Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 360 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien perempunan berusia 28 tahuan dirawat dengan keluhan pusing, sesak napas, mudah lelah, dan beberapa kali sering pingsan tiba tiba. Hasil pengkajian TD: 110/70 mmHg, Nadi 92x/m dengan irama yang tidak teratur, terdapat edema diextermitas bawah. Hasil pemeriksaan EKG terlihat irama jantung tidak stabil. Bunyi jantung terdengar murmue sistolik di area parasternal kiri, saturasi 90% room air. Pasien didiagnosa penyakit jantung karena adanya defek septum atrial (ASD). Apakah masalah keperawatan pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini didiagnosis dengan defek septum atrial (ASD). Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I51.0
- Deskripsi: Defek septum atrial
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 35.5
- Deskripsi: Reparasi septum atrial
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien ini adalah:
1. Gangguan pertukaran gas: Pasien mengalami sesak napas dan saturasi oksigen yang rendah (90% room air), yang dapat disebabkan oleh adanya defek septum atrial yang menyebabkan aliran darah yang tidak normal antara atrium kanan dan kiri.
2. Penurunan curah jantung: Pasien mengalami gejala seperti pusing, mudah lelah, dan sering pingsan tiba-tiba, yang dapat disebabkan oleh gangguan kontraktilitas jantung akibat defek septum atrial.
3. Aritmia: Pasien memiliki irama jantung yang tidak teratur, yang dapat disebabkan oleh defek septum atrial yang memengaruhi aliran darah dan kontraksi jantung.
4. Intoleransi aktivitas: Gejala seperti mudah lelah dapat disebabkan oleh penurunan curah jantung dan gangguan pertukaran gas, sehingga dapat memengaruhi kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Risiko cedera: Pasien sering mengalami pingsan tiba-tiba, yang dapat meningkatkan risiko cedera.
Penatalaksanaan keperawatan yang diperlukan pada pasien ini dapat mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, manajemen aritmia, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan cedera akibat pingsan. -
Article No. 361 | 22 Sep 2024
Klinis : Setelah beberapa hari dirawat, pasien masih menunjukkan penolakan untuk mengikuti anjuran medis terkait pengobatan penyakit paru-parunya. Pasien tidak mau menjalani terapi pernapasan yang dianjurkan oleh tim medis, meskipun dijelaskan tentang pentingnya untuk memperbaiki fungsi paru-parunya. Pasien juga menolak menggunakan inhaler yang diresepkan dan merasa bahwa terapi tersebut tidak akan membantu. Ketika diberikan edukasi tentang perilaku sehat, seperti berhenti merokok dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah infeksi berulang, pasien tampak acuh tak acuh dan menyatakan bahwa masalah kesehatannya akan hilang dengan sendirinya. Pasien juga tidak menunjukkan tanda-tanda perilaku adaptif terhadap situasi kesehatannya. Ia lebih memilih mengabaikan nasihat medis dan bergantung pada pengobatan alternatif yang tidak terbukti secara medis. Keluarga pasien telah berusaha memberikan dukungan, namun pasien sering kali menolak bantuan dan merasa dirinya mampu menangani kondisinya sendiri tanpa perawatan profesional. Dalam beberapa kesempatan, pasien bahkan menyatakan bahwa dirinya tidak perlu bantuan tambahan karena tidak merasa ada masalah yang signifikan. Berdasarkan perilaku tersebut, pasien menunjukkan tanda-tanda **Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif**, ditandai dengan kurangnya pemahaman tentang perilaku sehat, ketidakmampuan menjalankan perilaku adaptif, dan kurangnya minat untuk meningkatkan kesehatan. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh penolakan pasien terhadap kondisi kesehatannya serta ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap situasinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin relevan beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
SDKI: Perilaku individu yang tidak konsisten dalam mempertahankan, memulihkan, atau meningkatkan kesehatan.
2. Penjelasan Singkat:
SLKI:
- Kontrol Kesehatan: Kemampuan individu untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
- Perilaku Sehat: Tindakan individu untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
- Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan: Keterlibatan aktif individu dalam perawatan kesehatannya.
SIKI:
- Manajemen Kesehatan: Intervensi untuk membantu individu dalam meningkatkan, mempertahankan, atau memulihkan status kesehatan.
