Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17999 | 28 May 2025
Klinis : pusing, bingung, mudah lupa dan setelah diperiksa terdiagnosa encephalitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi pusing, bingung, mudah lupa dan terdiagnosa encephalitis adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Proses Berpikir
- Kode: 00124 (NANDA-I)
- Definisi: Kemampuan terganggu untuk memperoleh, mengolah, menyimpan, dan/atau memanggil kembali informasi.
2. Defisit Pengetahuan
- Kode: 00126 (NANDA-I)
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik yang spesifik.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Berisi kumpulan diagnosis keperawatan yang diakui dan digunakan secara nasional.
- Setiap diagnosis keperawatan memiliki kode, definisi, dan karakteristik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Berisi kumpulan luaran keperawatan yang diakui dan digunakan secara nasional.
- Setiap luaran keperawatan memiliki kode, definisi, dan kriteria hasil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Berisi kumpulan intervensi keperawatan yang diakui dan digunakan secara nasional.
- Setiap intervensi keperawatan memiliki kode, definisi, dan aktivitas.
Kode-kode yang diberikan pada diagnosa keperawatan di atas berasal dari NANDA-I (North American Nursing Diagnosis Association International), yang merupakan standar diagnosis keperawatan yang diakui secara internasional. -
Article No. 18000 | 28 May 2025
Klinis : pusing, bingung, mudah lupa dan setelah diperiksa terdiagnosa encephalitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan format yang diminta:
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI untuk Ensefalitis**
**1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Gangguan Proses Pikir (Kode: 00031)**
*Definisi:* Keadaan di mana individu mengalami disorientasi, kebingungan, atau penurunan kemampuan kognitif akibat inflamasi jaringan otak (ensefalitis).
*Faktor yang Berhubungan:*
- Peradangan parenkim otak (etiologi ensefalitis).
- Gangguan metabolisme neuronal akibat infeksi.
**2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Fungsi Kognitif Meningkat (Kode: 1301)**
*Indikator:*
- Klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu (orientasi).
- Penurunan frekuensi lupa atau kebingungan.
- Kemampuan mengambil keputusan sederhana.
**3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Kebingungan (Kode: 6540)**
*Tindakan:*
- Monitor tanda neurologis (GCS, pupil, tanda vital) setiap 4 jam.
- Berikan orientasi waktu/tempat/orang secara konsisten.
- Kolaborasi pemberian terapi antivirus/antibiotik sesuai etiologi.
- Lingkungan tenang untuk minimalkan stimulasi berlebihan.
**Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (00031):** Gangguan proses pikir pada ensefalitis terjadi akibat kerusakan neuron oleh proses inflamasi, memengaruhi memori, orientasi, dan pemecahan masalah.
- **SLKI (1301):** Target luaran adalah stabilisasi fungsi kognitif, diukur melalui parameter orientasi dan memori.
- **SIKI (6540):** Intervensi fokus pada reduksi gejala dan dukungan fungsi otak, termasuk terapi farmakologis dan pendekatan lingkungan.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).* Edisi 2.
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan justifikasi berbasis bukti. -
Article No. 18001 | 28 May 2025
Klinis : pasien pusing, PEB
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien pusing dan preeklampsia berat (PEB), berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (00008)
Definisi: Fluktuasi dalam satu atau lebih tanda-tanda vital yang berada di luar rentang normal.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00008
Judul: Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Fluktuasi dalam satu atau lebih tanda-tanda vital yang berada di luar rentang normal.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00067
Judul: Stabilitas Tanda-Tanda Vital
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00164
Judul: Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Pengumpulan dan analisis data mengenai status kardiovaskular, respirasi, suhu, dan tekanan darah pasien untuk menentukan dan memantau kondisi kesehatan.
