Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19899 | 21 Jul 2025
Klinis : NY. H diam saja, sulit tidut, keluar masuk kamar, maunya diluar rumah spt menunggu orang dipinggir jalan, merasa dikirim uang dari dimas kesehatan, nyeri dada, menunggu orang dipinggir jalan sampai ke tengah jalan, mendengar suara di luar rumah seoerti meracik bom
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
- Karakteristik: Ny. H menunjukkan perilaku agresif seperti keluar masuk kamar, menunggu orang di pinggir jalan hingga ke tengah jalan, dan mendengar suara di luar rumah seolah meracik bom.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur
- Karakteristik: Ny. H sulit tidur.
3. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Karakteristik: Ny. H merasa dikirim uang dari Dimas Kesehatan dan mendengar suara di luar rumah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Resiko Perilaku Kekerasan:
- Perilaku kekerasan terkendali
- Keamanan diri dan orang lain terjamin
- Kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan meningkat
2. Ketidakefektifan Pola Tidur:
- Pola tidur efektif
- Kualitas tidur membaik
- Istirahat terpenuhi
3. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi:
- Halusinasi terkontrol
- Kemampuan mengenali realitas meningkat
- Kemampuan menginterpretasi stimulus sensorik membaik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Resiko Perilaku Kekerasan:
- Ciptakan lingkungan yang aman
- Berikan intervensi farmakologis (jika diperlukan)
- Kembangkan strategi koping yang efektif
- Lakukan terapi perilaku dan kognitif
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan
2. Ketidakefektifan Pola Tidur:
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi tidur
- Terapkan teknik relaksasi
- Atur lingkungan untuk mendukung tidur yang efektif
- Berikan edukasi tentang pola tidur yang sehat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (jika diperlukan)
3. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi:
- Lakukan orientasi realitas
- Kembangkan strategi untuk mengatasi halusinasi
- Berikan terapi aktivitas untuk meminimalkan halusinasi
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan
- Berikan intervensi farmakologis (jika diperlukan)
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai didasarkan pada gejala dan perilaku yang ditunjukkan oleh Ny. H. Resiko Perilaku Kekerasan terkait dengan perilaku agresif, Ketidakefektifan Pola Tidur terkait dengan kesulitan tidur, dan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi terkait dengan persepsi yang terganggu.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI) mencakup tujuan yang ingin dicapai melalui asuhan keperawatan, seperti pengendalian perilaku kekerasan, perbaikan pola tidur, dan kontrol terhadap halusinasi. Intervensi Keperawatan (SIKI) merupakan rencana tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti menciptakan lingkungan aman, terapi perilaku dan kognitif, teknik relaksasi, serta orientasi realitas.
Penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi diharapkan dapat membantu Ny. H dalam mengatasi masalah kesehatannya secara holistik. -
Article No. 19900 | 21 Jul 2025
Klinis : NY. H diam saja, sulit tidut, keluar masuk kamar, maunya diluar rumah spt menunggu orang dipinggir jalan, merasa dikirim uang dari dimas kesehatan, nyeri dada, menunggu orang dipinggir jalan sampai ke tengah jalan, mendengar suara di luar rumah seoerti meracik bom, merasa keluarga jahat terhadap dirinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Halusinasi, berhubungan dengan isolasi sosial, ditandai dengan mendengar suara diluar rumah seperti meracik bom, merasa dikirim uang dari Dinas Kesehatan, dan merasa keluarga jahat terhadap dirinya.
2. Kecemasan, berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ditandai dengan sulit tidur, diam saja, keluar masuk kamar, dan mondar-mandir di pinggir jalan.
3. Nyeri, berhubungan dengan penyakit kardiovaskular, ditandai dengan nyeri dada.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Halusinasi
- Pasien dapat mengendalikan halusinasi yang dirasakan.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan realita.
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
2. Kecemasan
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan cukup.
3. Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beraktivitas sesuai dengan toleransi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Halusinasi
- Identifikasi tipe, frekuensi, dan karakteristik halusinasi yang dialami pasien.
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi halusinasi.
- Ajarkan pasien teknik mengontrol halusinasi, seperti distraksi, realitas orientasi, dan teknik relaksasi.
- Berikan lingkungan yang mendukung dan terapi obat sesuai indikasi.
- Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.
2. Kecemasan
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, dan distraksi.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Berikan terapi obat sesuai indikasi.
- Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan untuk memberikan dukungan.
3. Nyeri
- Kaji karakteristik, lokasi, durasi, dan intensitas nyeri yang dialami pasien.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan penggunaan obat analgesik.
- Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang mendukung.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang diidentifikasi berdasarkan kondisi Ny. H mencakup halusinasi, kecemasan, dan nyeri. Masing-masing diagnosa memiliki luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan diberikan, seperti pengendalian halusinasi, pengurangan kecemasan, dan penurunan nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi identifikasi masalah, pemberian edukasi dan teknik koping, manajemen lingkungan, pemberian terapi obat, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan adalah holistik, berpusat pada pasien, dan melibatkan keluarga sebagai bagian dari proses pemulihan. -
Article No. 19901 | 21 Jul 2025
Klinis : penurunan kesadaran disertai dengan kejang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu penurunan kesadaran disertai dengan kejang.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemantauan elektroensefalografi [EEG]
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R40.2 (Koma, tidak terspesifikasi) merupakan kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi penurunan kesadaran yang disertai dengan kejang. Kode ini mencakup berbagai derajat penurunan kesadaran, dari somnolen hingga koma, yang dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, termasuk gangguan neurologis, metabolik, atau toksik.
2. Kode ICD-9-CM 89.14 (Pemantauan elektroensefalografi [EEG]) adalah kode prosedur yang mungkin sesuai untuk tindakan medis yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi kondisi penurunan kesadaran disertai kejang. Pemeriksaan EEG dapat membantu dalam mengidentifikasi pola aktivitas elektrik otak yang mungkin terkait dengan kejang atau gangguan neurologis lainnya yang menyebabkan penurunan kesadaran.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan akan bergantung pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang menangani pasien. -
Article No. 19902 | 21 Jul 2025
Klinis : penurunan kesadaran disertai dengan kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi penurunan kesadaran disertai dengan kejang:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Gangguan Perfusi Jaringan Otak (00201): Penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
b. Risiko Cedera (00035): Adanya risiko terjadinya kerusakan fisik pada individu akibat interaksi dengan lingkungan atau situasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Perfusi Jaringan Otak (0403):
i. Indikator: Tingkat kesadaran, Irama napas, Tekanan darah, Suhu tubuh, Ketepatan respons terhadap stimulus.
ii. Tujuan: Mempertahankan aliran darah yang adekuat ke otak untuk menjaga fungsi otak yang optimal.
b. Integritas Fisik (0204):
i. Indikator: Tidak terjadi cedera, Tidak terjadi komplikasi, Pemulihan sesuai waktu yang diharapkan.
ii. Tujuan: Mencegah terjadinya cedera fisik akibat penurunan kesadaran dan kejang.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Neurologi (6680):
i. Pemantauan tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, refleks, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan perubahan fungsi neurologis.
ii. Pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala, mual, muntah, perubahan pupil, perubahan irama napas).
b. Manajemen Kejang (2304):
i. Pemberian obat antikonvulsan sesuai instruksi medis.
ii. Pengamanan lingkungan untuk mencegah cedera saat terjadi kejang.
iii. Pemberian oksigen dan pemantauan saturasi oksigen.
c. Pencegahan Cedera (6490):
i. Pengamanan lingkungan untuk mencegah risiko jatuh atau cedera lain.
ii. Pemberian proteksi kepala, penggunaan sisi pengaman pada tempat tidur.
iii. Pengawasan ketat selama penurunan kesadaran atau kejang.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Gangguan Perfusi Jaringan Otak (00201): Penurunan aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pendarahan, trauma, atau kondisi lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
b. Risiko Cedera (00035): Penurunan kesadaran dan kejang meningkatkan risiko terjadinya cedera fisik, seperti terjatuh, membentur benda keras, atau menyebabkan trauma lainnya. Oleh karena itu, diagnosis ini penting untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya cedera pada pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Perfusi Jaringan Otak (0403): Tujuan utama adalah mempertahankan aliran darah yang adekuat ke otak untuk menjaga fungsi otak yang optimal. Indikator-indikator seperti tingkat kesadaran, irama napas, tekanan darah, suhu tubuh, dan ketepatan respons terhadap stimulus dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan ini.
b. Integritas Fisik (0204): Tujuan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya cedera fisik akibat penurunan kesadaran dan kejang. Indikator-indikator seperti tidak terjadi cedera, tidak terjadi komplikasi, dan pemulihan sesuai waktu yang diharapkan dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan ini.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Neurologi (6680): Intervensi ini bertujuan untuk memantau fungsi neurologis pasien, termasuk tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, refleks, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan perubahan fungsi neurologis. Selain itu, pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial juga penting untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Manajemen Kejang (2304): Intervensi ini bertujuan untuk mengelola kejang yang terjadi, termasuk pemberian obat antikonvulsan, pengamanan lingkungan untuk mencegah cedera, serta pemberian oksigen dan pemantauan saturasi oksigen.
c. Pencegahan Cedera (6490): Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya cedera pada pasien, terutama saat terjadi penurunan kesadaran atau kejang. Tindakan-tindakan seperti pengamanan lingkungan, pemberian proteksi kepala, dan penggunaan sisi pengaman pada tempat tidur dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk menangani kondisi penurunan kesadaran disertai dengan kejang pada pasien. -
Article No. 19903 | 21 Jul 2025
Klinis : manajemen hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk manajemen hipertermia, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen hipertermia adalah "Hipertermia" (SDKI, 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh secara efektif.
2. Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C) (SLKI, 2019).
b. Tanda-tanda vital stabil, seperti nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal (SLKI, 2019).
c. Menunjukkan tanda-tanda penurunan gejala hipertermia, seperti menghilangnya kemerahan, penurunan keringat, dan peningkatan kenyamanan (SLKI, 2019).
d. Mampu melakukan perawatan diri secara mandiri terkait manajemen hipertermia (SLKI, 2019).
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk suhu tubuh, nadi, respirasi, dan tekanan darah (SIKI, 2018).
b. Pemberian kompres dingin atau es batu untuk menurunkan suhu tubuh (SIKI, 2018).
c. Pemberian oksigen, jika diperlukan, untuk membantu ventilasi dan oksigenasi (SIKI, 2018).
d. Pemberian cairan dan elektrolit, jika diperlukan, untuk mengganti cairan yang hilang akibat keringat berlebih (SIKI, 2018).
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia, termasuk faktor penyebab, tanda-tanda, dan tindakan yang dapat dilakukan (SIKI, 2018).
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk pemberian terapi farmakologis, jika diperlukan (SIKI, 2018).
g. Pemantauan dan evaluasi respon pasien terhadap intervensi yang diberikan (SIKI, 2018).
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan manajemen hipertermia, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keperawatan, seperti berpusat pada pasien, memberikan perawatan yang komprehensif, dan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan. Perawat juga harus memastikan bahwa intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien dan dapat membantu mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 19904 | 21 Jul 2025
Klinis : carikan SIKI perawatan sirkulasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta SIKI perawatan sirkulasi untuk kondisi perawatan sirkulasi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif (sistolik)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 37.66
- Deskripsi: Pemasangan alat bantu jantung ventrikuler, permanent
SIKI Perawatan Sirkulasi:
Perawatan sirkulasi adalah serangkaian intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mempertahankan, memperbaiki, dan mencegah gangguan pada sistem kardiovaskular. Beberapa contoh intervensi dalam SIKI perawatan sirkulasi antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan intake dan output cairan
3. Pemberian obat-obatan kardiovaskular
4. Perawatan luka pada daerah akses vaskuler
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen penyakit kardiovaskular
Penjelasan:
Kode ICD-10 I50.0 menggambarkan kondisi gagal jantung kongestif (sistolik), yang merupakan salah satu kondisi penyakit kardiovaskular. Kode ICD-9-CM 37.66 menunjukkan tindakan pemasangan alat bantu jantung ventrikuler, permanent, yang merupakan salah satu intervensi medis untuk menangani kondisi gagal jantung. Sementara itu, SIKI perawatan sirkulasi mencakup berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mempertahankan, memperbaiki, dan mencegah gangguan pada sistem kardiovaskular. -
Article No. 19905 | 21 Jul 2025
Klinis : carikan SIKI manajemen aritmia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi manajemen aritmia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Kardiovaskular
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00079
Definisi: Rentan mengalami perubahan yang merugikan dalam sirkulasi darah dan perfusi jaringan yang dapat mengancam kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01301
Definisi: Individu mempertahankan stabilitas kardiovaskular yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00207
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola irama jantung yang tidak normal.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakstabilan Kardiovaskular" mengindikasikan bahwa pasien rentan mengalami perubahan yang merugikan dalam sirkulasi darah dan perfusi jaringan, yang dapat mengancam kehidupan. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah "Manajemen Aritmia", yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola irama jantung yang tidak normal. Luaran yang diharapkan adalah individu dapat mempertahankan stabilitas kardiovaskular yang optimal.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai dengan SIKI manajemen aritmia, seperti memantau tanda-tanda vital, mengenali pola irama jantung, mengatur terapi obat-obatan, memberikan intervensi elektrofisiologi, dan memastikan pasien memahami pentingnya manajemen aritmia untuk menjaga stabilitas kardiovaskular. -
Article No. 19906 | 21 Jul 2025
Klinis : carikan SIKI manajemen aritmia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan manajemen aritmia.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I49.9
- Deskripsi: Aritmia jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.72
- Deskripsi: Cardioversion listrik
Untuk manajemen aritmia, terdapat beberapa poin penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Penilaian klinis: Melakukan anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiogram (EKG) untuk menentukan jenis aritmia yang terjadi.
