Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19678 | 16 Jul 2025
Klinis : PAsien saat ini mengeluhkan nyeri pada seluruh lapang perut, puncak nyeri pada perut kiri atas. Keluhan demam disangkal, keluhan mual dan muntah ada. Asupan makan dan minum pasien berkurang sudah sejak 3 hari terakhir, karena merasa mual dan muntah. albumin 2,4 kalsium 7.6 Tensi 85/72 GDS 72
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri pada seluruh lapang perut, puncak nyeri pada perut kiri atas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat mengontrol nyeri dengan skor nyeri ≤ 3 dari skala 0-10.
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan analgetik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin, untuk mengurangi nyeri.
- Monitoring efektivitas intervensi dan respon pasien terhadap nyeri.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan makan dan minum yang berkurang sejak 3 hari terakhir, ditandai dengan adanya mual, muntah, dan penurunan berat badan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status Nutrisi
- Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai dengan berat badan ideal.
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan dan cairan sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk asupan makan dan minum, berat badan, dan tanda-tanda vital.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Berikan makanan dan cairan yang mudah dicerna dan dapat meningkatkan asupan nutrisi pasien.
- Monitor perkembangan status nutrisi pasien secara berkala.
- Edukasi pasien dan keluarga terkait pentingnya nutrisi yang adekuat untuk pemulihan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien adalah nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini didasarkan pada keluhan utama pasien, yaitu nyeri pada seluruh lapang perut dengan puncak di perut kiri atas, serta penurunan asupan makan dan minum karena mual dan muntah.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol nyeri, mempertahankan status nutrisi yang adekuat, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen nyeri, yang meliputi pengkajian nyeri, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgetik, dan pengajaran teknik non-farmakologis. Selain itu, juga diperlukan manajemen nutrisi, termasuk pengkajian status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, pemberian makanan dan cairan yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Tone yang digunakan dalam penjelasan ini adalah akademis, dengan persona seorang pakar atau perawat yang memberikan analisis dan rekomendasi yang rinci dan terperinci berdasarkan kondisi pasien. -
Article No. 19679 | 16 Jul 2025
Klinis : PAsien saat ini mengeluhkan nyeri pada seluruh lapang perut, puncak nyeri pada perut kiri atas. Keluhan demam disangkal, keluhan mual dan muntah ada. Asupan makan dan minum pasien berkurang sudah sejak 3 hari terakhir, karena merasa mual dan muntah. terpasang NGT produksi kehijauan pasien dipuasakan albumin 2,4 kalsium 7.6 Tensi 85/72 GDS 72
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri pada seluruh abdomen, puncak nyeri pada kuadran kiri atas perut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien akan melaporkan penurunan skala nyeri dari 8 menjadi 3 dalam 3 hari.
b. Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Monitor tanda-tanda vital secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas manajemen nyeri.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan penyebab nyeri dan penanganan yang tepat.
2. Penurunan intake nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah, ditandai dengan asupan makan dan minum yang berkurang sejak 3 hari terakhir.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan sebesar 2 kg dalam 1 minggu.
b. Pasien akan mendemonstrasikan peningkatan asupan makanan dan cairan yang adekuat.
c. Pasien akan menunjukkan pemeriksaan laboratorium yang membaik (albumin, kalsium).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk riwayat asupan, berat badan, dan pemeriksaan laboratorium.
b. Berikan nutrisi enteral melalui NGT sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan menyesuaikan kebutuhan nutrisi pasien.
d. Monitor intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi.
e. Berikan antiemetik sesuai resep dokter untuk mengurangi mual dan muntah.
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang pertama, "Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit", didasarkan pada keluhan pasien tentang nyeri pada seluruh abdomen, dengan puncak nyeri di kuadran kiri atas perut. Hal ini mengindikasikan adanya proses patologis yang terjadi di dalam tubuh pasien. Luaran yang diharapkan adalah penurunan skala nyeri, kemampuan pasien untuk mengelola nyeri, dan stabilitas tanda-tanda vital. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik non-farmakologis, serta kolaborasi dengan dokter untuk menentukan penyebab dan penanganan yang tepat.
