Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18047 | 30 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Akumulasi sekresi, mukus berlebih, dan kondisi penyakit pernapasan seperti tuberkulosis paru.
Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, suara napas bronkial, dispnea, dan oksigenasi tidak efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat mengeluarkan dahak dengan batuk secara efektif.
- Pasien menunjukkan bunyi napas yang bersih.
- Pasien menunjukkan peningkatan dalam oksigenasi.
- Pasien menunjukkan perbaikan dalam ventilasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pengisapan lendir dari saluran napas jika perlu.
- Berikan oksigen supplemental sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat sesuai indikasi.
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi.
- Berikan makanan sesuai kebutuhan gizi pasien untuk memulihkan kondisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan intervensi nutrisi yang tepat.
3. Manajemen Demam
- Kaji tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh.
- Berikan intervensi penurunan demam sesuai indikasi, seperti kompres hangat, antipiretik, dan hidratasi.
- Pantau respons pasien terhadap intervensi.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, yang disebabkan oleh akumulasi sekresi dan kondisi penyakit pernapasan seperti tuberkulosis paru yang dialami pasien. Tanda dan gejala yang muncul adalah batuk berdahak, suara napas bronkial, dispnea, dan oksigenasi tidak efektif.
Luaran/output yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas, dengan indikator pasien dapat mengeluarkan dahak dengan batuk secara efektif, menunjukkan bunyi napas yang bersih, peningkatan oksigenasi, dan perbaikan ventilasi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Jalan Napas, Manajemen Nutrisi, dan Manajemen Demam. Manajemen Jalan Napas meliputi tindakan pengisapan lendir, pemberian oksigen, latihan batuk efektif, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Manajemen Nutrisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dan memulihkan kondisinya. Manajemen Demam dilakukan untuk mengatasi tanda-tanda infeksi yang dialami pasien.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, sehingga dapat membantu pemulihan kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 18048 | 30 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Risiko malnutrisi (00002)
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Kode: 10001
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Kode: 10030
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Risiko malnutrisi (00002)
Kode: 10001
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemeliharaan jalan napas
Kode: 0410
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi jalan napas.
2. Toleransi aktivitas
Kode: 0005
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Status nutrisi
Kode: 1008
Definisi: Keadaan yang mencerminkan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
Kode: 6240
Definisi: Memfasilitasi masuknya dan keluarnya udara melalui saluran napas untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi.
2. Manajemen aktivitas
Kode: 0200
Definisi: Pengaturan, pemberian, dan evaluasi aktivitas fisik untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi.
3. Manajemen nutrisi
Kode: 1100
Definisi: Pengaturan, pemberian, dan evaluasi nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas, Intoleransi aktivitas, dan Risiko malnutrisi. Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI serta kodenya telah saya berikan di atas. -
Article No. 18049 | 30 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pada pasien ini adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi dalam paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk basil tahan asam (BTA), yang merupakan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan lesi dalam paru) sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan rontgen yang menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan sputum untuk basil tahan asam) adalah prosedur diagnostik yang biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru dengan memeriksa keberadaan kuman Mycobacterium tuberculosis dalam sputum pasien.
Selain itu, pemeriksaan lanjutan yang mungkin dilakukan antara lain:
- Tes tuberkulin (uji Mantoux) untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium tuberculosis
- Pemeriksaan kultur sputum untuk mengidentifikasi kuman penyebab
- Pemeriksaan rontgen toraks untuk mengevaluasi lesi di paru
- Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti hitung sel darah, elektrolit, dan fungsi hati/ginjal. -
Article No. 18050 | 30 May 2025
Klinis : pasien An. A umur 2,5 tahun mengalami kejang demam di IGD 2x, px susah makan dan minum suhunya 38,7
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien An. A dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.0
- Deskripsi: Kejang demam
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang spesifik tercatat.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R56.0 (Kejang demam) sesuai dengan gejala pasien yang mengalami kejang demam di IGD sebanyak 2 kali.
2. Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik tercatat, karena tidak ada informasi mengenai tindakan medis yang dilakukan. Pasien hanya dilaporkan mengalami gejala susah makan dan minum dengan suhu 38,7°C.
