Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17794 | 24 May 2025
Klinis : a. Pasien mengatakan bahwa dirinya sering menderita sakit kepala. b. Pasien mengatakan bahwa dirinya kehilangan nafsu makan selama 30 hari terakhir. c. Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa cemas, tegang dan khawatir. d. Pasien mengatakan bahwa dirinya kehilangan minat terhadap banyak hal. e. Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa lelah sepanjang waktu. f. Pasien mengatakan bahwa dirinya mudah lelah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda paparkan.
a. Pasien mengatakan bahwa dirinya sering menderita sakit kepala.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kepala Akut
SDKI: 10039
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial di area kepala.
b. Pasien mengatakan bahwa dirinya kehilangan nafsu makan selama 30 hari terakhir.
Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: 10062
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
c. Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa cemas, tegang dan khawatir.
Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
SDKI: 10005
Definisi: Respon emosional dan psiologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan non-spesifik.
d. Pasien mengatakan bahwa dirinya kehilangan minat terhadap banyak hal.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Aktivitas Rekreasi
SLKI: 10061
Definisi: Penurunan atau kehilangan minat dan/atau partisipasi dalam aktivitas rekreasi yang menyenangkan.
e. Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa lelah sepanjang waktu.
Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
SDKI: 10013
Definisi: Sensasi subjektif berkurangnya kemampuan fisik dan mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
f. Pasien mengatakan bahwa dirinya mudah lelah.
Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
SDKI: 10057
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas fisik, mental, dan/atau psikososial pada tingkat yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 17795 | 24 May 2025
Klinis : Risiko Perfusi cerebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif" dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif" adalah "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif". Diagnosa ini mengacu pada keadaan di mana terdapat potensi gangguan dalam aliran darah dan oksigenasi ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Perfusi Serebral Membaik: Pasien akan menunjukkan peningkatan aliran darah dan oksigenasi ke otak, sehingga fungsi otak dapat berjalan optimal.
b. Tanda-Tanda Vital Stabil: Pasien akan menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu tubuh, yang mendukung perfusi serebral yang adekuat.
c. Tidak Ada Tanda-Tanda Kerusakan Otak: Pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak, seperti penurunan kesadaran, gangguan motorik, atau gangguan sensorik.
d. Pasien Mampu Beraktivitas Secara Mandiri: Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa adanya hambatan yang disebabkan oleh gangguan perfusi serebral.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Perawat akan melakukan pemantauan rutin terhadap tanda-tanda vital pasien, termasuk tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat memengaruhi perfusi serebral.
b. Manajemen Oksigenasi: Perawat akan memastikan pasien mendapatkan oksigenasi yang adekuat, baik melalui pemberian oksigen, pengaturan ventilasi, atau tindakan lain yang diperlukan.
c. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Perawat akan memantau dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit pasien untuk mendukung perfusi serebral yang optimal.
d. Manajemen Aktivitas: Perawat akan membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap, sesuai dengan kemampuan pasien, untuk mencegah kelelahan yang dapat memengaruhi perfusi serebral.
e. Edukasi dan Konseling: Perawat akan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga perfusi serebral, serta konseling untuk membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya.
f. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Perawat akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, atau ahli gizi, untuk mengoptimalkan penanganan dan perawatan pasien.
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan terencana untuk mengatasi "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif" pada pasien. -
Article No. 17796 | 24 May 2025
Klinis : irigasi kateter urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi irigasi kateter urin:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi [00004]
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi [00004]
Definisi: Rentan terhadap serangan patogen, yang dapat mengakibatkan kerusakan sel.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Infeksi [1842]
Definisi: Kemampuan mengidentifikasi dan mencegah terjadinya infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Irigasi Kateter Urin [6920]
Definisi: Tindakan dalam melakukan prosedur irigasi kateter urin untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi.
