Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 92 | 18 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak dan kental berwarna hijau - Frekuensi napas 26x/menit - Auskultasi suara napas ronchi - Pasien tidak mampu memperagakan batuk efektif Pola napas tidak efektif - Frekuensi nadi 105x/menit - Akral merah dan kering - Klien menanyakan penyakitnya pada perawat - Klien khawatir penyakit tidak dapat sembuh - Klien mengatakan bahwa penyakitnya ada hubungannya dengan kebiasaan konsumsi junkfood - Perokok aktif dan sering merokok klien sholat sambil berbaring di RS ● Eosinofil = 3,5 (di atas normal) ● Limfosit = 45.0 (di atas normal) ● Leukosit = 12.0 (di atas normal) ● pH darah = 7,3 (di bawah normal) ● PaO2 = 72 (di bawah normal) ● PaCO2 = 50 (di atas normal) ● Xray = pneumonia bilateral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang Anda berikan, dapat disimpulkan diagnosis keperawatan singkat sebagai berikut:
1. Diagnosis SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
2. Diagnosis SLKI: Resiko Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
3. Diagnosis SIKI: Pneumonia
Penjelasan singkat:
- Pola Napas Tidak Efektif didasarkan pada data frekuensi napas 26x/menit, adanya suara napas ronchi, dan pasien tidak mampu batuk efektif.
- Risiko Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas didasarkan pada adanya batuk berdahak kental berwarna hijau, serta adanya pneumonia bilateral pada foto rontgen.
- Pneumonia didasarkan pada data klinis seperti sesak napas, batuk berdahak, temuan auskultasi, serta hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologis yang mendukung. -
Article No. 93 | 18 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak dan kental berwarna hijau - Frekuensi napas 26x/menit - Auskultasi suara napas ronchi - Pasien tidak mampu memperagakan batuk efektif Pola napas tidak efektif - Frekuensi nadi 105x/menit - Akral merah dan kering - Klien menanyakan penyakitnya pada perawat - Klien khawatir penyakit tidak dapat sembuh - Klien mengatakan bahwa penyakitnya ada hubungannya dengan kebiasaan konsumsi junkfood - Perokok aktif dan sering merokok klien sholat sambil berbaring di RS ● Eosinofil = 3,5 (di atas normal) ● Limfosit = 45.0 (di atas normal) ● Leukosit = 12.0 (di atas normal) ● pH darah = 7,3 (di bawah normal) ● PaO2 = 72 (di bawah normal) ● PaCO2 = 50 (di atas normal) ● Xray = pneumonia bilateral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data-data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien tersebut:
SDKI:
1. Pola napas tidak efektif
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3. Kecemasan
SLKI:
1. Peningkatan risiko infeksi
2. Hambatan mobilitas
3. Ketidakberdayaan
SIKI:
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen oksigenasi
3. Manajemen kecemasan -
Article No. 94 | 18 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak dan kental berwarna hijau - Frekuensi napas 26x/menit - Auskultasi suara napas ronchi - Pasien tidak mampu memperagakan batuk efektif Pola napas tidak efektif - Frekuensi nadi 105x/menit - Akral merah dan kering - Klien menanyakan penyakitnya pada perawat - Klien khawatir penyakit tidak dapat sembuh - Klien mengatakan bahwa penyakitnya ada hubungannya dengan kebiasaan konsumsi junkfood - Perokok aktif dan sering merokok klien sholat sambil berbaring di RS ● Eosinofil = 3,5 (di atas normal) ● Limfosit = 45.0 (di atas normal) ● Leukosit = 12.0 (di atas normal) ● pH darah = 7,3 (di bawah normal) ● PaO2 = 72 (di bawah normal) ● PaCO2 = 50 (di atas normal) ● Xray = pneumonia bilateral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
3. Ansietas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
3. Tingkat Ansietas Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Ansietas -
Article No. 95 | 18 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak dan kental berwarna hijau - Frekuensi napas 26x/menit - Auskultasi suara napas ronchi - Pasien tidak mampu memperagakan batuk efektif Pola napas tidak efektif - Frekuensi nadi 105x/menit - Akral merah dan kering - Klien menanyakan penyakitnya pada perawat - Klien khawatir penyakit tidak dapat sembuh - Klien mengatakan bahwa penyakitnya ada hubungannya dengan kebiasaan konsumsi junkfood - Perokok aktif dan sering merokok klien sholat sambil berbaring di RS ● Eosinofil = 3,5 (di atas normal) ● Limfosit = 45.0 (di atas normal) ● Leukosit = 12.0 (di atas normal) ● pH darah = 7,3 (di bawah normal) ● PaO2 = 72 (di bawah normal) ● PaCO2 = 50 (di atas normal) ● Xray = pneumonia bilateral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
b. Ansietas
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Jalan Napas Efektif
b. Tingkat Ansietas Terkendali
c. Status Nutrisi Seimbang
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Jalan Napas
b. Manajemen Ansietas
c. Manajemen Nutrisi
Penjelasan singkat:
1. Pasien mengalami gangguan pernapasan, ditandai dengan sesak napas, batuk berdahak kental berwarna hijau, suara napas ronchi, dan tidak mampu batuk efektif, s -
