Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19884 | 21 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit lutut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit lutut, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00132
Judul: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1408
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengatur rasa nyeri yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00132
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan penyebab, durasi, intensitas, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Dalam kondisi ini, pasien datang dengan keluhan sakit lutut. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132), dimana pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan pada lutut.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan definisi standar untuk diagnosis keperawatan, termasuk Nyeri Akut (00132).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan standar luaran keperawatan yang diharapkan, seperti Kontrol Nyeri (1408).
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti Manajemen Nyeri (00132).
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk menangani keluhan sakit lutut pada pasien. -
Article No. 19885 | 21 Jul 2025
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Hipertermia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah Hipertermia. Hipertermia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu, yang dapat mengancam kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
2. Tanda-tanda vital stabil (frekuensi nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal)
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kulit lembab, turgor kulit baik, mukosa lembab)
4. Tidak ada tanda-tanda komplikasi (misalnya kejang, gangguan kardiovaskular, atau gangguan neurologi)
5. Pasien/keluarga mampu mengidentifikasi faktor penyebab hipertermia dan mencegah terjadinya kembali.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan hipertermia, diperlukan intervensi keperawatan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), antara lain:
1. Manajemen Suhu:
a. Mengkaji suhu tubuh pasien secara berkala
b. Memberikan tindakan penurun suhu, seperti kompres hangat, pemberian antipiretik, dan peningkatan asupan cairan
c. Mengatur lingkungan agar suhu ruangan tetap sejuk
d. Memantau tanda-tanda vital pasien
2. Manajemen Cairan:
a. Menghitung kebutuhan cairan pasien berdasarkan status hidrasi
b. Memberikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
c. Memantau intake dan output cairan pasien
d. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
3. Edukasi Kesehatan:
a. Mengidentifikasi faktor penyebab hipertermia
b. Mengajarkan pasien/keluarga cara mencegah dan menangani hipertermia
c. Memberikan informasi mengenai komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertermia
d. Mendorong pasien/keluarga untuk memonitor suhu tubuh secara mandiri.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai stabilitas suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pemahaman mengenai perawatan diri yang diperlukan. -
Article No. 19886 | 21 Jul 2025
Klinis : PEMUKULAN DAERAH HOTEL JAKPUS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Menurut informasi yang Anda berikan, kondisi "PEMUKULAN DAERAH HOTEL JAKPUS" dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T20.0
- Deskripsi: Luka bakar dan korosi pada kepala dan leher, luka bakar pada kepala dan leher, tingkat tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.57
- Deskripsi: Perawatan luka bakar, yang mencakup perawatan luka bakar pada kepala, leher, dan kulit.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi "PEMUKULAN DAERAH HOTEL JAKPUS" dapat dianggap sebagai luka bakar atau korosi pada daerah kepala dan leher, di mana tingkat keparahannya tidak dapat ditentukan dari informasi yang tersedia. Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah T20.0, yang menggambarkan luka bakar atau korosi pada kepala dan leher dengan tingkat keparahan yang tidak ditentukan.
Jika diperlukan, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk perawatan luka bakar atau korosi tersebut dapat diwakili oleh kode ICD-9-CM 93.57, yang mencakup perawatan luka bakar pada kepala, leher, dan kulit. Prosedur ini dapat mencakup debridement, aplikasi salep, balutan, dan tindakan lainnya yang diperlukan untuk menangani luka bakar atau korosi pada area tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa informasi yang tersedia terbatas, sehingga diagnosa dan kode yang diberikan mungkin tidak sepenuhnya akurat dan mungkin memerlukan evaluasi lebih lanjut oleh tenaga medis yang berkompeten. -
Article No. 19888 | 21 Jul 2025
Klinis : KODE EXTERNAL COUSE UNTUK DAERAH HOTEL
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta penjelasan detail terkait kondisi "KODE EXTERNAL COUSE UNTUK DAERAH HOTEL" dengan tone akademis dan persona dokter/perekam medik.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Y92.53
- Deskripsi: Tempat kejadian, hotel
Penjelasan:
Kode ICD-10 Y92.53 digunakan untuk mengidentifikasi tempat kejadian yang berkaitan dengan hotel. Kode ini termasuk dalam kategori "Tempat kejadian" (Y92) dan secara spesifik mengacu pada hotel sebagai lokasi terjadinya suatu kondisi atau kejadian.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk prosedur atau tindakan medis terkait dengan kejadian di hotel. Dalam kasus ini, kode ICD-9-CM yang mungkin digunakan akan bergantung pada jenis cedera atau kondisi medis yang terjadi di hotel dan memerlukan perawatan atau intervensi medis.