Diagnosa keperawatan yang kedua, "Penurunan intake nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah", didasarkan pada keluhan pasien tentang penurunan asupan makan dan minum sejak 3 hari terakhir, serta adanya mual dan muntah. Hal ini mengindikasikan gangguan nutrisi dan risiko malnutrisi. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan berat badan, peningkatan asupan makanan dan cairan yang adekuat, serta perbaikan pemeriksaan laboratorium (albumin, kalsium). Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian status nutrisi, pemberian nutrisi enteral melalui NGT, kolaborasi dengan ahli gizi, monitor intake-output, pemberian antiemetik, serta edukasi pasien dan keluarga.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengatasi nyeri dan mempertahankan status nutrisi pasien, sehingga kondisi pasien dapat membaik dan proses penyembuhan dapat berlangsung dengan optimal. -
Article No. 19680 | 16 Jul 2025
Klinis : pasien dengan HT urgensi RPD : HT tidak terkontrol sudah 8 bulan tidak mnum obat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, dengan hipertensi urgensi yang tidak terkontrol selama 8 bulan karena tidak minum obat, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00201)
- SDKI: Ketidakmampuan sirkulasi darah yang adekuat ke jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat ke jantung.
- SIKI: Manajemen Perfusi Kardiak (10027).
2. Risiko Hipertensi Tidak Terkendali (00268)
- SDKI: Risiko ketidakmampuan untuk mempertahankan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal.
- SLKI: Mempertahankan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal.
- SIKI: Manajemen Hipertensi (10024).
3. Ketidakpatuhan (00079)
- SDKI: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana pengobatan atau kesehatan yang disepakati antara individu dan tenaga kesehatan.
- SLKI: Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan rencana pengobatan atau kesehatan yang disepakati.
- SIKI: Peningkatan Kepatuhan (6610).
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00201):
- Pasien dengan hipertensi urgensi memiliki risiko gangguan perfusi darah ke jantung, yang dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Perfusi Kardiak (10027), yang bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat ke jantung.
2. Risiko Hipertensi Tidak Terkendali (00268):
- Pasien dengan hipertensi urgensi yang tidak terkontrol selama 8 bulan memiliki risiko hipertensi yang tidak terkendali.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Hipertensi (10024), yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal.
3. Ketidakpatuhan (00079):
- Pasien dengan hipertensi urgensi yang tidak minum obat selama 8 bulan menunjukkan perilaku ketidakpatuhan terhadap pengobatan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Peningkatan Kepatuhan (6610), yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku yang sesuai dengan rencana pengobatan atau kesehatan yang disepakati. -
Article No. 19681 | 16 Jul 2025
Klinis : desa yang memiliki jumlah balita yang terancam terkena penyakit kuning, orang tua yang memiliki bayi dengan berat lahir yang kurang ( Prematur ), bayi yang tidak memiliki asupan ASI yang cukup, dan tinggal didaerah yang jauh dengan fasilitas kesehatan, serta tinggal di lingkungan yang kurang memahami akan bahayanya penyakit kuning.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hiperbilirubinemia Neonatus (00118)
Definisi: Keadaan di mana bayi baru lahir berisiko mengalami peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00118
Definisi: Keadaan di mana bayi baru lahir berisiko mengalami peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00700
Definisi: Bayi baru lahir menunjukkan kadar bilirubin dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00118
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi risiko peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir.
2. Ketidakefektifan Menyusui (00107)
Definisi: Keadaan di mana bayi mengalami kesulitan atau ketidakmampuan untuk menyusu dengan efektif.
SDKI:
Kode: 00107
Definisi: Keadaan di mana bayi mengalami kesulitan atau ketidakmampuan untuk menyusu dengan efektif.
SLKI:
Kode: 00501
Definisi: Bayi menunjukkan kemampuan menyusu yang efektif.
SIKI:
Kode: 00107
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bayi dalam menyusu secara efektif.