Article No. 96 | 18 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak dan kental berwarna hijau - Frekuensi napas 26x/menit - Auskultasi suara napas ronchi - Pasien tidak mampu memperagakan batuk efektif Pola napas tidak efektif - Frekuensi nadi 105x/menit - Akral merah dan kering - Klien menanyakan penyakitnya pada perawat - Klien khawatir penyakit tidak dapat sembuh - Klien mengatakan bahwa penyakitnya ada hubungannya dengan kebiasaan konsumsi junkfood - Perokok aktif dan sering merokok klien sholat sambil berbaring di RS ● Eosinofil = 3,5 (di atas normal) ● Limfosit = 45.0 (di atas normal) ● Leukosit = 12.0 (di atas normal) ● pH darah = 7,3 (di bawah normal) ● PaO2 = 72 (di bawah normal) ● PaCO2 = 50 (di atas normal) ● Xray = pneumonia bilateral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Ansietas
SLKI:
1. Tata Laksana Pernapasan
2. Manajemen Energi
3. Dukungan Emosional
SIKI:
1. Terapi Oksigen
2. Manajemen Batuk
3. Manajemen Kecemasan -
Article No. 97 | 18 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak dan kental berwarna hijau - Frekuensi napas 26x/menit - Auskultasi suara napas ronchi - Pasien tidak mampu memperagakan batuk efektif Pola napas tidak efektif - Frekuensi nadi 105x/menit - Akral merah dan kering - Klien menanyakan penyakitnya pada perawat - Klien khawatir penyakit tidak dapat sembuh - Klien mengatakan bahwa penyakitnya ada hubungannya dengan kebiasaan konsumsi junkfood - Perokok aktif dan sering merokok klien sholat sambil berbaring di RS ● Eosinofil = 3,5 (di atas normal) ● Limfosit = 45.0 (di atas normal) ● Leukosit = 12.0 (di atas normal) ● pH darah = 7,3 (di bawah normal) ● PaO2 = 72 (di bawah normal) ● PaCO2 = 50 (di atas normal) ● Xray = pneumonia bilateral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang digambarkan, berikut adalah diagnosis keperawatan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola napas tidak efektif
- Bersihan jalan napas tidak efektif
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perbaikan pola napas
- Pemeliharaan bersihan jalan napas
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen jalan napas
- Oksigenasi
- Edukasi kesehatan
Temuan klinis menunjukkan adanya pneumonia bilateral, disertai dengan sesak napas, batuk berdahak kental berwarna hijau, adanya ronchi, serta hasil laboratorium yang menunjukkan adanya peningkatan eosinofil, limfosit, dan leukosit, serta penurunan pH darah dan PaO2. Kondisi ini mengindikasikan Pola napas tidak efektif dan Bersihan jalan napas tidak efekt -
Article No. 98 | 18 Sep 2024
Klinis : Pada tahun 2021 pasien mengatakan dibawa ke panti gramesia oleh pamannya karena sering marah-marah dan mengamuk. Pada saat dikaji mendapatkan data pasien mengatakan merasa marah dan ingin memukul serta menjambak orang. Mata pasien tajam, tangan mengepal, pasien tampak kesal dan memukul perawat. Pasien mengatakan malas berkomunikasi dengan pasien lain dan hanya menyendiri di kamar pasien keluar hanya untuk mengambil makan dan kekamar mandi. Pasien mengatakan malu karena bercerai dengan suaminya dan kedua anaknya dibawa pergi oleh suaminya dan tidak di beri kesempatan untuk bertemu sehingga pasien merasa dirinya tidak berguna dan sering menyendiri. Pasien mengatakan keputusan diambil oleh pamannya. Pasien mengatakan sejak kecil tinggal dengan orang tuanya, setelah orang tuanya meninggal pasien diasuh oleh neneknya dan setelah neneknya meninggal pasien tinggal dengan pamannya. Pasien harus mengikuti semua yang diperintahkan oleh orangtuanya (pola asuh otoriter). Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengan pasien adalah ibunya. Tetapi setelah ibunya meninggal pasien paling dekat dengan pamannya. Pasien mengatakan selama di rumah tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar. Pasien mengatakan saat di rumah pasien malu untuk mengobrol dengan tetangganya. Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah sembuh, namun pada kenyataannya pasien belum sembuh. Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu. Penampilan pasien tampak kotor karena tidak mandi, bau badan, tidak ganti pakaian, cara berpakaian tidak sesuai. Saat diwawancarai pasien tidak menanggapi pertanyaan perawat hanya diam saja. Pasien hanya menjawab pertanyaan dengan singkat seperti menganggukkan atau menggelengkan kepala saja. Saat diwawancara pasien kooperatif tetapi kontak mata kurang. Pasien tampak berbincang sendirian seperti mengobrol dengan seseorang saat ditanya pasien mengatakan ada yang menyuruhnya pergi dan suara itu muncul 4 hari sekali saat setelah magrib dan pada saat sendirian, ketika suara itu muncul pasien mengikuti arahan dari suara tersebut, perasaan pasien saat mendengar suara tersebut kesal dan ingin marah sampai melampiaskan kepada orang lain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan:
SDKI:
1. Perilaku Kekerasan
2. Distorsi Persepsi Sensori: Halusinasi Auditorik
SLKI:
1. Perubahan Proses Pikir
2. Pengabaian Diri
SIKI:
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
2. Manajemen Halusinasi
Penjelasan singkat:
1. Perilaku Kekerasan dan Manajemen Perilaku Kekerasan: Pasien menunjukkan perilaku marah-marah, mengamuk, dan ingin memukul serta menjambak orang.