Sebagai dokter atau perekam medis, saya menyimpulkan bahwa pasien An. A mengalami kejang demam berdasarkan kode ICD-10 R56.0, dan tidak ada tindakan medis spesifik yang dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan. -
Article No. 18051 | 30 May 2025
Klinis : pasien An. A umur 2,5 tahun mengalami kejang demam di IGD 2x, px susah makan dan minum suhunya 38,7
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien An. A yang mengalami kejang demam, sulit makan dan minum serta suhu tubuh 38,7°C, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Terjadinya Cedera (SDKI: 00035)
Definisi: Kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat mengganggu integritas fisik seseorang.
b. Hipertermia (SDKI: 00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: 00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Terjadinya Cedera:
Pasien An. A berisiko mengalami cedera fisik akibat kejang demam yang dialaminya. Hal ini dapat mengganggu integritas fisik pasien.
b. Hipertermia:
Pasien An. A mengalami peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, yaitu 38,7°C, yang merupakan gejala dari kejang demam.
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
Pasien An. A mengalami kesulitan dalam makan dan minum, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Kode dan Definisi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Terjadinya Cedera (00035)
- Hipertermia (00007)
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Fisik: Cedera (1105)
- Termoregulasi (0800)
- Status Nutrisi (1004)
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pencegahan Cedera (6490)
- Manajemen Demam (3740)
- Peningkatan Intake Nutrisi (1120)
Catatan: Kode dan definisi tersebut sesuai dengan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 18052 | 30 May 2025
Klinis : gangguan proses fikir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "gangguan proses fikir":
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Gangguan Proses Pikir". Gangguan Proses Pikir didefinisikan sebagai perubahan dalam kemampuan individu untuk berpikir secara logis, teratur, dan koheren. Hal ini dapat ditandai dengan adanya kesulitan dalam memusatkan perhatian, mengorganisasi pemikiran, menarik kesimpulan, dan membuat keputusan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan luaran sebagai berikut:
1. Proses Pikir Membaik: Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk berpikir secara logis, teratur, dan koheren. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan pasien dalam memusatkan perhatian, mengorganisasi pemikiran, menarik kesimpulan, dan membuat keputusan.
2. Kemampuan Komunikasi Meningkat: Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, menyampaikan pikiran dan perasaannya secara jelas dan terstruktur.
3. Fungsi Kognitif Membaik: Pasien dapat menunjukkan peningkatan dalam fungsi kognitif, seperti daya ingat, kemampuan belajar, dan pemecahan masalah.
4. Kualitas Hidup Meningkat: Pasien dapat menunjukkan peningkatan dalam kualitas hidup, termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Proses Pikir
- Identifikasi pola dan konten proses pikir pasien
- Fasilitasi pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi proses pikirnya
- Bantu pasien untuk mengembangkan strategi dalam mengatasi gangguan proses pikir
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya psikolog, psikiater) untuk intervensi spesifik terkait gangguan proses pikir
2. Peningkatan Komunikasi
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara verbal dan non-verbal
- Terapkan teknik komunikasi terapeutik untuk memfasilitasi interaksi yang efektif
- Libatkan keluarga/significant other dalam proses komunikasi
- Kolaborasi dengan ahli terapi wicara, jika diperlukan
3. Stimulasi Fungsi Kognitif
- Lakukan asesmen komprehensif terhadap fungsi kognitif pasien
- Berikan latihan-latihan untuk meningkatkan daya ingat, atensi, dan pemecahan masalah
- Ajarkan teknik mnemonic dan strategi kognitif untuk meningkatkan fungsi kognitif
- Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi, jika diperlukan
4. Peningkatan Kualitas Hidup
- Identifikasi persepsi pasien terhadap kualitas hidupnya
- Fasilitasi pasien untuk mencapai tujuan yang bermakna bagi dirinya
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya okupasi terapis, psikolog) untuk intervensi holistik
- Libatkan keluarga/significant other dalam mendukung peningkatan kualitas hidup pasien
Dengan pendekatan komprehensif yang mencakup manajemen proses pikir, peningkatan komunikasi, stimulasi fungsi kognitif, dan peningkatan kualitas hidup, diharapkan pasien dengan gangguan proses fikir dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kesejahteraan kesehatannya. -
Article No. 18053 | 30 May 2025
Klinis : An.P datang ke Puskesmas pada tanggal 17 Juni 2023 diantar ibunya. Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal secara tiba-tiba, nyeri dan tampak meringis saat menggaruk, kulit bersisik. Ibu dari pasien mengatakan terdapat benjolan berisi cairan yang sudah mulai mengering, benjolan tersebut pecah saat digaruk dan meninggalkan bekas di kulit. Dari hasil pengkajian, ditemukan lesi, kulit tampak menebal, pruritus, serta bekas luka yang cenderung menghitam dan memutih. Status keadaan umum An.P yaitu compos mentis dan hasil pemeriksaan Nadi : 69 x/ menit, suhu : 35.4`C, BB : 35 kg, TB : 135 cm.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Keterbatasan kemampuan fisik, mental, dan/atau psikososial untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
- SIKI: Intervensi untuk membantu individu mencapai tingkat aktivitas yang optimal sesuai dengan kemampuannya.
