Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2125 | 12 Oct 2024
Klinis : gangguan mobilitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan mobilitas.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas muskuloskeletal.
- Karakteristik utama: Keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara mandiri di lingkungan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Klien mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
- Luaran Keperawatan: Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS), Fungsi Mobilitas, dan Kemampuan Pergerakan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Perawatan Mobilitas: Membantu klien untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mobilitas yang optimal.
b. Terapi Latihan: Memfasilitasi pemulihan atau peningkatan fungsi fisik dan mobilitas.
c. Manajemen Lingkungan: Memodifikasi lingkungan untuk memfasilitasi mobilitas yang optimal.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas klien, seperti kondisi fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian, saya akan menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dan merumuskan rencana intervensi yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas klien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga akan menjadi penting dalam memberikan perawatan yang holistik dan komprehensif. -
Article No. 2126 | 12 Oct 2024
Klinis : Miokarditis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis Miokarditis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I40
- Deskripsi: Miokarditis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 37.21
- Deskripsi: Biopsi miokard
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I40 (Miokarditis akut) adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi miokarditis. Miokarditis adalah peradangan otot jantung (miokard) yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, reaksi autoimun, atau paparan toksin.
2. Terkait dengan prosedur medis, kode ICD-9-CM 37.21 (Biopsi miokard) dapat digunakan jika diperlukan pengambilan sampel jaringan miokard untuk pemeriksaan lebih lanjut, misalnya untuk membantu menegakkan diagnosis atau menilai derajat keparahan miokarditis.
Penggunaan kode-kode ini dapat membantu dalam dokumentasi medis yang akurat dan memfasilitasi proses pengkodean, penagihan, serta analisis epidemiologis terkait kondisi miokarditis. -
Article No. 2127 | 12 Oct 2024
Klinis : Miokarditis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat senior, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi miokarditis berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan aliran darah ke jantung yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan mengembangkan rencana perawatan yang sesuai. Untuk kondisi miokarditis, SDKI yang relevan adalah:
- Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
- Intoleransi Aktivitas
- Nyeri Akut
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang mendeskripsikan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk kondisi miokarditis, luaran yang diharapkan adalah:
- Perfusi Jaringan Kardiak Membaik
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Nyeri Terkontrol
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang mendeskripsikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Untuk kondisi miokarditis, intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen aktivitas
- Manajemen nyeri
- Pemberian obat-obatan sesuai resep
- Edukasi dan konseling pasien
Dengan menerapkan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan miokarditis. -
Article No. 2128 | 12 Oct 2024
Klinis : Miokarditis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi miokarditis.
Diagnosa Keperawatan:
Miokarditis dapat mengakibatkan beberapa diagnosa keperawatan, di antaranya:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (SDKI)
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
3. Kelelahan (SDKI)
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (SDKI)
- Definisi: Ketidakcukupan suplai oksigen ke jaringan jantung.
- Penyebab: Inflamasi pada miokardium yang mengganggu fungsi pompa jantung.
- Gejala: Nyeri dada, sesak napas, edema, dan palpitasi.
- SLKI: Pemulihan perfusi jaringan jantung, Stabilitas hemodinamik, Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung.
- SIKI: Manajemen aktifitas, Terapi oksigen, Pemantauan tanda-tanda vital.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Kelemahan otot jantung akibat inflamasi.
- Gejala: Kelelahan, sesak napas, dan penurunan toleransi aktivitas.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, Peningkatan kemampuan fungsional.
- SIKI: Manajemen aktivitas, Terapi relaksasi, Edukasi manajemen energi.
3. Kelelahan (SDKI)
- Definisi: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan ketidakmampuan yang berkelanjutan untuk mempertahankan tingkat aktivitas.
- Penyebab: Inflamasi miokardium yang menyebabkan penurunan fungsi kardiovaskuler.
- Gejala: Mudah lelah, lemah, dan penurunan konsentrasi.
- SLKI: Peningkatan energi, Penurunan kelelahan.
- SIKI: Manajemen aktivitas, Terapi oksigen, Edukasi manajemen energi.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan miokarditis. -
Article No. 2130 | 12 Oct 2024
Klinis : Kurang volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Kurang Volume Cairan".