Kode:
- Risiko Infeksi [00004]
- Kontrol Infeksi [1842]
- Manajemen Irigasi Kateter Urin [6920]
Penjelasan singkat:
Kondisi irigasi kateter urin memiliki risiko infeksi yang tinggi, sehingga diperlukan tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya infeksi. Perawat perlu melakukan manajemen irigasi kateter urin secara tepat dan higienis untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi pada pasien. -
Article No. 17797 | 24 May 2025
Klinis : promosi berat badan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan membantu Anda memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi promosi berat badan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi promosi berat badan adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan". Diagnosa ini mengacu pada konsumsi nutrisi yang melebihi kebutuhan tubuh, sehingga dapat menyebabkan peningkatan berat badan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Indikator yang diharapkan adalah Berat Badan Ideal. Tujuannya adalah agar pasien dapat mencapai dan mempertahankan berat badan ideal yang sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
2. Pengetahuan: Indikator yang diharapkan adalah Pengetahuan tentang Nutrisi. Tujuannya adalah agar pasien memahami konsep nutrisi yang seimbang dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Perilaku Kesehatan: Indikator yang diharapkan adalah Perilaku Makan Sehat. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengadopsi pola makan yang sehat dan seimbang untuk mencapai berat badan ideal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik
- Berikan edukasi tentang nutrisi seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan, dan cara menghitung kebutuhan kalori
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Bimbingan Perilaku Makan
- Bantu pasien mengidentifikasi pola makan yang tidak sehat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
- Berikan motivasi dan dukungan untuk mengubah pola makan ke arah yang lebih sehat
- Ajarkan teknik manajemen stres dan kontrol emosi untuk menghindari makan berlebihan
3. Monitoring dan Evaluasi
- Lakukan pemantauan berat badan secara berkala
- Evaluasi kemajuan pasien dalam mencapai berat badan ideal
- Modifikasi intervensi keperawatan jika diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk membantu pasien mencapai berat badan ideal dan mempertahankannya dalam jangka panjang. -
Article No. 17689 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas informasi yang Anda berikan. Berdasarkan kasus yang diuraikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.0
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 dengan koma hiperosmolar
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.7
- Deskripsi: Pemberian insulin, subkutan atau intramuskular
Penjelasan:
Pasien ini didiagnosis dengan diabetes melitus tipe 2 (E11.0) yang mengalami komplikasi Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang ditandai dengan penurunan kesadaran (somnolen), poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL serta HbA1c > 15%.
Dalam penatalaksanaan pasien, diberikan terapi farmakologis berupa pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam (kode ICD-9-CM 96.7) untuk mengobati hiperglikemia. -
Article No. 17690 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus Ibu M yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan komplikasi Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Kode: 00002
b. Judul: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Rencana Keperawatan SLKI:
a. Kode: P-0002
b. Judul: Manajemen Nutrisi
c. Definisi: Kemampuan untuk mengatur asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
a. Kode: I-0001
b. Judul: Pengaturan Diet
c. Definisi: Pemberian makanan dan minuman yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi pasien.
Selain itu, terdapat beberapa intervensi keperawatan lain yang dapat diberikan, antara lain:
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (I-0002)
- Pemantauan Glukosa Darah (I-0003)
- Pemberian Insulin (I-0004)
- Edukasi Manajemen Diabetes (I-0005)
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami Ibu M, yaitu ketidakseimbangan nutrisi, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Ibu M serta keluarganya dalam mengelola diabetes, serta mencapai stabilitas kondisi metabolik pasien. -
Article No. 17691 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Kode SDKI: B.1.1)*
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **B.1.1: Ketidakseimbangan Nutrisi (Kurang dari Kebutuhan Tubuh)**
*Definisi:* Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh akibat faktor biologis, psikologis, atau ekonomi.
*Faktor yang Berhubungan:*
- Faktor biologis (hiperglikemia, mual/muntah, penurunan nafsu makan).
- Ketidakpatuhan diet DM (kurangnya pengetahuan keluarga tentang diet diabetes).
- BMI 18,2 kg/m² (berat badan kurang).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **B.1.1.1: Status Nutrisi Meningkat** *(Kode SLKI: B.1.1.1)*
*Kriteria Evaluasi:*
- Peningkatan asupan makanan sesuai kebutuhan (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan kadar glukosa darah (dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL).
- Peningkatan kesadaran terhadap pentingnya diet diabetes.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **B.1.1.1.1: Manajemen Nutrisi** *(Kode SIKI: B.1.1.1.1)*
*Intervensi:*
- Edukasi gizi sesuai prinsip **3J** (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu seimbang (karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat).
- Pemantauan asupan makan dan respons glikemik.
- **B.1.1.1.2: Manajemen Hiperglikemia** *(Kode SIKI: B.1.1.1.2)*
*Intervensi:*
- Pemberian insulin (NovoRapid 14 U/8 jam, Levemir 12 U/24 jam) secara kolaboratif.
- Pemantauan glukosa darah berkala.