2. Diagnosis Keperawatan: Pruritus (00027)
- SDKI: Sensasi tidak nyaman yang membuat keinginan untuk menggaruk.
- SLKI: Kemampuan individu untuk mengatasi sensasi gatal pada kulit.
- SIKI: Intervensi untuk membantu individu mengurangi sensasi gatal pada kulit.
3. Diagnosis Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit (00046)
- SDKI: Kerusakan lapisan epidermis, dermis, atau jaringan lebih dalam.
- SLKI: Kemampuan individu untuk mempertahankan integritas kulit.
- SIKI: Intervensi untuk membantu individu mempertahankan integritas kulit.
Kode SDKI, SLKI, dan SIKI untuk masing-masing diagnosis keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: 10028
- SLKI: 30030
- SIKI: 60028
2. Pruritus (00027)
- SDKI: 10039
- SLKI: 30039
- SIKI: 60039
3. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
- SDKI: 10033
- SLKI: 30033
- SIKI: 60033
Adapun definisi singkat dari masing-masing kode tersebut:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- 10028: Keterbatasan kemampuan fisik, mental, dan/atau psikososial untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- 10039: Sensasi tidak nyaman yang membuat keinginan untuk menggaruk.
- 10033: Kerusakan lapisan epidermis, dermis, atau jaringan lebih dalam.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- 30030: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
- 30039: Kemampuan individu untuk mengatasi sensasi gatal pada kulit.
- 30033: Kemampuan individu untuk mempertahankan integritas kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- 60028: Intervensi untuk membantu individu mencapai tingkat aktivitas yang optimal sesuai dengan kemampuannya.
- 60039: Intervensi untuk membantu individu mengurangi sensasi gatal pada kulit.
- 60033: Intervensi untuk membantu individu mempertahankan integritas kulit. -
Article No. 18013 | 29 May 2025
Klinis : Pasien abses manus dengan kondisi tangan bengkak, kemerahan, terdapat 1 titik bisul kecil, disertai demam suhu 38 derajat celsius
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi (00004)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan selular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Infeksi (1843)
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengelola invasi dan multiplikasi organisme patogen.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Perawatan Luka (3660)
Definisi: Tindakan perbaikan atau pencegahan terhadap kerusakan pada integritas kulit dan jaringan.
Kode:
SDKI: 00004
SLKI: 1843
SIKI: 3660
Penjelasan singkat:
Pasien abses manus dengan kondisi tangan bengkak, kemerahan, terdapat 1 titik bisul kecil, disertai demam suhu 38 derajat Celsius mengindikasikan adanya risiko infeksi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi (00004). Hal ini perlu ditangani dengan intervensi keperawatan yang tepat, yaitu Perawatan Luka (3660) untuk mencegah dan mengelola invasi dan multiplikasi organisme patogen, serta memantau perkembangan kondisi pasien dan mencapai luaran Kontrol Infeksi (1843). -
Article No. 18014 | 29 May 2025
Klinis : Pasien abses manus dengan kondisi tangan bengkak, kemerahan, terdapat 1 titik bisul kecil, disertai demam suhu 38 derajat celsius
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**, **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**, dan **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan untuk pasien dengan **absces manus**, sesuai dengan standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: 1.1.1**
**Nyeri Akut** berhubungan dengan proses inflamasi dan kerusakan jaringan sekunder akibat abses manus.
**Kode SDKI: 2.1.1**
**Hipertermi** berhubungan dengan proses infeksi bakteri (demam suhu 38°C).
**Kode SDKI: 3.1.1**
**Risiko Infeksi** berhubungan dengan adanya luka terbuka (bisul kecil) dan respons inflamasi lokal.
**Kode SDKI: 4.1.1**
**Gangguan Integritas Jaringan** berhubungan dengan adanya abses dan kerusakan kulit.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Untuk Nyeri Akut (1.1.1):**
- **Kode SLKI: 1.1.1.1**
- Nyeri berkurang (skala nyeri ?3 dari skala 0-10).