Diagnosa Keperawatan:
1. Kurang Volume Cairan (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kurang Volume Cairan didefinisikan sebagai kekurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan cairan yang tidak adekuat, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan mekanisme regulasi cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan Kurang Volume Cairan antara lain: Cairan tubuh membaik, Elektrolit dalam batas normal, Tanda-tanda vital stabil, Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan Pasien merasa lebih nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kurang Volume Cairan meliputi: Pemantauan status cairan, Pemberian cairan intravena atau oral, Pengaturan asupan dan keluaran cairan, Edukasi terkait kebutuhan cairan, dan Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab utama.
Dengan pendekatan holistik dan berpusat pada pasien, perawat dapat membantu mengatasi Kurang Volume Cairan secara komprehensif sesuai standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 2131 | 12 Oct 2024
Klinis : a. Kebersihan genetalia: Bersih b. Sekret: Tidak c. Ulkus: Tidak d. Kebersihan meatus uretra: Bersih e. Keluhan kencing: Ada Bila ada, jelaskan: saat berkemih terasa panas terbakar f. Kemampuan berkemih: Spontan g. Produksi urine : Warna : kunng keruh Bau : normal h. Kandung kemih: Membesar tidak Nyeri tekan ya i. Intake cairan oral : 600 , parenteral: 500 j. Balance cairan: +100mL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin Fungsional
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Inkontinensia urin fungsional didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kondisi fisik atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan untuk inkontinensia urin fungsional adalah kemampuan pasien untuk mengontrol buang air kecil, tidak ada keluhan saat berkemih, tidak ada infeksi saluran kemih, dan mempertahankan kebersihan perineum.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urin fungsional antara lain: manajemen pola berkemih, latihan otot dasar panggul, edukasi toilet training, monitor intake dan output cairan, dan perawatan kulit dan perineum.
Penjelasan Kondisi:
a. Kebersihan genetalia: Bersih
b. Sekret: Tidak
c. Ulkus: Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih
e. Keluhan kencing: Ada, terasa panas terbakar saat berkemih
f. Kemampuan berkemih: Spontan
g. Produksi urine: Warna kuning keruh, bau normal
h. Kandung kemih: Membesar, nyeri tekan
i. Intake cairan oral: 600 mL, parenteral: 500 mL
j. Balance cairan: +100 mL
Berdasarkan informasi di atas, pasien mengalami inkontinensia urin fungsional yang ditandai dengan keluhan terasa panas terbakar saat berkemih, produksi urine yang abnormal, dan pembesaran kandung kemih dengan nyeri tekan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen pola berkemih, latihan otot dasar panggul, edukasi toilet training, monitor intake dan output cairan, serta perawatan kulit dan perineum. -
Article No. 2132 | 12 Oct 2024
Klinis : Pengkajian A. Data Inti 1. Riwayat perkembangan komunitas • PT.BAHAGIA HIDUP adalah perusahaan ekspor ikan hidup • Berlokasi di Desa Terapung Indah • Luas bangunan pabrik: 171 Ha • Terletak di tepi jalan raya (akses utama desa) • Memiliki beberapa ruangan sektor untuk berbagai pekerjaan industri 2. Data demografi • - Jumlah pekerja: 10 orang • Etnis: 7 orang Bugis (70%), 3 orang Bajo (30%) • Asal: 7 orang dari Desa Tapulaga (70%), 3 orang dari Desa Leppe (30%) 3. Vital statistik Tekanan Darah • < 110/70 mmHg: 2 orang (20%) • 110/70-130/90 mmHg: 7 orang (70%) • > 130/90 mmHg: 1 orang (10%) Nadi • • 60-80x/menit: 2 orang (20%) • • 80-100x/menit: 8 orang (80%) Pernapasan • • 16-24x/menit: 6 orang (60%) • • > 24x/menit: 4 orang (40%) Suhu tubuh • • 36,5°C-37°C: 10 orang (100%) 4. Nilai dan kepercayaan • Pekerja menganggap semua rekan kerja