Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18113 | 01 Jun 2025
Klinis : Demam sejak 2 hari yang lalu | BAB encer 10x/hari di rumah | Nyeri ulu hati (seperti terbakar dan teriris) sejak 2 minggu lalu, memberat 3 hari terakhir | Mual dan muntah | Perasaan tidak enak di perut Anoreksia (tidak nafsu makan) | Riwayat suka terlambat makan dan jajan di pinggir jalan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Kondisi Pasien:**
Demam sejak 2 hari, BAB encer 10x/hari, nyeri ulu hati (seperti terbakar dan teriris) memberat 3 hari terakhir, mual-muntah, perasaan tidak enak di perut, anoreksia, serta riwayat pola makan tidak teratur dan konsumsi makanan tidak higienis.
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI Code: 00027)**
**Penjelasan:**
Pasien mengalami diare akut (BAB encer 10x/hari) disertai muntah, yang berisiko menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Demam juga meningkatkan kebutuhan cairan.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SLKI 1401:** Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai.
*Indikator:*
- Turgor kulit membaik.
- Frekuensi BAB menurun.
- Tidak ada tanda dehidrasi (mukosa lembab, produksi urine adekuat).
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SIKI 2120:** Manajemen Cairan.
*Tindakan:*
- Monitor tanda vital (TD, nadi, suhu).
- Berikan cairan oral/IV sesuai kebutuhan.
- Observasi frekuensi dan konsistensi BAB.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan Sekunder:**
**Nyeri Akut pada Epigastrium (SDKI Code: 00132)**
**Penjelasan:**
Pasien mengeluh nyeri ulu hati seperti terbakar dan teriris, memberat dalam 3 hari terakhir, diduga terkait gastritis atau dispepsia akibat pola makan tidak teratur dan konsumsi makanan tidak higienis.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1301:** Nyeri terkontrol.
*Indikator:*
- Skala nyeri menurun (dari skala 7-8 ke ?3).
- Pasien mampu beristirahat dengan nyaman.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 2810:** Manajemen Nyeri.
*Tindakan:*
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Berikan analgesik sesuai resep (jika diperlukan).
- Anjurkan diet kecil tapi sering dan hindari makanan pedas/berminyak.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Penjelasan:**
Riwayat konsumsi makanan tidak higienis dan gejala demam serta diare meningkatkan risiko infeksi saluran cerna (misalnya gastroenteritis).
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1103:** Risiko infeksi diminimalkan.
*Indikator:*
- Suhu tubuh dalam batas normal.
- Tidak ada tanda sepsis (misalnya hipotensi, takikardia).
**SIKI:**
- **Kode SIKI 6550:** Pencegahan Infeksi.
*Tindakan:*
- Edukasi cuci tangan dan higiene makanan.
- Pantau tanda-tanda infeksi sistemik.
---
### **Catatan Akademis:**
- **Pendekatan Holistik:** Aspek biopsikososial perlu dipertimbangkan, termasuk edukasi tentang pola makan teratur dan pemilihan makanan aman.
- **Prioritas Intervensi:** Fokus utama pada koreksi dehidrasi dan manajemen nyeri, dilanjutkan dengan pencegahan komplikasi infeksi.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 5.*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 3.*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 3.*
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi evidence-based practice dan kode resmi PPNI. -
Article No. 18114 | 01 Jun 2025
Klinis : Tn. Rahmat, 56 tahun, telah didiagnoasa dokter memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2. Ia sudah mengetahui bahwa penderita diabetes harus membatasi konsumsi gula, dan dokter telah beberapa kali menyarankan untuk mengurangi makanan dan minuman manis. Namun, Tn. Rahmat tetap mengonsumsi kopi manis sebanyak 4–5 gelas per hari, dengan alasan bahwa kopi manis sudah menjadi kebiasaan sejak lama dan sulit dihentikan. Hasil pemeriksaan gula darah terakhir menunjukkan kadar glukosa darah puasa sebesar 185 mg/dL, yang masih berada di atas batas normal. Keluarga yang tinggal bersamanya merasa khawatir akan kondisinya dan berharap ada upaya dari tenaga kesehatan untuk membantu meningkatkan kesadarannya tentang bahaya konsumsi gula berlebih serta pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Pola perilaku dan tindakan seseorang yang tidak efektif dalam mengatur dan mengintegrasikan aspek-aspek pengobatan atau terapi, pencegahan, dan peningkatan kesehatan yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan untuk mencapai status kesehatan optimal.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan, persepsi ancaman terhadap kesehatan yang rendah, kurangnya motivasi, dan kebiasaan yang sulit diubah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perilaku Manajemen Kesehatan
Definisi: Kemampuan individu untuk secara aktif melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatan.
