangsung selama 1 minggu dapat menyebabkan pasien merasa tidak nyaman dan terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga diagnosa Intoleransi Aktivitas dinilai sesuai.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
Luaran SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat
Penjelasan:
Toleransi Aktivitas Meningkat merupakan kemampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Dalam kasus ini, diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien akan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman dan tanpa gangguan akibat gatal di paha kiri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran Toleransi Aktivitas Meningkat, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
Intervensi SIKI:
a. Manajemen Gejala
b. Peningkatan Kenyamanan
c. Edukasi Kesehatan
Penjelasan:
a. Manajemen Gejala: Intervensi ini bertujuan untuk mengelola gejala gatal di paha kiri yang dialami pasien. Perawat dapat memberikan tindakan seperti pemberian obat topikal, kompres dingin, dan mengarahkan pasien untuk menghindari hal-hal yang dapat memicu gatal.
b. Peningkatan Kenyamanan: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien selama proses pemulihan. Perawat dapat memberikan dukungan emosional, mengajarkan teknik relaksasi, dan memastikan lingkungan yang nyaman bagi pasien.
c. Edukasi Kesehatan: Intervensi ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada pasien terkait kondisi dan perawatan yang harus dilakukan. Perawat dapat menjelaskan penyebab gatal, cara penanganan, serta gaya hidup yang dapat membantu mencegah kekambuhan.
Dengan penerapan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran Toleransi Aktivitas Meningkat, sehingga dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman dan tanpa gangguan akibat gatal di paha kiri. -
Article No. 17704 | 23 May 2025
Klinis : manajemen sirkulasi perifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat pakar, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi manajemen sirkulasi perifer berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen sirkulasi perifer adalah "Gangguan Perfusi Perifer". Gangguan Perfusi Perifer didefinisikan sebagai ketidakadekuatan aliran darah ke bagian tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Perifer Adekuat
Luaran ini menggambarkan kondisi di mana aliran darah ke bagian tubuh tertentu telah adekuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai luaran ini antara lain:
- Warna kulit normal
- Suhu kulit hangat
- Pengisian kapiler kurang dari 3 detik
- Tidak ada rasa nyeri atau kesemutan
2. Mobilitas Sendi Membaik
Luaran ini menggambarkan kondisi di mana pasien dapat bergerak dengan lebih leluasa tanpa hambatan yang disebabkan oleh gangguan perfusi perifer. Indikator yang dapat digunakan antara lain:
- Rentang gerak sendi normal
- Tidak ada kekakuan sendi
- Tidak ada nyeri saat bergerak
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Sirkulasi
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami gangguan perfusi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengatur posisi tubuh untuk meningkatkan aliran darah
- Memberikan kompres hangat untuk meningkatkan vasodilatasi
- Melakukan masase ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi
- Memantau tanda-tanda vital dan integritas kulit secara berkala
2. Manajemen Nyeri
Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri yang mungkin dirasakan oleh pasien akibat gangguan perfusi perifer. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengkaji nyeri secara komprehensif
- Memberikan analgesik sesuai indikasi
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
3. Peningkatan Mobilitas
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas sendi dan fungsi motorik pasien. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Melakukan latihan gerak sendi secara bertahap
- Mengajarkan teknik mobilisasi yang aman
- Memberikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
Dengan menerapkan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan dapat dicapai luaran yang diinginkan, yaitu perfusi perifer yang adekuat dan mobilitas sendi yang membaik.