Sebagai contoh, jika seorang pasien mengalami patah tulang akibat kejadian di hotel, maka kode ICD-9-CM yang mungkin digunakan adalah:
- Kode: 79.12
- Deskripsi: Tindakan operatif pada tulang lengan atas, closed reduction
Atau jika pasien memerlukan perawatan luka akibat kejadian di hotel, maka kode ICD-9-CM yang mungkin digunakan adalah:
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridement luka, jaringan lunak
Dalam praktik klinis, kode ICD-9-CM yang digunakan akan bergantung pada diagnosa dan jenis tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi pasien yang terkait dengan kejadian di hotel. -
Article No. 19889 | 21 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit pinggang sejak 3 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait kondisi pasien dengan keluhan sakit pinggang yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien dengan sakit pinggang sejak 3 hari yang lalu, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Pasien dengan keluhan sakit pinggang menunjukkan tanda dan gejala nyeri akut, seperti melaporkan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan gangguan aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Ekspresi Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dan peningkatan kemampuan untuk mengontrol nyeri.
2. Fungsi Fisik Membaik: Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami nyeri yang signifikan.
3. Koping Nyeri Efektif: Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor pemicu nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, dan distraksi, untuk membantu mengatasi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan, untuk menangani nyeri yang sulit dikendalikan.
2. Peningkatan Mobilitas:
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi dan kemampuannya.
- Ajarkan latihan fisik yang sesuai, seperti latihan peregangan dan penguatan otot, untuk meningkatkan fungsi fisik.
- Berikan alat bantu, jika diperlukan, untuk memfasilitasi mobilitas pasien dengan aman.
3. Manajemen Koping:
- Identifikasi strategi koping yang efektif bagi pasien dalam mengatasi nyeri.
- Ajarkan teknik-teknik koping, seperti relaksasi, visualisasi, dan teknik distraksi, untuk membantu pasien mengelola nyeri.
- Berikan dukungan emosional dan psikologis bagi pasien untuk meningkatkan kemampuan koping.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental, jika diperlukan, untuk memberikan terapi koping yang lebih komprehensif.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu kontrol nyeri, peningkatan fungsi fisik, dan efektivitas koping dalam mengatasi nyeri pinggang. -
Article No. 19890 | 21 Jul 2025
Klinis : CLIPPING
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi "CLIPPING":
1. Kode ICD-10:
- Kode: I67.1
- Deskripsi: Diseksi arteri serebral
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.52
- Deskripsi: Clipping aneurisma arteri intrakranial
Penjelasan:
Kondisi "CLIPPING" merujuk pada tindakan bedah untuk memperbaiki atau menutup aneurisma arteri intrakranial. Aneurisma arteri serebral adalah pelebaran atau tonjolan abnormal pada dinding arteri di dalam otak, yang dapat menyebabkan perdarahan otak (stroke hemoragik) jika pecah.
Kode ICD-10 I67.1 (Diseksi arteri serebral) adalah kode yang paling sesuai untuk menggambarkan kondisi medis yang mendasari prosedur clipping, yaitu adanya diseksi atau pemisahan dinding arteri di dalam otak.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 39.52 (Clipping aneurisma arteri intrakranial) adalah kode prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk menggambarkan tindakan bedah clipping yang dilakukan untuk memperbaiki atau menutup aneurisma arteri di dalam otak. -
Article No. 19891 | 21 Jul 2025
Klinis : seorang laki laki berusia 42 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medis TB paru. Hasil pengkajian menunjukkan suhu tubuh 37 derajat, tekanan darah 120/80 mmhg, frekuensi nadi 98x per menit, respiratory rate 29x per menit, SPO2 96%. Pasien mengeluh batuk berdahak warna kuning. Saat diauskultasi, bunyi nafas ronchi, pasien mengeluh sulit untuk mengeluarkan dahak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis medis untuk pasien tersebut adalah TB paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Bronkoalveolar lavage (BAL)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk menggambarkan tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang didiagnosis dengan TB paru.
2. Kode ICD-9-CM 93.08 untuk prosedur bronkoalveolar lavage (BAL) dapat dipertimbangkan jika terdapat indikasi untuk melakukan pemeriksaan tersebut, seperti untuk mengumpulkan sampel sputum untuk pemeriksaan mikrobiologis atau sitologis. Pemeriksaan ini dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan memantau respons terapi.