Kriteria Hasil:
a. Mengikuti jadwal pengobatan yang direkomendasikan
b. Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang dapat memperburuk kondisi kesehatan
c. Menunjukkan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat
d. Menunjukkan motivasi untuk mengubah perilaku yang tidak sehat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan
Definisi: Pemberian informasi atau pengajaran untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan terkait masalah kesehatan.
Aktivitas:
a. Jelaskan kepada pasien tentang penyakit diabetes, komplikasi, dan penatalaksanaannya.
b. Ajarkan teknik pengendalian diabetes, seperti pemantauan kadar gula darah, pembatasan asupan gula, dan aktivitas fisik.
c. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang manfaat mengendalikan diabetes dan risiko dari konsumsi gula berlebih.
d. Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk memberikan dukungan terhadap perubahan perilaku pasien.
2. Manajemen Terapi
Definisi: Kolaborasi dengan pasien untuk mengatur pengobatan dan terapi yang direkomendasikan.
Aktivitas:
a. Evaluasi pemahaman pasien terhadap pengobatan dan terapi yang direkomendasikan.
b. Bantu pasien menyusun rencana pelaksanaan pengobatan dan terapi yang disesuaikan dengan gaya hidup.
c. Monitoring kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan dan terapi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan pengelolaan diabetes pasien.
3. Bimbingan: Perubahan Perilaku
Definisi: Pemberian dukungan dan arahan untuk memfasilitasi perubahan perilaku yang diinginkan.
Aktivitas:
a. Identifikasi kesiapan pasien untuk melakukan perubahan perilaku.
b. Bantu pasien menetapkan tujuan perubahan perilaku yang spesifik, terukur, dan realistis.
c. Dorong pasien untuk mengembangkan strategi dalam mencapai tujuan perubahan perilaku.
d. Berikan umpan balik dan penguatan positif terhadap upaya perubahan perilaku pasien.
Penjelasan yang diberikan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus Tn. Rahmat. Fokus utamanya adalah meningkatkan perilaku manajemen kesehatan pasien, khususnya dalam pengendalian konsumsi gula yang berlebih, agar dapat mencapai pengelolaan diabetes yang optimal. -
Article No. 18115 | 01 Jun 2025
Klinis : Tn. Rahmat, 56 tahun, telah didiagnoasa dokter memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2. Ia sudah mengetahui bahwa penderita diabetes harus membatasi konsumsi gula, dan dokter telah beberapa kali menyarankan untuk mengurangi makanan dan minuman manis. Namun, Tn. Rahmat tetap mengonsumsi kopi manis sebanyak 4–5 gelas per hari, dengan alasan bahwa kopi manis sudah menjadi kebiasaan sejak lama dan sulit dihentikan. Hasil pemeriksaan gula darah terakhir menunjukkan kadar glukosa darah puasa sebesar 185 mg/dL, yang masih berada di atas batas normal. Keluarga yang tinggal bersamanya merasa khawatir akan kondisinya dan berharap ada upaya dari tenaga kesehatan untuk membantu meningkatkan kesadarannya tentang bahaya konsumsi gula berlebih serta pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakpatuhan Pengobatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Patuh: Klien menunjukkan perilaku patuh terhadap pengobatan dan rekomendasi pengelolaan diabetes sesuai anjuran tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Regimen Terapeutik: Membantu klien memahami pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat, termasuk pembatasan konsumsi gula, serta mendorong klien untuk mematuhi regimen terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang diabetes, bahaya konsumsi gula berlebih, serta pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat untuk mencegah komplikasi.
3. Fasilitasi Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi klien dan keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat dalam pengelolaan diabetes, termasuk mengurangi konsumsi kopi manis dan mengikuti rekomendasi tenaga kesehatan.
4. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga dalam menghadapi tantangan perubahan gaya hidup untuk pengelolaan diabetes yang lebih baik.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Ketidakpatuhan Pengobatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat. Diagnosa ini sesuai dengan kondisi Tn. Rahmat yang masih mengonsumsi kopi manis secara berlebihan, meskipun telah diberitahu oleh dokter tentang perlunya pembatasan konsumsi gula untuk pengelolaan diabetes yang baik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Perilaku Patuh: Klien menunjukkan perilaku patuh terhadap pengobatan dan rekomendasi pengelolaan diabetes sesuai anjuran tenaga kesehatan. Luaran ini bertujuan untuk memastikan Tn. Rahmat dapat mematuhi regimen terapeutik yang direkomendasikan, termasuk mengurangi konsumsi kopi manis, sehingga dapat mencapai kontrol gula darah yang lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Regimen Terapeutik: Membantu klien memahami pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat, termasuk pembatasan konsumsi gula, serta mendorong klien untuk mematuhi regimen terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan. Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Tn. Rahmat terhadap pengelolaan diabetes.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang diabetes, bahaya konsumsi gula berlebih, serta pentingnya pengelolaan diabetes yang tepat untuk mencegah komplikasi. Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Tn. Rahmat dan keluarganya tentang diabetes dan pentingnya pengelolaan yang tepat.
3. Fasilitasi Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi klien dan keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat dalam pengelolaan diabetes, termasuk mengurangi konsumsi kopi manis dan mengikuti rekomendasi tenaga kesehatan. Intervensi ini bertujuan untuk membantu Tn. Rahmat dan keluarga membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan diabetes.
4. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga dalam menghadapi tantangan perubahan gaya hidup untuk pengelolaan diabetes yang lebih baik. Intervensi ini bertujuan untuk membantu Tn. Rahmat dan keluarga mengatasi tantangan dalam merubah gaya hidup untuk pengelolaan diabetes yang lebih baik. -
Article No. 18116 | 01 Jun 2025
Klinis : An. M, berusia 1 tahun 5 bulan, dirawat di ruang rawat inap anak di RSUD pada tanggal 11 Januari 2024 setelah mengalami luka bakar akibat tersiram air panas. Luka bakar derajat II mengenai bagian dada kiri atas, pipi kiri, dan lengan kiri atas. Pasien menjalani tindakan operasi debridement pada hari yang sama. Setelah operasi, pasien tampak rewel, menangis terus-menerus, dan menunjukkan respon nyeri saat area luka disentuh. Luka tertutup balutan kassa steril dan menunjukkan warna kemerahan serta kulit yang mengelupas. Dari hasil pemeriksaan Tanda vital menunjukkan: Nadi: 138x/menit, Suhu: 36°C, Respirasi: 45x/menit, SpO?: 96%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat ditetapkan untuk pasien An. M:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (NYKA)
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Penurunan Rasa Nyaman: Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri (10006)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
2. Gangguan integritas kulit (GIKU)
- SDKI: Gangguan integritas kulit
- SLKI: Penurunan Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Luka (10025)
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. Cemas (CMAS)
- SDKI: Cemas
- SLKI: Penurunan Emosi: Cemas
- SIKI: Manajemen Kecemasan (10003)
- Definisi: Respon terhadap ancaman yang dirasakan, baik ancaman itu nyata maupun dibayangkan.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut (NYKA):
- Pasien menunjukkan respon nyeri saat area luka disentuh.
- Tindakan operasi debridement dapat menyebabkan nyeri akut pada pasien.
2. Gangguan integritas kulit (GIKU):
- Pasien mengalami luka bakar derajat II pada bagian dada kiri atas, pipi kiri, dan lengan kiri atas.
- Luka tertutup balutan kassa steril dan menunjukkan warna kemerahan serta kulit yang mengelupas.
3. Cemas (CMAS):
- Pasien tampak rewel dan menangis terus-menerus.
- Kecemasan dapat muncul akibat pengalaman nyeri dan perubahan kondisi kulit yang dialami oleh pasien.
Kode dan Definisi Sesuai SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
- SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia
- SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia -
Article No. 18117 | 01 Jun 2025
Klinis : An.P datang ke Puskesmas pada tanggal 17 Juni 2023 diantar ibunya. Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal secara tiba-tiba, nyeri dan tampak meringis saat menggaruk, kulit bersisik. Ibu dari pasien mengatakan terdapat benjolan berisi cairan yang sudah mulai mengering, benjolan tersebut pecah saat digaruk dan meninggalkan bekas di kulit. Ibu An. P mengatakan anaknya mempunyai alergi makanan laut (seafood), jika alerginya muncul, maka akan terasa gatal dan An. P menggaruk-garuk hingga menangis. Dari hasil pengkajian, ditemukan lesi, kulit tampak menebal, pruritus, serta bekas luka yang cenderung menghitam dan memutih. Status keadaan umum An.P yaitu compos mentis dan hasil pemeriksaan Nadi : 69 x/ menit, Pernapasan: 18 x/menit, Suhu : 35.4`C, BB : 35 kg, TB : 135 cm.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi An. P adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi (SDKI): Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan/dibutuhkan.
