Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 247 | 21 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan umur 55 tahun masuk RS melalui IGD dengan keluahan nyeri dada sebelah kiri, menjalar hingga punggung dan lengan. Nyeri seperti ditimpa benda berat, skala 7. Keluhan ini dirasakan sejak satu bulan terakhir, kadang disertai dengan berdebar-debar dan sesak nafas dirasakan memberat. TD 90/50 mmHg, HR 112 x/m, suhu badan 37o c, saturasi O2 100 %. Pasien merasa lemah, lebih banyak berbaring di tempat tidur, dan aktifitas dibantu oleh keluarga. Pemeriksaan fisik kepala: konjungtiva anemis, sclera anikterik, Leher JVP tidak meningkat. Thoraks : batuk dan gerak simetris, SI dan SII ireguler, murmur (+), gallop (-). Pulmo : Vesikuler kiri-kanan. Rongten: kardiomegali, LAB : HB 9,2 gr/dL, Leukosit 10.400, GDDS 124, LDL 150 mg/dL, Trigliserida 250 mg/dL, CK 175U/L, CKMB 15 U/L.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.0
- Deskripsi: Angina pektoris tidak stabil
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 410.10
- Deskripsi: Infark miokard akut, episode awal, dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Penjelasan:
- Pasien perempuan usia 55 tahun masuk ke rumah sakit melalui IGD dengan keluhan nyeri dada bagian kiri yang menjalar ke punggung dan lengan, disertai berdebar-debar dan sesak napas yang memberat. Gejala-gejala ini mengarah pada diagnosis Angina pektoris tidak stabil (I20.0).
- Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya kelainan kardiovaskular, seperti kardiomegali, peningkatan enzim jantung (CK, CK-MB), serta profil lipid yang abnormal (LDL dan trigliserida tinggi). Hal ini mendukung diagnosis Angina pektoris tidak stabil.
- Tatalaksana yang mungkin diberikan adalah berupa pemeriksaan dan terapi untuk penyakit jantung koroner, seperti pemeriksaan angiografi, pemasangan stent, atau revaskularisasi. Dalam ICD-9-CM, tindakan tersebut dapat dikodekan sebagai Infark miokard akut, episode awal, dengan elevasi segmen ST (STEMI) (410.10). -
Article No. 248 | 21 Sep 2024
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "perfusi perifer tidak efektif", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I87.8
- Deskripsi: Gangguan lain yang ditetapkan dari pembuluh darah perifer
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 99.79
- Deskripsi: Prosedur lain untuk perawatan peredaran darah
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I87.8 (Gangguan lain yang ditetapkan dari pembuluh darah perifer) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi "perfusi perifer tidak efektif". Ini mencakup berbagai gangguan pembuluh darah perifer yang menyebabkan perfusi tidak memadai.
- Kode ICD-9-CM 99.79 (Prosedur lain untuk perawatan peredaran darah) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk meningkatkan perfusi perifer, seperti terapi vasoaktif, terapi oksigen, atau intervensi lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa kode yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada kondisi spesifik pasien dan tindakan medis yang dilakukan. Diagnosis dan tindakan medis harus ditentukan oleh tenaga medis yang berwenang berdasarkan evaluasi klinis yang komprehensif. -
Article No. 249 | 21 Sep 2024
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi perfusi perifer tidak efektif:
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi perifer tidak efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada jaringan perifer.
- Karakteristik Utama: Penurunan pengisian kapiler, ekstremitas dingin, nyeri/kram, perubahan warna kulit.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang Diharapkan: Pasien akan mendemonstrasikan perfusi perifer yang efektif yang ditandai dengan pengisian kapiler normal, ekstremitas hangat, dan tidak ada nyeri/kram.