Dengan kondisi yang Anda berikan, yaitu desa yang memiliki jumlah balita yang terancam terkena penyakit kuning, orang tua yang memiliki bayi dengan berat lahir yang kurang (prematur), bayi yang tidak memiliki asupan ASI yang cukup, dan tinggal di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan serta lingkungan yang kurang memahami bahayanya penyakit kuning, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Hiperbilirubinemia Neonatus dan Ketidakefektifan Menyusui. -
Article No. 19682 | 16 Jul 2025
Klinis : Remaja laki-laki perokok aktif berisiko tinggi mengalami gangguan pada rongga mulut seperti sariawan kronis, bercak putih atau merah, hingga risiko kanker mulut akibat paparan zat karsinogenik dari rokok. Kurangnya pengetahuan tentang tanda awal kanker mulut serta tidak adanya upaya deteksi dini menyebabkan keterlambatan dalam penanganan. Oleh karena itu, edukasi mengenai deteksi dini dan pencegahan kanker mulut menjadi penting sebagai upaya promotif dan preventif untuk melindungi kesehatan kelompok remaja ini di masa depan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus seorang remaja laki-laki perokok aktif yang berisiko tinggi mengalami gangguan pada rongga mulut, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kanker Mulut (RISKANMUL - SDKI)
Definisi: Rentan terkena kanker mulut karena paparan zat karsinogenik dari rokok.
2. Kurang Pengetahuan (KURANGPENG - SDKI)
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang berkaitan dengan kondisi/masalah kesehatan.
Luaran Keperawatan:
1. Pengetahuan tentang Deteksi Dini Kanker Mulut (PENGETDKL - SLKI)
Definisi: Pemahaman tentang tanda dan gejala awal kanker mulut serta pentingnya deteksi dini.
2. Perilaku Kesehatan Preventif (PRILKESHEP - SLKI)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan.
Intervensi Keperawatan:
1. Edukasi Kesehatan (EDUKKES - SIKI)
Definisi: Pemberian informasi kesehatan yang terencana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung kesehatan.
2. Konseling Berhenti Merokok (KONSBER - SIKI)
Definisi: Pemberian bantuan, dukungan, dan motivasi untuk berhenti merokok.
3. Deteksi Dini Kanker Mulut (DETDKAM - SIKI)
Definisi: Pemeriksaan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala awal kanker mulut.
Dalam kasus ini, penting untuk memberikan edukasi kesehatan terkait deteksi dini dan pencegahan kanker mulut, serta konseling berhenti merokok untuk mendukung remaja laki-laki perokok aktif dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya di masa depan. -
Article No. 19683 | 16 Jul 2025
Klinis : Remaja laki-laki perokok aktif berisiko tinggi mengalami gangguan pada rongga mulut seperti sariawan kronis, bercak putih atau merah, hingga risiko kanker mulut akibat paparan zat karsinogenik dari rokok. Kurangnya pengetahuan tentang tanda awal kanker mulut serta tidak adanya upaya deteksi dini menyebabkan keterlambatan dalam penanganan. Oleh karena itu, edukasi mengenai deteksi dini dan pencegahan kanker mulut menjadi penting sebagai upaya promotif dan preventif untuk melindungi kesehatan kelompok remaja ini di masa depan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Kanker Mulut
- Definisi: Keadaan individu yang berisiko tinggi mengalami kanker mulut akibat paparan zat karsinogenik dari rokok.
- Faktor Risiko: Merokok, kurangnya pengetahuan tentang tanda awal kanker mulut, tidak melakukan deteksi dini.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan: Peningkatan Pengetahuan tentang Kanker Mulut
- Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang konsep, proses, prosedur, atau informasi yang berkaitan dengan kanker mulut.
- Kriteria Hasil:
a. Individu dapat menjelaskan pengertian kanker mulut.
b. Individu dapat menyebutkan faktor risiko kanker mulut.
c. Individu dapat menjelaskan tanda dan gejala awal kanker mulut.
d. Individu dapat menjelaskan pentingnya deteksi dini kanker mulut.