Kode SIKI: 00024 (Ketidakadekuatan Aktivitas Fisik)
Kode SLKI: L0303 (Ketidakadekuatan Aktivitas Fisik)
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Makanan (00042)
Definisi (SDKI): Reaksi fisiologis yang tidak diinginkan akibat paparan atau konsumsi makanan tertentu.
Kode SIKI: 00027 (Intoleransi Makanan)
Kode SLKI: N0208 (Intoleransi Makanan)
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit (00046)
Definisi (SDKI): Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Kode SIKI: 00025 (Gangguan Integritas Kulit)
Kode SLKI: L0401 (Gangguan Integritas Kulit)
4. Diagnosa Keperawatan: Pruritus (00027)
Definisi (SDKI): Sensasi tidak nyaman yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
Kode SIKI: 00026 (Pruritus)
Kode SLKI: N0211 (Pruritus)
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas harian yang diinginkan/dibutuhkan akibat keluhan gatal-gatal dan nyeri saat menggaruk.
2. Intoleransi Makanan: Pasien memiliki riwayat alergi makanan laut (seafood) yang menyebabkan reaksi fisiologis tidak diinginkan.
3. Gangguan Integritas Kulit: Pasien mengalami kerusakan pada epidermis dan/atau dermis kulit, ditandai dengan lesi, kulit bersisik, dan bekas luka.
4. Pruritus: Pasien mengalami sensasi tidak nyaman yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. -
Article No. 18054 | 31 May 2025
Klinis : sesak, kepala pusing, nyeri uluh hati, kedua kaki bengkak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Sesak Napas berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan.
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernafas dengan nyaman.
2. Pusing berhubungan dengan gangguan perfusi serebral.
Definisi: Sensasi berputar atau tidak seimbang di kepala.
3. Nyeri pada Uluh Hati berhubungan dengan gangguan fungsi kardiovaskular.
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah uluh hati.
4. Edema pada Kedua Kaki berhubungan dengan gangguan fungsi kardiovaskular.
Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial yang menyebabkan pembengkakan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Sesak Napas: Pasien menunjukkan pola nafas yang normal, tidak ada tanda-tanda sesak napas.
2. Pusing: Pasien melaporkan tidak ada lagi rasa pusing atau berputar di kepala.
3. Nyeri pada Uluh Hati: Pasien melaporkan nyeri pada uluh hati hilang atau berkurang.
4. Edema pada Kedua Kaki: Pasien menunjukkan pengurangan bengkak pada kedua kaki.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Sesak Napas:
a. Pantau tanda-tanda vital (frekuensi napas, saturasi oksigen, tekanan darah).
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang benar.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi sesuai kebutuhan.
2. Pusing:
a. Kaji penyebab pusing (gangguan perfusi serebral, dehidrasi, efek obat, dll).
b. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan mengubah posisi secara perlahan.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi sesuai kebutuhan.
3. Nyeri pada Uluh Hati:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas).
b. Berikan manajemen nyeri yang sesuai (farmakologis dan non-farmakologis).
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan penunjang dan pemberian terapi sesuai kebutuhan.
4. Edema pada Kedua Kaki:
a. Kaji tanda-tanda edema (lokasi, derajat, pitting).
b. Anjurkan pasien untuk melakukan elevasi ekstremitas dan menghindari berdiri terlalu lama.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi diuretik atau obat lain sesuai kebutuhan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. -
Article No. 18055 | 31 May 2025
Klinis : nyeri dada
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, untuk kondisi nyeri dada, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R07.4
- Deskripsi: Nyeri dada, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.52
- Deskripsi: Elektrokardiografi [EKG] rutin
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R07.4 (Nyeri dada, tidak terspesifikasi) digunakan untuk menggambarkan keluhan nyeri dada yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain, seperti angina pektoris atau infark miokard. Kode ini digunakan ketika gejala nyeri dada tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk penyakit jantung koroner atau kondisi lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 89.52 (Elektrokardiografi [EKG] rutin) adalah kode prosedur yang dapat digunakan untuk tindakan pemeriksaan EKG yang dilakukan sebagai bagian dari evaluasi pasien dengan keluhan nyeri dada. EKG merupakan salah satu pemeriksaan diagnostik utama untuk menilai kondisi jantung dan mengidentifikasi penyebab nyeri dada.