**Evaluasi:**
- **Luaran Tercapai Sebagian:**
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan porsi makan terpenuhi).
- Penurunan glukosa darah (274 mg/dL), meski belum mencapai target ideal.
- Peningkatan pengetahuan keluarga tentang diet DM.
**Rekomendasi:**
- Lanjutkan edukasi gizi dan pemantauan ketat pola makan pasca-rawat.
- Rujuk ke layanan gizi komunitas untuk follow-up jangka panjang.
---
*Referensi: PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).*
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 17692 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus Ibu M:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode: D.0026**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
*Berhubungan dengan faktor biologis (hiperglikemia, mual/muntah) dan ketidaktahuan keluarga tentang manajemen diet DM tipe 2.*
**Penjelasan:**
Kondisi pasien dengan BMI 18,2 kg/m² (underweight), asupan nutrisi tidak adekuat, dan ketidakpatuhan diet DM menunjukkan ketidakseimbangan nutrisi. Faktor biologis (HHNK) dan kurangnya pengetahuan keluarga memperburuk kondisi ini.
---
### **2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
**Kode: D.0026**
**Definisi:**
Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh akibat gangguan biologis, psikologis, atau ekonomi.
**Karakteristik Mayor:**
- Penurunan berat badan (BMI <18,5 kg/m²).
- Asupan makanan kurang dari kebutuhan harian.
- Kelemahan otot dan hipoglikemia/hiperglikemia.
**Karakteristik Minor:**
- Mual/muntah.
- Luka sulit sembuh.
---
### **3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode: L.0403**
**Perbaikan Status Nutrisi**
**Indikator:**
- **L.0403.1**: Peningkatan berat badan sesuai target.
- **L.0403.3**: Asupan nutrisi sesuai kebutuhan (3J: Jumlah, Jenis, Jadwal).
- **L.0403.5**: Kadar glukosa darah dalam rentang terkontrol (target: <200 mg/dL).
**Perkembangan Pasien:**
- Kadar glukosa turun dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- Pasien mulai mengonsumsi porsi makan penuh.
---
### **4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode: I.1218**
**Manajemen Nutrisi pada Diabetes Melitus**
**Aktivitas Intervensi:**
- **I.1218.1**: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- **I.1218.4**: Edukasi pasien dan keluarga tentang diet DM (karbohidrat kompleks, protein rendah lemak).
- **I.1218.6**: Pemantauan kadar glukosa darah dan respons terhadap terapi insulin.
**Kode: I.0901**
**Edukasi Kesehatan**
**Aktivitas Intervensi:**
- **I.0901.2**: Ajarkan keluarga tentang tanda hipo/hiperglikemia.
- **I.0901.5**: Latih cara membaca label makanan dan porsi saji.
---
### **5. Evaluasi**
- **Luaran Tercapai Sebagian**:
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah (683 mg/dL ? 274 mg/dL).
- **Perlu Intervensi Lanjut**:
- Pemantauan berat badan dan HbA1c.
- Reinforcement edukasi untuk kepatuhan jangka panjang.
---
### **Catatan Akademis**
Diagnosa ini sesuai dengan **PPNI (2017)** dan mengacu pada pendekatan holistik (biologis-psikososial). Intervensi kolaboratif (gizi, farmakologi, edukasi) terbukti efektif dalam studi kasus ini.
*Referensi:*
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Format RTF terlampir. -
Article No. 17693 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi HHNK dan Gangguan Nutrisi)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI: 1.1.1**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat faktor biologis (hiperglikemia, mual/muntah, dan ketidakpatuhan diet).
**Faktor yang Berhubungan (Etiologi):**
- Faktor biologis: Hiperglikemia kronis (HbA1c >15%), poliuria, dan penurunan kesadaran (somnolen).
- Ketidaktahuan keluarga tentang manajemen diet DM tipe 2 (keluarga menyatakan minim informasi).
- Pola makan tidak teratur dan tidak sesuai anjuran 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI: 0402**
**Peningkatan Status Nutrisi**
**Kriteria Evaluasi:**
- Asupan nutrisi oral adekuat (porsi makan lengkap sesuai diet diabetes).
- Peningkatan berat badan (BMI >18,5 kg/m²).
- Kadar glukosa darah stabil (target: <200 mg/dL).
**Kode SLKI: 0301**
**Peningkatan Pengetahuan tentang Manajemen DM**
**Kriteria Evaluasi:**
- Keluarga/pasien mampu menjelaskan prinsip diet 3J.