Penjelasan singkat:
Pasien yang mengalami pusing dan preeklampsia berat (PEB) cenderung memiliki ketidakstabilan tanda-tanda vital, seperti fluktuasi tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernapasan. Diagnosa Keperawatan "Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital" mencakup kondisi ini. Tujuan perawatan adalah mencapai stabilitas tanda-tanda vital pasien, yang dapat dicapai melalui intervensi keperawatan berupa pemantauan tanda-tanda vital secara teratur. -
Article No. 18002 | 28 May 2025
Klinis : pasien bingung, pusing, nyeri kepala, diajak bicara tidak nyambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien yang mengalami bingung, pusing, nyeri kepala, dan diajak bicara tidak nyambung, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Berpikir Berhubungan dengan Disfungsi Neurokognitif (Kode: 10017)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengorganisir pemikiran, mengintegrasikan persepsi, dan membuat keputusan yang tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10017
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengorganisir pemikiran, mengintegrasikan persepsi, dan membuat keputusan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10017
- Definisi: Kemampuan pasien untuk berpikir dengan jelas dan logis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10017
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam mengorganisir pemikiran, mengintegrasikan persepsi, dan membuat keputusan yang tepat.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi pasien yang mengalami gangguan dalam proses berpikir, yang dapat disebabkan oleh disfungsi neurokognitif. Hal ini ditandai dengan pasien yang bingung, pusing, nyeri kepala, dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien dalam mengorganisir pemikiran, mengintegrasikan persepsi, dan membuat keputusan yang tepat. -
Article No. 18003 | 28 May 2025
Klinis : PASIEN POST OP HERNIATOMI ,TD 110/58
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien post-op herniatomi dengan TD 110/58:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Jaringan Terganggu
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan tubuh.
Faktor yang Berhubungan: Proses pembedahan, trauma.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Kardiovaskular
Kriteria Hasil:
a. Tekanan darah dalam rentang normal (110-140/60-90 mmHg).
b. Frekuensi nadi dalam rentang normal (60-100 x/menit).
c. Tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer (akral hangat, capillary refill < 3 detik).
d. Tidak ada tanda-tanda edema.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Aktivitas:
a. Mengukur tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh secara berkala.
b. Memantau tanda-tanda sirkulasi perifer (akral, capillary refill).
c. Mendokumentasikan temuan secara akurat.
2. Manajemen Perfusi Jaringan
Aktivitas:
a. Mengatur posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah.
b. Menjaga kehangatan tubuh pasien untuk mempertahankan perfusi.
c. Memastikan adekuasi cairan dan elektrolit.
d. Melakukan intervensi untuk mengatasi penyebab gangguan perfusi (misalnya obat-obatan, tindakan medis).
3. Edukasi Kesehatan
Aktivitas:
a. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan tanda-tanda vital dan gejala gangguan perfusi.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang teknik pemantauan mandiri (misalnya pengukuran tekanan darah).
c. Memastikan pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana perawatan dan tindak lanjut.
Penjelasan:
1. Diagnosis keperawatan "Risiko Perfusi Jaringan Terganggu" dipilih karena pasien baru menjalani prosedur pembedahan herniatomi, yang meningkatkan risiko terjadinya gangguan perfusi dan sirkulasi jaringan. Tekanan darah pasien yang rendah (110/58 mmHg) juga mengindikasikan potensi masalah perfusi jaringan.
2. Luaran/output yang diharapkan adalah Perfusi Jaringan: Kardiovaskular, dengan kriteria hasil yang menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital dan tidak adanya tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer. Hal ini bertujuan untuk memastikan adekuasi perfusi dan oksigenasi jaringan.
3. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen perfusi jaringan, dan edukasi kesehatan. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi potensi gangguan perfusi jaringan pada pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, perawat harus menerapkan pendekatan yang komprehensif, melibatkan pasien dan keluarga, serta berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 18004 | 28 May 2025
Klinis : pasien nyeri dada,nyeri luka post op ,TD 110/58
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
- Penyebab: Cedera jaringan post-operatif, seperti luka pembedahan.
- Gejala: Pasien mengeluhkan nyeri dada dan nyeri pada luka post-op.
- Faktor risiko: Adanya cedera jaringan akibat pembedahan.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Definisi: Fluktuasi dari nilai normal tanda-tanda vital.
- Penyebab: Kondisi medis yang mempengaruhi homeostasis, seperti trauma atau penyakit.
- Gejala: Tekanan darah 110/58 mmHg, yang menunjukkan ketidakstabilan tanda-tanda vital.