Dalam pendokumentasian medis, kode-kode ini digunakan oleh dokter, perekam medis, dan profesional kesehatan lainnya untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur terkait dengan kondisi nyeri dada pasien. Penggunaan kode yang tepat membantu dalam proses pengkodean, penagihan, dan analisis data epidemiologi dan statistik kesehatan. -
Article No. 18056 | 31 May 2025
Klinis : nyeri dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri dada:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (00132)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tingkat nyeri terkendali (1605)
Definisi: Tingkat pengurangan rasa sakit yang dialami oleh individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen nyeri (1400)
Definisi: Pengurangan rasa sakit pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien.
Berdasarkan kondisi nyeri dada yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri akut (00132). Diagnosa ini menggambarkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial di area dada.
Tujuan keperawatan yang diharapkan adalah Tingkat nyeri terkendali (1605), di mana pasien dapat mengalami pengurangan rasa sakit yang dialami hingga berada pada tingkat yang dapat diterima. Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen nyeri (1400), yaitu upaya pengurangan rasa sakit pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien. -
Article No. 18057 | 31 May 2025
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi nausea, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea)
Kode: 00134
Definisi: Sensasi subjektif yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00134
Definisi: Sensasi subjektif yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0134
Judul: Kontrol Mual
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan sensasi mual yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0134
Judul: Manajemen Mual
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi mual yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut.
Sebagai perawat pakar, saya dapat menjelaskan bahwa diagnosa keperawatan "Mual (Nausea)" merupakan kondisi di mana pasien mengalami sensasi tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) memberikan definisi yang lebih rinci. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjelaskan tentang kemampuan individu untuk mengendalikan sensasi mual, sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan panduan terkait serangkaian tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi mual. -
Article No. 18058 | 31 May 2025
Klinis : nyeri dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait kondisi **nyeri dada** sesuai standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** **D.0021** – **Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan dengan Nyeri Dada:**
- Iskemia miokard (misalnya: angina pektoris, infark miokard).
- Inflamasi (misalnya: perikarditis, pleuritis).
- Trauma atau iritasi muskuloskeletal (misalnya: costochondritis).
- Gangguan gastrointestinal (misalnya: refluks gastroesofageal).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** **L.14021** – **Tingkat Nyeri Terkontrol**
**Indikator:**
- Skala nyeri menurun (dari skala 7-10 menjadi ?4).
- Ekspresi wajah rileks/tidak mengerut kesakitan.
- Klien melaporkan penurunan nyeri.
- Tanda vital stabil (denyut nadi, tekanan darah, pernapasan dalam rentang normal).
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** **I.11021** – **Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
- **Kaji karakteristik nyeri** (lokasi, intensitas, durasi, faktor pencetus/pereda).
- **Ajarkan teknik relaksasi** (napas dalam, distraksi, guided imagery).
- **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai indikasi (misalnya: nitrat untuk angina, NSAID untuk inflamasi).
- **Monitor respons fisiologis** (tekanan darah, nadi, saturasi O?).
- **Berikan posisi nyaman** (misalnya: semi-Fowler jika terkait pernapasan).
---
### **Catatan Akademis**
- **SDKI, SLKI, SIKI** merupakan standar berbasis **evidence-based practice** yang digunakan untuk pendokumentasian asuhan keperawatan di Indonesia.
- **Nyeri dada** memerlukan **assesmen mendalam** untuk membedakan penyebab kardiak (misalnya: sindrom koroner akut) dan non-kardiak (misalnya: GERD).
- **Kode diagnosa/luaran/intervensi** memudahkan dokumentasi elektronik dan evaluasi outcome keperawatan.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk pengembangan praktik klinis atau akademik. Jika diperlukan pendalaman lebih lanjut, literatur PPNI atau *Nursing Outcomes Classification (NOC)* dan *Nursing Interventions Classification (NIC)* dapat menjadi rujukan tambahan.