- Indikator:
- Pengisian kapiler kurang dari 3 detik
- Suhu ekstremitas hangat
- Tidak ada nyeri/kram pada ekstremitas
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi Keperawatan:
- Monitor tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan nadi perifer
- Elevasi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah perifer
- Berikan lingkungan yang hangat untuk mencegah vasokonstriksi
- Ajarkan pasien latihan/aktivitas untuk meningkatkan aliran darah perifer
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyebab utama (jika perlu)
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berpusat pada pasien. -
Article No. 250 | 21 Sep 2024
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi "perfusi perifer tidak efektif", berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi (SDKI):
Penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Karakteristik (SDKI):
- Perubahan warna kulit (pucat, sianosis, kemerahan)
- Suhu ekstremitas dingin
- Edema
- Nyeri ekstremitas
- Pulsasi arteri menurun atau tidak teraba
Faktor Berhubungan (SDKI):
- Penyakit vaskular perifer
- Gangguan sirkulasi
- Trauma
- Penurunan cardiac output
Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Identifikasi faktor penyebab perfusi perifer tidak efektif
- Pantau tanda-tanda vital dan sirkulasi perifer
- Atur posisi ekstremitas untuk memperbaiki sirkulasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengobatan penyebab
Luaran Keperawatan (SIKI):
- Perbaikan sirkulasi perifer
- Perbaikan status kulit
- Perbaikan rasa nyaman
Dalam konteks ini, diagnosa keperawatan "Perfusi Perifer Tidak Efektif" menggambarkan kondisi penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan. Intervensi keperawatan difokuskan pada identifikasi penyebab, pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengobatan. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan sirkulasi perifer, status kulit, dan rasa nyaman. -
Article No. 251 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien ini menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi kesehatannya. Ketika dijelaskan mengenai kondisi medisnya, pasien menyangkal bahwa masalah pernapasan yang dialaminya disebabkan oleh kebiasaan merokok atau infeksi. Sebaliknya, pasien berulang kali menyatakan bahwa penyakitnya adalah akibat dari sihir atau kutukan yang dikirim oleh orang lain. Pasien tampak defensif ketika ditanya lebih lanjut tentang gaya hidup dan kebiasaan merokoknya, sering menyalahkan orang lain dan lingkungannya atas kondisi kesehatannya. Saat anggota keluarga mencoba memberikan dukungan, pasien merespons dengan menyalahkan mereka dan meremehkan saran yang diberikan. Ia juga tampak enggan mengikuti perawatan medis yang direkomendasikan, dengan dalih bahwa tidak ada gunanya karena masalahnya bersifat "supranatural". Pasien juga menolak untuk berpartisipasi dalam sesi edukasi kesehatan yang disediakan oleh tim medis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala dan perilaku yang dijelaskan, berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F45.21
- Deskripsi: Reaksi psikologis terhadap sakit (somatisasi)
Penjelasan:
Pasien ini menunjukkan reaksi psikologis yang berlebihan terhadap kondisi kesehatannya. Ia menolak untuk menerima penjelasan medis dan sebaliknya meyakini bahwa penyakitnya disebabkan oleh hal-hal supernatural seperti sihir atau kutukan. Hal ini termasuk dalam kategori "Reaksi psikologis terhadap sakit (somatisasi)", yang tercakup dalam kode ICD-10 F45.21.
Tidak terdapat tindakan medis spesifik yang disebutkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang perlu dicantumkan. -
Article No. 252 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien ini menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi kesehatannya. Ketika dijelaskan mengenai kondisi medisnya, pasien menyangkal bahwa masalah pernapasan yang dialaminya disebabkan oleh kebiasaan merokok atau infeksi. Sebaliknya, pasien berulang kali menyatakan bahwa penyakitnya adalah akibat dari sihir atau kutukan yang dikirim oleh orang lain. Pasien tampak defensif ketika ditanya lebih lanjut tentang gaya hidup dan kebiasaan merokoknya, sering menyalahkan orang lain dan lingkungannya atas kondisi kesehatannya. Saat anggota keluarga mencoba memberikan dukungan, pasien merespons dengan menyalahkan mereka dan meremehkan saran yang diberikan. Ia juga tampak enggan mengikuti perawatan medis yang direkomendasikan, dengan dalih bahwa tidak ada gunanya karena masalahnya bersifat "supranatural". Pasien juga menolak untuk berpartisipasi dalam sesi edukasi kesehatan yang disediakan oleh tim medis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang terkait:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Koping
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Koping adalah ketidakmampuan untuk melakukan penilaian realistis terhadap situasi stressful dan untuk memilih serta melaksanakan tindakan yang tepat untuk mengatasi stressor.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan koping yang efektif terhadap situasi stressful.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Koping, Terapi Kognitif, Terapi Spiritual, dan Dukungan Emosional.