sebagai saudara • Saling membantu dan memberikan dukungan saat ada masalah • Tidak pernah terjadi pertengkaran atau perselisihan antar pekerja 5. Status Kesehatan Komunitas Keluhan saat ini • Batuk-batuk: 4 orang (40%) • Pusing: 3 orang (30%) • Tidak ada keluhan: 3 orang (30%) Kejadian penyakit (1 tahun terakhir): • ISPA: 2 orang (20%) • PPOK: 1 orang (10%) • Diare: 1 orang (10%) • Batuk: 4 orang (40%) • Demam: 1 orang (10%) • Tidak ada keluhan: 1 orang (10%) 6. Pola Pemenuhan Kebutuhan • Nutrisi: Makan siang rutin pukul 13.00 WIB di kantin pabrik • Cairan: Pekerja membawa minuman sendiri dari rumah • Istirahat: Tidur malam hari setelah pulang kerja (jam kerja 08.00-17.00) • Eliminasi: 50% pekerja pernah mengalami "anyang-anyangan" • Aktivitas: 100% pekerja mengeluh pegal di leher dan punggung • Kebersihan diri: 70% tidak mencuci tangan setelah bekerja 7. Pemanfatan Fasilitas Kesehatan • Memeriksakan kesehatan rutin: 1 orang (10%) • Memeriksakan kesehatan saat sakit: 2 orang (20%) • Belum pernah ke klinik: 7 orang (70%) 8. Pola pencegahan Penyakit • Tidak menggunakan masker saat bekerja: 100% • Tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja: 100% B. Sub Sistem 1. Lingkungan fisik • Luas bangunan: 20x10 meter • Bentuk: Ruangan luas dengan meja-meja untuk pelintingan dan pengepakan • Fasilitas: 2 kamar mandi di dalam • Jenis bangunan: Semi permanen • Atap: Seng aluminium • Dinding: Papan • Lantai: Semen/plesteran • Ventilasi: 5 jendela kecil di atas tembok sisi bangunan • Penerangan: Pintu ruangan kecil dan lampu neon saat sore • Kebersihan: Kurang rapi dan agak kotor,Kondisi kamar mandi: Kurang bersih dan jumlah terbatas 2. Pelayanan kesehatan dan sosial • Tidak ada klinik kesehatan di perusahaan • PUSTU (Puskesmas Pembantu) terdekat: • 1 perawat • 2 kamar tidur • Obat-obatan cukup lengkap 3. Ekonomi • Penghasilan pekerja: 1-1,5 juta rupiah • Penghasilan pengawas: 1,5-2 juta rupiah 4. Keamanan dan transportasi • Sistem keamanan: Tidak cukup baik • Penanggulangan kebakaran Tidak ada alat pemadam kebakaran manual di ruangan produksi Tidak memiliki unit mobil pemadam kebakaran Tidak bekerjasama dengan dinas pemadam kebakaran kota • Penanggulangan polusi: Tidak ada • Perusahaan milik swasta- Pemilik: Tn. HK 5. Politik dan pemerintahan • Perusahaan milik swasta • Pemilik: Tn. HK 6. Komunikasi • Alat komunikasi: Sebagian besar menggunakan telepon genggam (HP) • Bahasa: Mayoritas bahasa Bugis, sebagian kecil bahasa Bajo 7. Pendidikan • Tingkat pendidikan pekerja: Tamat SD: 3 orang Tamat SMP: 4 orang Tamat SMA: 3 orang • Pengetahuan tentang keselamatan kerja: Tidak mengetahui: 7 orang (70%) Mengetahui: 3 orang (30%) 8. Rekreasi • Tidak ada hari libur • Rekreasi bersama di akhir tahun (secara bergiliran) C. Presepsi • Lingkungan kerja fisik di PT. Bahagia Hidup kurang ideal, dengan bangunan semi permanen yang memiliki ventilasi dan pencahayaan terbatas, serta kebersihan yang kurang terjaga. • Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja sangat minim, ditandai dengan tidak adanya sistem penanggulangan kebakaran, penanganan polusi udara, dan klinik kesehatan di tempat kerja. • Kondisi kerja cenderung kurang memperhatikan kesejahteraan pekerja, tercermin dari upah yang relatif rendah, tidak adanya hari libur reguler, dan rendahnya pemahaman pekerja tentang standar keselamatan kerja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit
2. Risiko Cedera
3. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas
4. Risiko Kelelahan
5. Risiko Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit
SDKI: Kemungkinan terjadinya kerusakan pada lapisan kulit dan lapisan di bawahnya.
SLKI: Pemantauan kondisi kulit, Perawatan kulit, Edukasi pekerja tentang hygiene kulit.
SIKI: Intervensi untuk mencegah dan mengatasi kerusakan kulit akibat lingkungan kerja yang kurang ideal.