2. Perilaku Kesehatan: Peningkatan Perilaku Pencegahan Kanker Mulut
- Definisi: Tindakan yang dilakukan individu untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kanker mulut.
- Kriteria Hasil:
a. Individu melakukan pemeriksaan rutin untuk deteksi dini kanker mulut.
b. Individu berhenti merokok atau mengurangi konsumsi rokok.
c. Individu menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah kanker mulut.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan: Edukasi tentang Kanker Mulut
- Definisi: Pemberian informasi dan pemahaman tentang kanker mulut, termasuk pengertian, faktor risiko, tanda dan gejala, serta pentingnya deteksi dini.
- Aktivitas:
a. Memberikan penjelasan tentang pengertian kanker mulut.
b. Mengidentifikasi faktor risiko kanker mulut, terutama yang berkaitan dengan merokok.
c. Menjelaskan tanda dan gejala awal kanker mulut.
d. Menekankan pentingnya melakukan deteksi dini untuk mencegah keterlambatan penanganan.
e. Memberikan materi edukasi dalam bentuk leaflet, poster, atau media lainnya.
2. Dukungan Berhenti Merokok
- Definisi: Pemberian dukungan dan motivasi untuk membantu individu berhenti atau mengurangi konsumsi rokok.
- Aktivitas:
a. Mengkaji kesiapan individu untuk berhenti merokok.
b. Memberikan motivasi dan dukungan untuk berhenti merokok.
c. Mengidentifikasi strategi yang efektif untuk berhenti merokok, seperti terapi pengganti nikotin atau konseling.
d. Memantau progres individu dalam upaya berhenti merokok.
e. Memberikan penguatan positif terhadap setiap kemajuan yang dicapai.
3. Skrining Kesehatan: Skrining Kanker Mulut
- Definisi: Pemeriksaan awal untuk mendeteksi adanya tanda atau gejala awal kanker mulut.
- Aktivitas:
a. Melakukan pemeriksaan visual rongga mulut untuk mengidentifikasi adanya lesi, bercak, atau perubahan pada jaringan.
b. Merujuk individu ke fasilitas kesehatan yang kompeten untuk pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan kelainan.
c. Memberikan edukasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan rutin untuk deteksi dini kanker mulut.
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan remaja laki-laki perokok aktif dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah perilaku, dan melakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker mulut di masa depan. -
Article No. 19684 | 16 Jul 2025
Klinis : Gangguan perfusi plasenta (D.0114)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi Gangguan perfusi plasenta (D.0114) berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Gangguan perfusi plasenta (D.0114) adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer (D.0003). Diagnosa ini mengacu pada ketidakadekuatan aliran darah ke jaringan, yang dapat menyebabkan perubahan fungsi jaringan. Dalam kasus Gangguan perfusi plasenta, ketidakefektifan perfusi pada jaringan plasenta dapat mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi antara ibu dan janin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Perifer Membaik (L.0043): Indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi luaran ini adalah peningkatan aliran darah ke jaringan, perbaikan warna kulit, dan pemulihan fungsi jaringan.
2. Kesejahteraan Janin Membaik (L.0021): Indikator yang dapat digunakan adalah peningkatan denyut jantung janin, pergerakan janin, dan pertumbuhan janin yang optimal.
3. Manajemen Nyeri Efektif (L.0033): Indikator yang dapat digunakan adalah berkurangnya keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Perfusi Jaringan (I.0043):
- Mengkaji tanda-tanda vital, warna, suhu, dan sensasi ekstremitas.
- Memantau aliran darah, perfusi jaringan, dan tekanan darah.
- Mengkaji tanda-tanda gangguan perfusi, seperti pucat, sianosis, atau edema.
2. Manajemen Ketidaknyamanan (I.0033):
- Mengkaji karakteristik nyeri yang dialami, seperti lokasi, kualitas, durasi, dan intensitas.
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, atau distraksi.