Penjelasan Singkat:
Pasien menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi kesehatannya, menyangkal masalah kesehatan yang sebenarnya disebabkan oleh faktor medis, dan cenderung menyalahkan faktor "supranatural" atau orang lain. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan pasien dalam mengatasi stressor secara efektif, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Koping. -
Article No. 253 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau benda asing dari saluran napas untuk menjaga jalan napas tetap terbuka.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka, bebas dari sekresi, dan mempertahankan fungsi pernapasan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan pola napas, pemberian oksigen, fisioterapi dada, dan edukasi pada pasien serta keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal dan mencapai asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan status nutrisi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, dan konseling gizi.
3. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian kompres dingin, dan manajemen lingkungan.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons pasien terhadap masalah kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 254 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi dalam paru
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 11.71
- Deskripsi: Bronkoskopi
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal yang diberikan adalah tuberkulosis paru.
1. Kode ICD-10 untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan lesi dalam paru adalah A15.0. Kode ini menggambarkan tuberkulosis paru yang terkonfirmasi secara bakteriologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM untuk tindakan bronkoskopi adalah 11.71. Bronkoskopi mungkin dilakukan untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru, yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 255 | 21 Sep 2024
Klinis : a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol
2. Perilaku Mengendalikan Nyeri
3. Kenyamanan Tercapai
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pengkajian Nyeri
2. Manajemen Nyeri
3. Terapi Modalitas untuk Nyeri
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis" menggambarkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial yang disebabkan oleh faktor fisiologis. Tujuan keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai tingkat nyeri yang terkontrol, menunjukkan perilaku dalam mengendalikan nyeri, serta mencapai kenyamanan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian nyeri, manajemen nyeri, serta pemberian terapi modalitas untuk mengurangi nyeri. -
Article No. 129 | 20 Sep 2024
Klinis : Defisit Nutrisi (D.0019) bd Faktor psikologis (keengganan untuk makan) dd TB: 155 cm, BB awal 50 kg, BB setelah pemeriksaan 40 kg, Klien makan 1 hari hanya 2 kali dengan porsi yang sedikit namun tetap tidak dihabiskan karena merasa tidak nafsu makan, dan mengalami penurunan nafsu makan karena nyeri yang dialami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan Faktor Psikologis (keengganan untuk makan)
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi adalah keadaan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Nutrisi: Hasil yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan dan/atau memperbaiki status nutrisinya.
2. Pengetahuan tentang Nutrisi: Hasil yang diharapkan adalah klien dan/atau keluarga memahami konsep nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memantau, mengatur, dan memfasilitasi asupan nutrisi yang adekuat bagi klien.
2. Dukungan Nutrisi: Intervensi untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
3. Edukasi Nutrisi: Intervensi untuk memberikan informasi dan pelatihan terkait nutrisi yang dibutuhkan klien.
Penjelasan singkat:
Klien mengalami defisit nutrisi yang disebabkan oleh faktor psikologis berupa keengganan untuk makan. Hal ini ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan (50 kg menjadi 40 kg), serta asupan makan yang hanya 2 kali sehari dengan porsi sedikit dan tidak dihabiskan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen nutrisi, dukungan nutrisi, dan edukasi nutrisi untuk memperbaiki status nutrisi klien.