Berdasarkan tanda dan gejala yang dilaporkan, seperti batuk berdahak, sulit mengeluarkan dahak, serta hasil auskultasi ditemukan ronki, dapat mengindikasikan adanya proses inflamasi atau obstruksi pada saluran napas. Pemantauan dan penatalaksanaan yang sesuai, seperti terapi antibiotik, fisioterapi dada, dan edukasi untuk teknik batuk efektif, dapat membantu mengatasi keluhan pasien. -
Article No. 19892 | 21 Jul 2025
Klinis : seorang laki laki berusia 42 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medis TB paru. Hasil pengkajian menunjukkan suhu tubuh 37 derajat, tekanan darah 120/80 mmhg, frekuensi nadi 98x per menit, respiratory rate 29x per menit, SPO2 96%. Pasien mengeluh batuk berdahak warna kuning. Saat diauskultasi, bunyi nafas ronchi, pasien mengeluh sulit untuk mengeluarkan dahak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan jalan napas (0410)
Definisi: Terbebas dari sekresi yang mengganggu di saluran napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas (3140)
Definisi: Memfasilitasi pembebasan jalan napas.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas ditandai dengan adanya batuk berdahak, bunyi napas ronchi, dan kesulitan mengeluarkan dahak. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit TB paru yang diderita pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, seperti memberikan posisi yang nyaman, melakukan suction, dan mengajarkan teknik batuk efektif, untuk memfasilitasi pembebasan jalan napas dan mencapai luaran bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 19893 | 21 Jul 2025
Klinis : seorang laki laki berusia 42 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medis TB paru. Hasil pengkajian menunjukkan suhu tubuh 37 derajat, tekanan darah 120/80 mmhg, frekuensi nadi 98x per menit, respiratory rate 29x per menit, SPO2 96%. Pasien mengeluh batuk berdahak warna kuning. Saat diauskultasi, bunyi nafas ronchi, pasien mengeluh sulit untuk mengeluarkan dahak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI untuk Pasien TB Paru**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas** (Kode SDKI: **00030**)
*Definisi:* Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh akibat gangguan pada membran alveolus-kapiler.
**Fokus Intervensi (SIKI):**
1. **Manajemen Jalan Napas** (Kode SIKI: **3140**)
- *Tindakan:* Auskultasi bunyi napas, ajarkan teknik batuk efektif, berikan posisi semi-Fowler, dan pantau saturasi oksigen.
2. **Fisioterapi Dada** (Kode SIKI: **3230**)
- *Tindakan:* Latihan napas dalam, postural drainage, dan perkusi untuk memobilisasi sekret.
**Kriteria Hasil (SLKI):**
1. **Status Pernapasan: Ventilasi** (Kode SLKI: **0401**)
- *Indikator:* Frekuensi napas dalam rentang normal (12–20x/menit), bunyi napas bersih, dan tidak ada sianosis.
2. **Status Pernapasan: Pertukaran Gas** (Kode SLKI: **0402**)
- *Indikator:* Saturasi oksigen ≥95%, tidak ada dispnea, dan analisis gas darah dalam batas normal.
**Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (00030):** Gangguan pertukaran gas pada pasien TB paru disebabkan oleh inflamasi parenkim paru dan akumulasi sekret, yang menghambat difusi oksigen.
- **SLKI (0401 & 0402):** Hasil yang diharapkan mencakup perbaikan ventilasi dan oksigenasi setelah intervensi keperawatan.
- **SIKI (3140 & 3230):** Intervensi difokuskan pada pembersihan jalan napas dan optimalisasi fungsi paru melalui teknik fisioterapi.
**Referensi:**
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi terbaru oleh PPNI.
*(Format akademis disesuaikan dengan pedoman PPNI dan evidence-based practice.)* -
Article No. 19894 | 21 Jul 2025
Klinis : seorang laki laki berusia 42 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medis TB paru. Hasil pengkajian menunjukkan suhu tubuh 37 derajat, tekanan darah 120/80 mmhg, frekuensi nadi 98x per menit, respiratory rate 29x per menit, SPO2 96%. Pasien mengeluh batuk berdahak warna kuning. Saat diauskultasi, bunyi nafas ronchi, pasien mengeluh sulit untuk mengeluarkan dahak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Sekresi yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator:
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
2. Irama pernapasan teratur
3. Tidak ada suara napas tambahan
4. Mampu batuk efektif
5. Mampu mengeluarkan sekret
- Target: Pasien akan menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif dalam 3 hari perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan dan memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
- Aktivitas:
1. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, irama, suara napas tambahan).
2. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan pasien.
3. Lakukan tindakan batuk efektif dan teknik pengeluaran sekret (postural drainage, percussive therapy).
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian bronkodilator atau mukolitik jika diperlukan.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan bersihan jalan napas.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengeluhkan batuk berdahak warna kuning dan saat diauskultasi ditemukan bunyi ronchi, yang menunjukkan adanya sekret yang sulit dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi pada jalan napas.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi pernapasan dalam rentang normal, irama pernapasan teratur, tidak ada suara napas tambahan, serta kemampuan batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Target tercapainya luaran ini adalah dalam 3 hari perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, yang bertujuan untuk mempertahankan dan memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif. Aktivitas intervensi mencakup pemantauan status pernapasan, pemberian oksigenasi, tindakan batuk efektif dan pengeluaran sekret, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan edukasi pasien dan keluarga.