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik, jika diperlukan.
3. Peningkatan Kesejahteraan Janin (I.0021):
- Memantau tanda-tanda vital ibu dan denyut jantung janin secara berkala.
- Mengkaji pergerakan janin dan pertumbuhan janin.
- Memberikan dukungan emosional dan edukasi kepada ibu untuk menjaga kesejahteraan janin.
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi medis, jika diperlukan.
Melalui penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu meningkatkan perfusi jaringan plasenta, kesejahteraan janin, dan mengelola nyeri yang dialami oleh pasien, sehingga dapat mencapai hasil asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 19685 | 16 Jul 2025
Klinis : Penurunan jumlah air ketuban (AFI < 5 cm) Gerakan janin menurun Tanda-tanda hipoksia janin (misalnya: CTG non-reassuring) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Jaringan Janin Terganggu
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan janin yang dapat mengancam kesehatan dan kehidupan janin.
- Faktor Risiko: Penurunan jumlah air ketuban (AFI < 5 cm), gerakan janin menurun, tanda-tanda hipoksia janin (misalnya: CTG non-reassuring), dan pertumbuhan janin terhambat (IUGR).
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Tanda-tanda vital janin dalam batas normal
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi jantung janin 120-160 kali per menit
- Pergerakan janin adekuat
- Tidak ada tanda-tanda hipoksia janin
2. Pertumbuhan janin sesuai usia kehamilan
- Kriteria Hasil:
- Berat badan janin sesuai persentil
- Lingkar kepala, abdomen, dan panjang tungkai janin sesuai usia kehamilan
3. Cairan amnion dalam batas normal
- Kriteria Hasil:
- Volume air ketuban (AFI) 5-20 cm
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Pemantauan Kesejahteraan Janin
- Observasi tanda-tanda vital janin (frekuensi jantung, pergerakan)
- Pemantauan CTG (Cardiotocography) secara berkala
- Pemeriksaan USG untuk menilai volume air ketuban dan pertumbuhan janin
2. Manajemen Cairan
- Pemberian cairan intravena sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan volume air ketuban
3. Edukasi dan Dukungan Psikologis
- Berikan edukasi kepada ibu mengenai kondisi janin dan pentingnya pemantauan yang ketat
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada ibu untuk meningkatkan koping dan mengurangi kecemasan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Perfusi Jaringan Janin Terganggu" dipilih karena kondisi yang Anda gambarkan, yaitu penurunan jumlah air ketuban, gerakan janin menurun, tanda-tanda hipoksia janin, dan pertumbuhan janin terhambat, meningkatkan risiko terjadinya gangguan aliran darah dan oksigen ke jaringan janin. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan janin, memastikan pertumbuhan janin yang optimal, dan menjaga volume air ketuban dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan kesejahteraan janin secara ketat, manajemen cairan untuk menjaga volume air ketuban, serta edukasi dan dukungan psikologis bagi ibu. Kolaborasi dengan dokter juga diperlukan untuk pemberian terapi farmakologis yang dapat meningkatkan volume air ketuban jika diperlukan.
Harapan saya, penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengelola kondisi yang Anda kemukakan. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lain yang masih belum jelas. -
Article No. 19686 | 16 Jul 2025
Klinis : Penurunan jumlah air ketuban (AFI < 5 cm) Gerakan janin menurun Tanda-tanda hipoksia janin (misalnya: CTG non-reassuring) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (00025)
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan
- SLKI: Risiko Perubahan Kesehatan
- SIKI: Manajemen Cairan
2. Risiko Distres Janin (00700)
- SDKI: Risiko Distres Janin
- SLKI: Risiko Perubahan Kesehatan
- SIKI: Pemantauan Janin
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Terganggu (00818)
- SDKI: Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Terganggu
- SLKI: Perubahan Kesehatan
- SIKI: Pemantauan Janin
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (00025)
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Kode: 00025
2. Risiko Distres Janin (00700)
- Definisi: Keadaan di mana janin berisiko mengalami penurunan oksigenasi, perfusi, atau fungsi metabolik yang dapat mengancam kelangsungan hidup atau kesejahteraan.