- Faktor risiko: Adanya kondisi medis yang mempengaruhi homeostasis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Mampu mengendalikan atau meredakan rasa sakit yang dialami.
- Kriteria hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa peningkatan nyeri.
2. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan nilai normal tanda-tanda vital.
- Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien tidak menunjukkan gejala ketidakstabilan tanda-tanda vital.
- Pasien mampu mempertahankan homeostasis.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri, termasuk lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi.
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, menggunakan alat ukur nyeri yang sesuai.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi dingin/hangat.
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Lakukan pengukuran tanda-tanda vital secara teratur, sesuai dengan kondisi pasien.
- Identifikasi penyebab ketidakstabilan tanda-tanda vital.
- Berikan intervensi yang sesuai untuk mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital, seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat-obatan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menangani penyebab ketidakstabilan tanda-tanda vital.
- Monitor efektivitas intervensi dalam mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital.
Penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda berikan. Sebagai perawat, kita harus memiliki pemahaman yang baik tentang masalah kesehatan pasien dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 18005 | 28 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan hidung tersumbat selama 1 minggu, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan kondisi pasien yang mengalami gangguan dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sekresi yang berlebihan, pembengkakan mukosa, dan/atau penyumbatan jalan napas, sehingga menghambat aliran udara yang masuk dan keluar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang sesuai, Luaran/Output yang diharapkan adalah:
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, yang ditandai dengan:
a. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
b. Irama pernapasan teratur
c. Tidak ada bunyi napas tambahan (wheezing, ronki, stridor)
d. Pasien dapat bernapas tanpa kesulitan
e. Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
2. Pengetahuan: Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan dan memperburuk bersihan jalan napas tidak efektif, serta mampu melakukan tindakan pencegahan dan penanganan awal yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
a. Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi bersihan jalan napas tidak efektif
b. Monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien secara berkala
c. Auskultasi bunyi napas dan identifikasi adanya bunyi napas tambahan
d. Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi oksigen, obat-obatan, dan tindakan lainnya jika diperlukan
2. Edukasi Kesehatan
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga bersihan jalan napas
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
c. Edukasi tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan dan memperburuk bersihan jalan napas tidak efektif
d. Anjurkan pasien untuk menghindari paparan terhadap iritan atau alergen
Dengan pemberian Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan dan memiliki kemampuan untuk menjaga bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 18006 | 28 May 2025
Klinis : bengkak sejak 4 hari, bapil +, demam -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: bengkak sejak 4 hari, bapil +, demam -
Berdasarkan gejala yang Anda berikan, yaitu bengkak sejak 4 hari, bapil positif, dan tidak disertai demam, maka diagnosa keperawatan SDKI yang paling sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Gejala dan tanda yang mendukung diagnosa ini adalah:
- Bengkak sejak 4 hari, yang merupakan tanda adanya inflamasi atau peradangan.
- Bapil positif, yang menunjukkan adanya indikasi infeksi lokal.
- Tidak disertai demam, yang berarti belum terjadi respons sistemik terhadap infeksi.
Risiko infeksi dapat terjadi akibat berbagai faktor seperti kerusakan integritas kulit, penurunan sistem imun, paparan terhadap patogen, dan prosedur invasif. Dalam kasus ini, bengkak yang muncul sejak 4 hari lalu tanpa disertai demam menunjukkan adanya risiko infeksi lokal yang belum menyebar secara sistemik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran/Output yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan untuk diagnosa Risiko Infeksi adalah:
Luaran: Kontrol Infeksi
Definisi: Pencegahan dan pengendalian penyebaran infeksi dan peningkatan pemulihan.