- Pasien mampu menunjukkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
**Untuk Hipertermi (2.1.1):**
- **Kode SLKI: 2.1.1.1**
- Suhu tubuh kembali normal (36,5–37,5°C).
- Tidak ada tanda dehidrasi.
**Untuk Risiko Infeksi (3.1.1):**
- **Kode SLKI: 3.1.1.1**
- Tidak ada tanda infeksi baru (pus, kemerahan bertambah, demam).
- Luka menunjukkan tanda penyembuhan.
**Untuk Gangguan Integritas Jaringan (4.1.1):**
- **Kode SLKI: 4.1.1.1**
- Luka menunjukkan granulasi dan epitelisasi.
- Tidak ada perluasan kerusakan jaringan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Untuk Nyeri Akut (1.1.1):**
- **Kode SIKI: 1.1.1.1** (Manajemen Nyeri)
- Berikan analgesik sesuai resep (misal: parasetamol/NSAID).
- Kompres hangat pada area abses untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
**Untuk Hipertermi (2.1.1):**
- **Kode SIKI: 2.1.1.1** (Manajemen Hipertermi)
- Berikan antipiretik sesuai indikasi.
- Anjurkan asupan cairan adekuat.
- Kompres hangat di aksila dan lipatan paha.
**Untuk Risiko Infeksi (3.1.1):**
- **Kode SIKI: 3.1.1.1** (Pencegahan Infeksi)
- Lakukan perawatan luka steril.
- Pantau tanda vital (terutama suhu).
- Anjurkan pasien untuk tidak memencet bisul.
**Untuk Gangguan Integritas Jaringan (4.1.1):**
- **Kode SIKI: 4.1.1.1** (Perawatan Luka)
- Bersihkan luka dengan antiseptik.
- Berikan balutan steril dan kering.
- Observasi perkembangan luka tiap hari.
---
### **Kesimpulan**
Pasien dengan **absces manus** memerlukan manajemen **nyeri, hipertermi, risiko infeksi, dan gangguan integritas jaringan** dengan pendekatan **SDKI-SLKI-SIKI** untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan berbasis bukti.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Asisten Klinis]* -
Article No. 18015 | 29 May 2025
Klinis : Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan tone akademis.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR):
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer: Berhubungan dengan Keterbatasan Kemampuan Kardiovaskular.
Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer akibat kelahiran dengan berat badan rendah yang dapat mengakibatkan komplikasi seperti hipotermia, hipoglikemia, dan gangguan pertumbuhan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat dicapai luaran/output sebagai berikut:
a. Perfusi Jaringan Perifer Membaik: Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu tubuh stabil, glukosa darah terkontrol, dan tidak ada tanda-tanda gangguan pertumbuhan.
Luaran ini menggambarkan perbaikan perfusi jaringan perifer sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi terpenuhi, dan terjadi pertumbuhan yang optimal pada bayi BBLR.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, maka diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), antara lain:
a. Manajemen Suhu: Memantau suhu tubuh bayi secara berkala, menjaga lingkungan yang hangat, dan memberikan tindakan untuk mencegah hipotermia.
b. Manajemen Nutrisi: Memantau asupan nutrisi dan cairan, menyediakan nutrisi yang adekuat melalui pemberian ASI atau formula, dan mengawasi keseimbangan elektrolit.
c. Pemantauan Glukosa Darah: Melakukan pemeriksaan glukosa darah secara rutin dan memberikan intervensi untuk mempertahankan kadar glukosa dalam batas normal.
d. Perawatan Kulit: Menjaga kelembapan dan integritas kulit, serta mencegah kerusakan kulit.
e. Dukungan Perkembangan: Memberikan stimulasi perkembangan yang sesuai dengan usia dan kondisi bayi BBLR.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan dapat dicapai luaran yang diharapkan pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu perbaikan perfusi jaringan perifer sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.