- Kode: 00700
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Terganggu (00818)
- Definisi: Keadaan di mana janin mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang normal, yang dapat mengancam kelangsungan hidup atau kesejahteraan.
- Kode: 00818
Keterangan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang bertanggung jawab dalam menetapkan standar-standar tersebut. -
Article No. 19687 | 16 Jul 2025
Klinis : Penurunan jumlah air ketuban (AFI < 5 cm) Gerakan janin menurun Tanda-tanda hipoksia janin (misalnya: CTG non-reassuring) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Kondisi Obstetri dengan Komplikasi)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.0004** – **Gangguan Pertukaran Gas Janin**
*(Definisi: Ketidakmampuan janin untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat akibat penurunan perfusi plasenta atau hipoksia.)*
**Faktor Etiologi (SDKI):**
- Penurunan volume cairan amnion (AFI <5 cm).
- Restriksi pertumbuhan janin (IUGR).
- Hipoksia janin (CTG non-reassuring).
---
### **2. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode SDKI.04005** – **Gangguan Pertukaran Gas Janin**
**Definisi:**
Kondisi di mana janin mengalami gangguan dalam memperoleh oksigen dan mengeliminasi karbon dioksida akibat faktor maternal, plasenta, atau janin.
**Kriteria Mayor:**
- Gerakan janin menurun (<10 gerakan dalam 12 jam).
- Indeks Cairan Amnion (AFI) <5 cm (oligohidramnion).
- Hasil CTG menunjukkan variabilitas denyut jantung janin yang minimal/tidak ada (non-reassuring).
- Pertumbuhan janin di bawah persentil 10 (IUGR).
---
### **3. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI.04005** – **Status Pertukaran Gas Janin Membaik**
**Indikator Luaran:**
- AFI dalam batas normal (5–25 cm).
- Gerakan janin ≥10 kali/12 jam.
- Denyut jantung janin reaktif (variabilitas normal pada CTG).
- Pertumbuhan janin sesuai usia gestasi (pemantauan USG serial).
**Skala Pengukuran:**
- **1 (Buruk)** → Tidak ada perbaikan.
- **2 (Cukup)** → Peningkatan gerakan janin, tetapi AFI tetap rendah.
- **3 (Baik)** → Semua indikator dalam batas normal.
---
### **4. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI.04005** – **Manajemen Hipoksia Janin**
**Intervensi Utama:**
- **Pemantauan Ketat DJJ (Kode SIKI.04010):**
- Lakukan CTG kontinu untuk menilai variabilitas dan deselerasi.
- Hitung gerakan janin tiap 12 jam.
- **Optimalisasi Oksigenasi Maternal (Kode SIKI.04015):**
- Berikan oksigen nasal 2–4 L/menit jika diperlukan.
- Posisikan ibu dalam *left lateral tilt* untuk meningkatkan perfusi plasenta.
- **Kolaborasi dengan Dokter (Kode SIKI.04020):**
- Rujuk untuk USG Doppler arteri umbilikalis jika IUGR berat.
- Persiapan persalinan dini jika hipoksia progresif (seksio sesarea).
**Intervensi Pendukung:**
- Edukasi ibu tentang tanda gawat janin (gerakan janin berkurang, nyeri abdomen).
- Hidrasi maternal adekuat untuk meningkatkan volume cairan amnion.
---
### **5. Rekomendasi Tambahan**
- **Prioritas:** Pemantauan ketat DJJ dan persiapan tindakan obstetri emergensi.
- **Dokumentasi:** Catat hasil CTG, AFI, dan respons intervensi setiap 2–4 jam.
*(Referensi: Buku Standar PPNI Edisi 2021; ACOG Practice Bulletin No. 204, 2019)*
---
**Format RTF siap digunakan.** Jika memerlukan penyesuaian kode atau penjelasan lebih mendalam, informasikan kebutuhan spesifik Anda.