2. Stabilisasi pasien: Jika pasien dalam kondisi yang tidak stabil, segera berikan penanganan darurat seperti cardioversion listrik atau pemberian obat-obatan antiaritmia.
3. Identifikasi penyebab: Mencari dan mengatasi penyebab aritmia, seperti penyakit jantung struktural, gangguan elektrolit, atau efek samping obat-obatan.
4. Pemilihan terapi: Berdasarkan jenis aritmia, kondisi klinis pasien, dan risiko yang terkait, tentukan strategi terapeutik yang paling sesuai, seperti pemberian obat antiaritmia, prosedur kateter ablasi, atau pemasangan alat pacu jantung.
5. Pemantauan dan follow-up: Melakukan pemantauan yang ketat terhadap pasien, termasuk pemantauan EKG, untuk menilai efektivitas terapi dan mendeteksi komplikasi yang mungkin timbul.
6. Edukasi dan konseling pasien: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai gaya hidup yang sehat, penggunaan obat-obatan, dan tanda-tanda yang perlu dilaporkan.
Manajemen aritmia yang komprehensif dan terintegrasi sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 19907 | 21 Jul 2025
Klinis : Kurangnya pengetahuan dan perilaku menstrual hygine pada remaja putri di Desa X.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Kurangnya pengetahuan dan perilaku menstrual hygine pada remaja putri di Desa X."
Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan tentang Menstrual Hygiene
Kode: [00126]
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang diperlukan untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan terkait kebersihan selama menstruasi.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana remaja putri di Desa X memiliki pengetahuan yang kurang memadai tentang cara menjaga kebersihan selama menstruasi. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan mereka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran: Pengetahuan tentang Menstrual Hygiene
Kode: [1850]
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang cara menjaga kebersihan selama menstruasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi: Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Kode: [6750]
Definisi: Pemberian informasi dan bimbingan untuk membantu remaja memahami dan menerapkan perilaku sehat terkait kesehatan reproduksi.
Dalam konteks ini, perawat dapat memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada remaja putri di Desa X untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku menstrual hygiene mereka. Tujuannya adalah agar remaja putri dapat menjaga kebersihan diri selama menstruasi dan mencegah masalah kesehatan yang terkait. -
Article No. 19908 | 21 Jul 2025
Klinis : Kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan gingivitis dan kurangnya pengetahuan tentang menjaga kebersihan gigi dan gusi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan gingivitis dan kurangnya pengetahuan tentang menjaga kebersihan gigi dan gusi.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Defisit Pengetahuan" (SDKI). Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai "Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu" (PPNI, 2017). Dalam kasus ini, pasien menunjukkan kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan gingivitis dan menjaga kebersihan gigi dan gusi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan gingivitis.
b. Pasien dapat menjelaskan cara-cara pencegahan gingivitis.
c. Pasien dapat menjelaskan teknik menjaga kebersihan gigi dan gusi yang benar.
d. Pasien dapat mendemonstrasikan cara menyikat gigi yang baik dan benar.
e. Pasien dapat menjelaskan pentingnya pemeriksaan gigi secara berkala.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Asesmen:
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pencegahan gingivitis dan kebersihan gigi dan gusi.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan pasien, seperti usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman sebelumnya.
b. Perencanaan:
- Tentukan tujuan pembelajaran yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (SMART).
- Rancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar pasien, seperti menggunakan media visual, audio, atau demonstrasi.
c. Implementasi:
- Berikan pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor penyebab gingivitis dan cara-cara pencegahannya.
- Ajarkan teknik menyikat gigi yang baik dan benar serta cara membersihkan gigi dan gusi.
- Dorong pasien untuk melakukan pemeriksaan gigi secara berkala.
- Berikan kesempatan bagi pasien untuk mempraktikkan teknik menyikat gigi yang telah diajarkan.
d. Evaluasi:
- Nilai kemampuan pasien dalam menjelaskan faktor-faktor penyebab gingivitis dan cara pencegahannya.
- Nilai kemampuan pasien dalam mempraktikkan teknik menyikat gigi yang baik dan benar.
- Nilai kemampuan pasien dalam menjelaskan pentingnya pemeriksaan gigi secara berkala.
- Lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuannya tentang pencegahan gingivitis dan menjaga kebersihan gigi dan gusi, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.