2. Distorsi Persepsi Sensori: Halusinasi Auditorik dan Manajemen Halusinasi: Pasien mengalami halusinasi auditorik dengan mendengar suara yang menyuruhnya pergi.
3. Perubahan Proses Pikir: Pasien menunjukkan pemikiran yang terganggu, seperti -
Article No. 99 | 18 Sep 2024
Klinis : gangguan presepsi sensori
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi "gangguan presepsi sensori", kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.1
- Deskripsi: Gangguan presepsi sensori
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 780.1
- Deskripsi: Gangguan persepsi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R40.1 mewakili "gangguan presepsi sensori", yang termasuk dalam kategori "gejala, tanda, dan temuan klinis yang tidak diklasifikasikan di tempat lain".
- Kode ICD-9-CM 780.1 mewakili "gangguan persepsi", yang termasuk dalam kategori "gejala, tanda, dan keadaan yang tidak jelas".
- Gangguan presepsi sensori dapat melibatkan perubahan dalam cara individu mempersepsikan atau menginterpretasikan stimuli sensorik, seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, r -
Article No. 100 | 18 Sep 2024
Klinis : gangguan presepsi sensori
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi gangguan persepsi sensorik:
SDKI: Gangguan Persepsi Sensorik
SLKI: Tingkat Persepsi Sensorik Terganggu
SIKI: Manajemen Gangguan Persepsi Sensorik -
Article No. 7 | 17 Sep 2024
Klinis : Subyektif luka di kedua kaki; RPS: badan lemes 2 hari, ada luka di kedua kaki sejak dulu. tidak mau makan. sudah periksa ke dr. Utchu, saran amputasi; RPD: DM tidak terkontrol, HT; RPK: -; RPO: Apidra 3x6 iu/SC Lantus 1x12 iu/SC Lisinopril 5mg 0-1 Obyektif Kepala=Normal; Mata: Normal; Gigi: Normal; Leher: Normal; Thorak: Normal; Abdomen: Normal; Genital: Tidak Diperiksa; Ekstremitas: Abnormal; Ket.Fisik: Pedis dextra dan sinistra : luka baik , granulasi positif , terdapat jaringan nekrotik , ujung jari 1 pedis (S) nekrose ( hitam ); Ket.Lokalis: ; EKG: sinus rhytm; RAD.: -; Lab.: DL cr ur GDA 454 Assesment DM Hiperglikemi, Diabetic Foot
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus kaki diabetes
Penjelasan:
- Pasien memiliki riwayat diabetes melitus (DM) yang tidak terkontrol dan mengalami luka di kedua kaki.
- Adanya luka di kaki dengan gambaran granulasi positif, jaringan nekrotik, dan nekrosis pada ujung jari kaki menunjukkan komplikasi ulkus kaki diabetes.
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Penjelasan:
- Pasien juga memiliki riwayat hipertensi (HT) berdasarkan riwayat pengobatan dengan lisinopril.
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 84.11
- Deskripsi: Amputasi jari kaki
Penjelasan:
- Dokter sebelumnya menyarankan untuk dilakukan amputasi pada jari kaki yang mengalami nekrosis.
- Meskipun belum dilakukan, amputasi jari kaki merupakan tindakan yang mungkin dipertimbangkan untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Catatan tambahan:
- Pasien juga mengalami hiperglikemia dengan kadar gula darah acak (GDA) sebesar 454 mg/dL, yang menunjukkan kontrol diabetes yang buruk.
- Pengobatan yang sedang dijalani oleh pasien meliputi Apidra (insulin kerja cepat) 3 kali sehari dengan dosis 6