Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 991 | 01 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan mules, - Pasien mengatakan perut Keroncongan Atau Bunyi (Krucuk Krucuk), - pasien mengatakan sering buang air besar 10 kali - pasien mengatakan sifat keluhannya hilang timbul dan gejala ini sudah terjadi dari 3 hari yang lalu - pasien mengatakan mual dan muntah sebanyak10 kali - pasien mengatakan badan terasa lemas PRIORITAS MASALAH (Diagnosa Keperawatan) = Problem Etiologi Sign/symptom
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R14.0
- Deskripsi: Flatulens dan kondisi terkait
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 787.3
- Deskripsi: Diare
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan pasien, seperti mules, perut bersuara, sering buang air besar, hilang timbul, mual dan muntah, serta badan terasa lemas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi gastroenteritis atau gangguan pencernaan. Kode ICD-10 yang sesuai adalah R14.0 (Flatulens dan kondisi terkait), yang mencakup gejala seperti perut kembung, perut bersuara, dan nyeri perut. Selain itu, pasien juga mengalami diare, yang dapat dikode dengan kode ICD-9-CM 787.3 (Diare).
Dalam praktik klinik, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi ini adalah "Diare" (00013), dengan etiologi (penyebab) seperti infeksi dan gangguan pencernaan. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien, seperti mules, perut bersuara, sering buang air besar, mual dan muntah, serta badan terasa lemas, merupakan manifestasi dari diare. -
Article No. 992 | 01 Oct 2024
Klinis : Nona A usia 26 tahun dirawat di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai motor bersama pacarnya. Nona A merupakan anak tertua dari lima bersaudara yang kesemua saudaranya laki-laki dan adik ke tiganya meninggal karena kecelakaan lalu lintas pada usia 10 tahun. Selain itu nona A tinggal bersama ibunya, nenek, kakek, om dan tantenya. Ayah nona A sudah bercerai dengan ibunya dan sdh menikah dengan perempuan lain. Om dan tante nona A belum menikah. Saat pengkajian diperoleh data Nona A mengalami fraktur femur 1/3 distal sinistra 2 hari yang lalu. Keluhan pasien saat ini adalah merasa nyeri pada kakinya dan merasa sulit untuk bergerak. Nyeri pada kakinya dikeluhkan sepanjang hari, dan hanya sedikit mereda ketika baru di berikan obat suntik oleh perawat, ketika merasa tidak terlalu sakit baru bisa beristirahat. Saat pengkajian nona A tampak meringis dan selalu berusaha sedikit menggerakan kakinya, Pasien merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas di tempat tidur sehingga semua aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan selalu tampak banyak berkeringat dan sulit tidur. Hasil pengkajian skala nyeri 8, suhu 36,80C, RR 22x/menit, nadi 108x/menit, TD 130/90 mmHg. Saat ini pasien hanya terbaring saja di tempat tidur dan tampak gelisah tanpa terpasang pengaman di sisinya. pasien juga mengeluhkan mual, merasa ingin muntah, tidak tertarik dengan makanan yang didapatkan dari rumah dakit dan mulutnya terasa asam. Keluhan ini mulai dirasakan pasien ketika sering menggunakan obat penghilang rasa sakit. Pasien lebih sering sendiri di kamarnya karena keluarga Nona A cukup sibuk dengan kegiatan mereka tampak selalu menangis, pola tidurnya berubah dan selalu bermimpi buruk selama di RS serta tidak mampu berkonsentrasi. Nona A merasa sangat bersedih, marah dan tidak menerima keadaan kakinya atas kejadian kecelakaannya, dan menyalahkan pacarny karena mengendarai motor terlalu kencang, nona A merasa dirinya tidak ada harapan untuk sembuh karena teringay kejadian adeknya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kondisi Nona A berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fraktur femur 1/3 distal sinistra berdasarkan SDKI.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera fraktur femur 1/3 distal sinistra berdasarkan SDKI.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, perubahan status kesehatan, dan kehilangan berdasarkan SDKI.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri dan kecemasan berdasarkan SDKI.
5. Mual berhubungan dengan efek samping penggunaan obat penghilang rasa sakit berdasarkan SDKI.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fraktur femur 1/3 distal sinistra:
- Menurut SDKI, nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki sepanjang hari yang hanya sedikit mereda setelah diberikan obat penghilang rasa sakit.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera fraktur femur 1/3 distal sinistra:
- Menurut SDKI, gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik dari satu tempat ke tempat lain.
- Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas di tempat tidur sehingga memerlukan bantuan perawat.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, perubahan status kesehatan, dan kehilangan:
- Menurut SDKI, ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- Pasien tampak selalu menangis, merasa bersedih, marah, dan tidak menerima keadaan kakinya akibat kecelakaan. Pasien juga mengalami perubahan pola tidur dan mimpi buruk.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri dan kecemasan:
- Menurut SDKI, gangguan pola tidur adalah perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Pasien sulit tidur dan selalu bermimpi buruk selama di rumah sakit.
5. Mual berhubungan dengan efek samping penggunaan obat penghilang rasa sakit:
- Menurut SDKI, mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- Pasien mengeluhkan mual, ingin muntah, dan merasa mulutnya terasa asam, yang timbul setelah ia sering menggunakan obat penghilang rasa sakit.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 993 | 01 Oct 2024
Klinis : gatal-gatal ditangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, berikut adalah analisis saya mengenai kondisi gatal-gatal di tangan berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (PPNI, 2017)
Definisi: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Penjelasan singkat:
- Gejala utama adalah rasa gatal-gatal di tangan yang dapat mengganggu kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Penyebab dapat berupa reaksi alergi, iritasi kulit, atau kondisi dermatologis lainnya.
- Masalah ini dapat berdampak pada kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri, pekerjaan, dan aktivitas lainnya.
Standar Diagnostik:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Intoleransi Aktivitas
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Aktivitas, Manajemen Nyeri, Terapi Topikal
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mengatasi gejala gatal-gatal dan meningkatkan kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 994 | 01 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sesak napas dan suara napas bronkial di paru kanan atas, menunjukkan adanya hambatan dalam bersihan jalan napas. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya lesi di paru yang diduga tuberkulosis paru.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pembersihan sekret saluran napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
Faktor Berhubungan: Penyakit pernapasan (tuberkulosis paru), sekresi berlebih.
Gejala dan Tanda: Batuk tidak efektif, suara napas bronkial, sesak napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
Kriteria Hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, suara napas normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, Manajemen batuk, Terapi oksigen, Pemantauan pernapasan.
Tujuan Intervensi: Memfasilitasi bersihan jalan napas, menurunkan sesak napas, mencegah komplikasi.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang disesuaikan dengan kondisi pasien akan menjadi panduan bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 995 | 01 Oct 2024
Klinis : mual, muntah, demam, diare, bab 10 kali sehari, lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare dan muntah, ditandai dengan mual, muntah, diare, lemas, dan bab 10 kali sehari.
Penjelasan Singkat:
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit adalah kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti diare, muntah, demam, dan lain-lain. Dalam kasus ini, pasien mengalami mual, muntah, diare dengan frekuensi bab 10 kali sehari, serta lemas, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau input dan output cairan, memantau tanda-tanda vital, memberikan cairan intravena atau oral untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang, serta memberikan terapi antiemetik atau antidiare jika diperlukan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan ini sesuai dengan SDKI, di mana Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang termasuk dalam domain Nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan untuk diagnosa ini antara lain Keseimbangan Cairan, Keseimbangan Elektrolit, dan Pemulihan Status Kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI antara lain Manajemen Cairan, Manajemen Elektrolit, Manajemen Mual, Manajemen Diare, dan Manajemen Kelelahan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 996 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien anak gagal ginjal akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien anak dengan gagal ginjal akut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal pada anak dengan gagal ginjal akut.
Penjelasan:
Pasien anak dengan gagal ginjal akut memiliki risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Fungsi ginjal yang terganggu menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti sodium, kalium, klorida, dan sebagainya. Hal ini dapat menimbulkan gejala seperti edema, hipertensi, mual, muntah, dan kelelahan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Fisiologis Kompleks
- Kelas: Keseimbangan Cairan
- Kode Diagnosis: 00195
- Diagnosa Keperawatan: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Domain: Fisiologis Kompleks
- Kelas: Keseimbangan Cairan
- Luaran Keperawatan:
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Domain: Fisiologis Kompleks
- Kelas: Keseimbangan Cairan
- Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan cairan
2. Manajemen cairan
3. Manajemen elektrolit
Dengan melakukan pemantauan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta manajemen yang tepat, perawat dapat membantu pasien anak dengan gagal ginjal akut untuk mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal. -
Article No. 997 | 01 Oct 2024
Klinis : anak kecanduan gadget
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kecanduan Teknologi
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Risiko Kecanduan Teknologi didefinisikan sebagai "Keadaan di mana individu rentan terhadap kecanduan teknologi (misalnya, smartphone, internet, video game) yang dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari".