Kriteria hasil yang diharapkan:
- Tanda-tanda inflamasi (bengkak, kemerahan, nyeri, panas) menurun
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik (demam, takikardi, leukositosis)
- Tidak ada komplikasi infeksi (selulitis, abses, osteomielitis)
- Pasien memahami dan dapat menerapkan tindakan pencegahan infeksi
Pencapaian luaran ini akan menunjukkan bahwa risiko infeksi dapat dikendalikan dan dihentikan progresivitasnya melalui intervensi keperawatan yang tepat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran Kontrol Infeksi pada kasus Risiko Infeksi dengan gejala bengkak, bapil positif, dan tanpa demam adalah:
1. Perawatan Luka
- Observasi luka secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi
- Bersihkan luka dengan cairan antiseptik
- Aplikasikan salep/balutan antimikroba sesuai indikasi
- Ganti balutan secara aseptik
2. Manajemen Demam
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh jika terjadi demam
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian obat penurun demam jika perlu
3. Edukasi Pencegahan Infeksi
- Ajarkan pasien tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya segera melaporkan
- Instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan dan higiene diri
- Jelaskan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan luka
4. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara berkala
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk mencegah progresivitas infeksi, mengendalikan tanda-tanda inflamasi, mengatasi komplikasi, serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan pasien dalam melakukan pencegahan infeksi. Hal ini diharapkan dapat mencapai luaran Kontrol Infeksi yang diinginkan. -
Article No. 18007 | 28 May 2025
Klinis : Efusi pleura
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi efusi pleura.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J90
- Deskripsi: Efusi pleura, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Efusi pleura adalah akumulasi cairan di rongga pleura, yang merupakan ruang di antara lapisan dalam (visceral) dan lapisan luar (parietal) dari pleura. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti peradangan, infeksi, trauma, atau penyakit ginjal.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.91
- Deskripsi: Torakosentesis; aspirasi rongga pleura
Torakosentesis atau aspirasi rongga pleura adalah prosedur yang dilakukan untuk mengambil sampel cairan dari rongga pleura untuk tujuan diagnostik atau terapeutik. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengurangi volume cairan efusi pleura dan memperbaiki fungsi pernapasan. -
Article No. 18008 | 28 May 2025
Klinis : Keluhan mengamuk dirumah, gaduh, sering kabur dari rumah, sering mengganggu tetangga, onset sudah sejak lama menahun, namun sudah stabil, mulai 2 bulan ini seirng kabur sampai sempat hilang di luar kota, dirumah bicara sendiri, tidak nyambung saat komunikasi, tidak bisa diatur atau rawat diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Kecenderungan yang disadari atau tidak disadari untuk melakukan tindakan yang dapat mencederai diri sendiri dan/atau orang lain.
Penyebab Risiko Perilaku Kekerasan pada kasus ini antara lain:
- Perubahan persepsi realita
- Perasaan tertekan/stres
- Kurangnya kontrol diri
- Kurangnya dukungan sosial
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Pasien dapat mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan
- Pasien dapat menunjukkan strategi untuk mengendalikan perilaku kekerasan
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dalam lingkungan sosial
2. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Identifikasi penyebab/pemicu perilaku kekerasan
- Identifikasi tanda-tanda awal perilaku kekerasan
- Kembangkan rencana manajemen perilaku kekerasan
- Latih pasien dalam menggunakan strategi kontrol perilaku
- Libatkan keluarga dalam manajemen perilaku kekerasan
2. Terapi Kognitif
- Bantu pasien mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku yang maladaptif
- Modifikasi keyakinan dan distorsi kognitif yang mendasari perilaku kekerasan
- Latih pasien dalam keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
3. Terapi Lingkungan
- Ciptakan lingkungan yang mendukung dan membatasi stimulasi yang berlebihan
- Atur ulang lingkungan untuk meminimalkan pemicu perilaku kekerasan
- Libatkan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang mendukung
Penjelasan rinci:
Risiko Perilaku Kekerasan dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala seperti mengamuk, gaduh, sering kabur dari rumah, mengganggu tetangga, bicara sendiri, dan tidak bisa diatur. Ini menunjukkan adanya potensi perilaku kekerasan yang perlu ditangani.
Luaran/Output yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan mengidentifikasi pemicu, menerapkan strategi kontrol, dan menunjukkan perilaku yang sesuai secara sosial. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen perilaku kekerasan, terapi kognitif, dan terapi lingkungan untuk membantu pasien mengelola perilaku kekerasan.
Pendekatan holistik, kolaboratif, dan berpusat pada pasien sangat penting dalam menangani kasus ini. Pelibatan keluarga dan lingkungan juga krusial untuk menciptakan dukungan yang optimal bagi pemulihan pasien.