2. Risiko Cedera
SDKI: Kemungkinan terjadinya kerusakan fisik pada tubuh yang dapat mengakibatkan cacat, disfungsi, atau kematian.
SLKI: Pemantauan risiko cedera, Pelatihan keselamatan kerja, Penyediaan alat pelindung diri.
SIKI: Intervensi untuk mencegah dan menangani cedera akibat lingkungan kerja yang tidak aman.
3. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas
SDKI: Kemungkinan terjadinya perubahan dalam frekuensi, kedalaman, dan/atau pola pernapasan yang dapat mengganggu oksigenasi.
SLKI: Pemantauan fungsi pernapasan, Edukasi tentang higiene pernapasan, Pengaturan lingkungan kerja.
SIKI: Intervensi untuk mencegah dan menangani gangguan pola napas akibat paparan bahan berbahaya di tempat kerja.
4. Risiko Kelelahan
SDKI: Kemungkinan terjadinya perasaan lelah fisik dan mental yang dapat mengurangi kemampuan untuk beraktivitas.
SLKI: Pemantauan tanda-tanda kelelahan, Pengaturan jam kerja dan istirahat, Edukasi manajemen kelelahan.
SIKI: Intervensi untuk mencegah dan mengatasi kelelahan akibat beban kerja yang berlebihan.
5. Risiko Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
SDKI: Kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit.
SLKI: Skrining kesehatan, Edukasi pemeliharaan kesehatan, Fasilitasi akses ke pelayanan kesehatan.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan dan pemanfaatan layanan kesehatan. -
Article No. 2133 | 12 Oct 2024
Klinis : a. Kebersihan genetalia: Bersih b. Sekret: Tidak c. Ulkus: Tidak d. Kebersihan meatus uretra: Bersih e. Keluhan kencing: Ada, terasa panas terbakar saat berkemih f. Kemampuan berkemih: Spontan g. Produksi urine: Warna kuning keruh, bau normal h. Kandung kemih: Membesar, nyeri tekan i. Nyeri tekan pinggang sebelah kiri saat di perkusi dan palpasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut
Penjelasan:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien akan melaporkan nyeri terkontrol, mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan penurunan rasa nyeri, dan mempertahankan fungsi fisiologis yang optimal.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, kompres hangat, dan pemberian analgesik sesuai dengan resep dokter.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu keluhan kencing terasa panas terbakar saat berkemih, serta adanya nyeri tekan pada pinggang sebelah kiri, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami nyeri akut. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi pada saluran kemih atau kelainan pada kandung kemih. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri akut" dengan tujuan mengatasi nyeri yang dirasakan pasien dan mempertahankan fungsi fisiologis yang optimal. -
Article No. 2135 | 12 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Sekresi yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas.
- Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan energi.
- Penyebab: Malnutrisi, penurunan fungsi kardiovaskular dan pernapasan.
- Gejala: Kelelahan, kehilangan nafsu makan.
3. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Penyebab: Proses inflamasi atau infeksi.
- Gejala: Demam.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi deskripsi hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien/klien setelah mendapatkan intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, sehingga dapat meningkatkan outcome pasien. -
Article No. 2017 | 12 Oct 2024
Klinis : Soft Tissue Tumor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Soft Tissue Tumor.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Jaringan Lunak berhubungan dengan pertumbuhan tumor.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Gangguan Integritas Jaringan Lunak didefinisikan sebagai kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan lunak, seperti kulit, otot, tendon, dan ligamen. Pada kasus Soft Tissue Tumor, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perubahan bentuk, ukuran, dan tekstur jaringan lunak, serta dapat menimbulkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam kasus ini adalah Integritas Jaringan Lunak Membaik, yang ditandai dengan perubahan struktur dan fungsi jaringan lunak ke arah yang lebih baik, seperti ukuran tumor yang berkurang, berkurangnya rasa nyeri, dan peningkatan mobilitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Perawatan Luka: Mempertahankan kebersihan dan kelembapan area lesi, serta mencegah infeksi.
2. Manajemen Nyeri: Pemberian analgesik, terapi dingin/hangat, dan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Terapi Nutrisi: Memastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk mendukung penyembuhan.
4. Edukasi dan Konseling: Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis, dan rencana perawatan yang sesuai.
5. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas sesuai dengan toleransi.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan Soft Tissue Tumor dapat mencapai luaran keperawatan yang optimal.