Pada kasus anak kecanduan gadget, diagnosa ini sesuai karena anak menunjukkan tanda-tanda ketergantungan yang berlebihan terhadap penggunaan perangkat digital, yang dapat mengganggu aktivitas dan interaksi sosial lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan beberapa luaran yang dapat dicapai, seperti:
1. Kontrol Penggunaan Teknologi: Kemampuan individu untuk mengatur dan membatasi penggunaan teknologi.
2. Interaksi Sosial: Kemampuan individu untuk berinteraksi dan terlibat dalam kegiatan sosial.
3. Fungsi Aktivitas Sehari-hari: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan beberapa intervensi yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Edukasi tentang Penggunaan Teknologi yang Sehat
2. Manajemen Waktu Penggunaan Teknologi
3. Terapi Perilaku Kognitif untuk Mengatasi Kecanduan Teknologi
4. Peningkatan Interaksi Sosial dan Aktivitas Fisik
Dengan pendekatan ini, diharapkan anak dapat belajar mengontrol penggunaan gadgetnya, meningkatkan interaksi sosial, dan kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal. -
Article No. 998 | 01 Oct 2024
Klinis : anak kecanduan gadget
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya adalah perawat profesional yang berpengalaman. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi anak yang kecanduan gadget.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kecanduan Teknologi Digital
Definisi: Risiko terhadap perkembangan dan fungsi yang terganggu akibat penggunaan teknologi digital yang berlebihan dan tidak terkontrol.
Penjelasan:
Anak yang kecanduan gadget memiliki risiko mengalami gangguan pada perkembangan dan fungsinya, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Hal ini dapat menyebabkan masalah seperti gangguan tidur, penurunan aktivitas fisik, gangguan konsentrasi, dan hambatan dalam interaksi sosial. Perawat perlu melakukan intervensi yang tepat untuk mencegah dan mengatasi kecanduan teknologi digital pada anak.
2. Defisit Perawatan Diri: Makan
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara mandiri.
Penjelasan:
Anak yang kecanduan gadget mungkin mengabaikan kebutuhan dasar seperti makan karena terlalu fokus pada penggunaan gadget. Hal ini dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak memadai dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Perawat harus membantu anak dalam memenuhi kebutuhan makan secara mandiri dan memastikan pola makan yang sehat.
3. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam jumlah, kualitas, atau pola tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau disfungsi.
Penjelasan:
Penggunaan gadget yang berlebihan, terutama sebelum tidur, dapat mengganggu tidur anak. Paparan cahaya dari layar gadget dan stimulasi mental yang intens dapat menyebabkan kesulitan memulai dan mempertahankan tidur. Perawat harus membantu anak dalam mengatur pola tidur yang sehat, seperti mengurangi penggunaan gadget sebelum tidur dan menerapkan rutinitas tidur yang mendukung.
Dalam menangani kondisi ini, perawat akan melakukan assessment, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Tujuannya adalah membantu anak mengatasi kecanduan gadget, memenuhi kebutuhan dasar, dan memulihkan pola tidur yang sehat.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih. -
Article No. 999 | 01 Oct 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri di bagian perut, nyeri seperti tertusuk, pasien mengeluh kurang nafsu makan, dan keringat dingin. pasien dinyatakan mengalami gastritis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan kondisi yang Anda paparkan, diagnosis pasien dapat ditetapkan sebagai gastritis. Berikut kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K29.7
- Deskripsi: Gastritis, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 535.50
- Deskripsi: Gastritis, tidak spesifik, tanpa perdarahan
Penjelasan:
Kode ICD-10 K29.7 (Gastritis, tidak spesifik) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami nyeri perut, kehilangan nafsu makan, dan keringat dingin, yang merupakan gejala-gejala umum dari gastritis. Gastritis adalah peradangan pada lapisan mukosa lambung, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat-obatan, stres, atau makanan yang merangsang.
Selanjutnya, kode ICD-9-CM 535.50 (Gastritis, tidak spesifik, tanpa perdarahan) juga sesuai untuk kondisi pasien, di mana tidak terdapat komplikasi perdarahan lambung. Prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan endoskopi untuk konfirmasi diagnosis dan evaluasi kondisi lambung.
Sebagai seorang pakar, saya menyarankan agar pasien menjalani evaluasi dan pemeriksaan medis yang diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab gastritis dan mendapatkan penanganan yang tepat, sehingga dapat memulihkan kondisi kesehatan secara optimal. -
Article No. 1000 | 01 Oct 2024
Klinis : anak kecanduan gadget, tidak mau makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak kecanduan gadget yang tidak mau makan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan ketergantungan penggunaan gadget
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penolakan makan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Diri: Kemampuan individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. Status Nutrisi: Keadaan individu yang mencerminkan asupan dan penggunaan nutrien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perawatan Diri: Intervensi untuk membantu individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pendekatan yang berfokus pada pasien, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga profesional lain akan sangat penting dalam proses pemulihan.