- Keluarga/pasien menunjukkan keterampilan memantau gula darah dan gejala hiperglikemia.
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI: 4400**
**Manajemen Nutrisi**
**Intervensi:**
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu sesuai kebutuhan kalori dan komposisi makronutrien (karbohidrat kompleks, protein rendah lemak, serat tinggi).
- Pemantauan asupan makan harian (3x makan utama + 2x selingan).
- Edukasi keluarga tentang porsi makan dan jenis makanan yang dianjurkan/dihindari.
**Kode SIKI: 5410**
**Edukasi Pasien Diabetes Melitus**
**Intervensi:**
- Penyuluhan tentang pentingnya kepatuhan diet, obat, dan kontrol glikemik.
- Demonstrasi pemantauan gula darah mandiri.
- Pelatihan identifikasi gejala darurat hiperglikemia (HHNK).
**Kode SIKI: 2400**
**Manajemen Hiperglikemia**
**Intervensi Kolaboratif:**
- Pemberian insulin sesuai resep (NovoRapid 14 U/8 jam, Levemir 12 U/24 jam).
- Pemantauan ketat glukosa darah dan tanda vital.
---
### **4. Evaluasi**
**Hasil yang Dicapai:**
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- Keluarga mulai memahami prinsip diet DM (bukti: kesediaan mengikuti anjuran gizi).
**Rekomendasi:**
- Lanjutkan pemantauan nutrisi dan glikemik pasca-rawat inap.
- Rujuk ke program edukasi DM komunitas untuk keluarga.
---
**Catatan:** Kode SDKI, SLKI, dan SIKI mengacu pada *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini* oleh PPNI. -
Article No. 17694 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
*(Kode SDKI: B.1.1)*
**Penjelasan Singkat:**
Diagnosa ini merujuk pada kondisi pasien yang mengalami asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik akibat faktor biologis (hiperglikemia, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan). Hal ini didukung oleh hasil antropometri (BMI 18,2 kg/m²) dan skor MST 3 yang menunjukkan risiko malnutrisi.
---
### **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode B.1.1: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
- **Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Faktor biologis (hiperglikemia, mual, muntah).
- Ketidaktahuan keluarga tentang diet DM tipe 2.
- Ketidakpatuhan terapi farmakologis dan diet.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode L.1.1.1: Status Nutrisi Meningkat**
- **Indikator:**
- Peningkatan berat badan (target: BMI ?18,5 kg/m²).
- Kadar glukosa darah dalam rentang terkontrol (target: <200 mg/dL).
- Asupan makanan sesuai kebutuhan (3x makan utama + 2-3 selingan).
**Kode L.1.3.1: Pengetahuan Keluarga tentang Diet DM Meningkat**
- **Indikator:**
- Keluarga mampu menjelaskan prinsip diet 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- Keluarga mendukung kepatuhan pasien terhadap diet.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode I.1.1.1: Manajemen Nutrisi**
- **Intervensi:**
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet DM (komposisi seimbang karbohidrat, protein, lemak).
- Pemantauan asupan makanan harian dan respons glikemik.
- Pemberian edukasi gizi berbasis kebutuhan pasien.
**Kode I.1.3.1: Edukasi Pasien/Keluarga tentang Diet DM**
- **Intervensi:**
- Penyuluhan prinsip 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- Demonstrasi pemilihan makanan rendah indeks glikemik.
- Evaluasi pemahaman keluarga melalui tanya jawab.
**Kode I.2.1.1: Manajemen Hiperglikemia**
- **Intervensi:**
- Pemberian insulin (NovoRapid 14 U/8 jam, Levemir 12 U/24 jam) sesuai kolaborasi dokter.
- Pemantauan glukosa darah berkala.
---
**Evaluasi:**
- **Luaran Tercapai:**
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- Keluarga memahami prinsip diet DM.
**Rekomendasi:**
- Lanjutkan pemantauan nutrisi dan glikemik pasca-rawat.
- Rujuk ke layanan gizi komunitas untuk follow-up diet jangka panjang.
*(Sumber: PPNI, 2017-2019; Buku Ajar SDKI-SLKI-SIKI Edisi Revisi)*
---
**Format RTF:**
Dokumen ini disusun dalam format teks formal (*.rtf) yang kompatibel dengan sistem dokumentasi keperawatan.