- Edukasi Kesehatan: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dalam mengelola kesehatan.
- Dukungan Pengambilan Keputusan: Intervensi untuk memfasilitasi individu dalam membuat keputusan terkait perawatan kesehatan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif" menggambarkan kondisi pasien yang tidak konsisten dalam mempertahankan, memulihkan, atau meningkatkan kesehatan. Hal ini ditunjukkan melalui perilaku pasien yang menolak mengikuti anjuran medis, tidak mau menjalani terapi pernapasan, menolak menggunakan inhaler, serta acuh tak acuh terhadap edukasi tentang perilaku sehat. Pasien juga tidak menunjukkan tanda-tanda perilaku adaptif terhadap situasi kesehatannya dan lebih memilih mengabaikan nasihat medis.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen Kesehatan: Membantu pasien dalam meningkatkan, mempertahankan, atau memulihkan status kesehatan.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola kesehatan.
3. Dukungan Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi pasien dalam membuat keputusan terkait perawatan kesehatannya.
Tujuan intervensi adalah untuk membantu pasien meningkatkan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga dapat mengatasi perilaku penolakan terhadap perawatan medis. -
Article No. 362 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien perempunan berusia 28 tahuan dirawat dengan keluhan pusing, sesak napas, mudah lelah, dan beberapa kali sering pingsan tiba tiba. Hasil pengkajian TD: 110/70 mmHg, Nadi 92x/m dengan irama yang tidak teratur, terdapat edema diextermitas bawah. Hasil pemeriksaan EKG terlihat irama jantung tidak stabil. Bunyi jantung terdengar murmue sistolik di area parasternal kiri, saturasi 90% room air. Pasien didiagnosa penyakit jantung karena adanya defek septum atrial (ASD). Apakah masalah keperawatan pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah beberapa masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi:
1. Penurunan curah jantung (Diminished Cardiac Output)
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Gejala: Pusing, sesak napas, mudah lelah, edema, irama jantung tidak teratur, bunyi jantung tidak normal (murmur).
2. Ketidakefektifan pola napas (Ineffective Breathing Pattern)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
Gejala: Sesak napas, saturasi oksigen di bawah normal.
3. Intoleransi aktivitas (Activity Intolerance)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Gejala: Mudah lelah, pusing.
4. Risiko perfusi jaringan tidak efektif (Risk for Ineffective Tissue Perfusion)
Definisi: Berisiko mengalami pengurangan sirkulasi darah ke suatu bagian tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.
Gejala: Edema di ekstremitas bawah, gangguan irama jantung.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi daftar diagnosis keperawatan yang telah diakui dan diterima secara nasional.
- Memudahkan perawat dalam mengidentifikasi dan menegakkan diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi daftar luaran (hasil) yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Membantu perawat dalam merumuskan tujuan dan kriteria evaluasi asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi daftar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Memandu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat. -
Article No. 363 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien 54 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala, terasa berat di tengkuk, badan lemas, sulit tidur, mata berkunang-kunang TD: 185/110 mmHg, N : 95x/menit Berdasarkan kasus diatas, apakah masalah keperawatan prioritas yang dapat ditegakkan pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, maka masalah keperawatan prioritas yang dapat ditegakkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan:
Hipertensi Akut
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang terjadi secara mendadak.
- Karakteristik Utama: Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tekanan darah dalam batas normal.
- Indikator Hasil: Tekanan darah sistolik 120-130 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-85 mmHg.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pemberian obat antihipertensi sesuai dengan resep dokter.
3. Edukasi tentang diet rendah garam, aktivitas fisik, dan manajemen stres.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
Berdasarkan kasus di atas, masalah keperawatan prioritas yang dapat ditegakkan adalah Hipertensi Akut, yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah secara mendadak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi, edukasi tentang gaya hidup sehat, serta kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi. -
Article No. 364 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien 54 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala, terasa berat di tengkuk, badan lemas, sulit tidur, mata berkunang-kunang TD: 185/110 mmHg, N : 95x/menit Berdasarkan kasus diatas, apakah masalah keperawatan prioritas yang dapat ditegakkan pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.1
- Deskripsi: Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 401.9
- Deskripsi: Unspecified essential hypertension
Berdasarkan kasus di atas, masalah keperawatan prioritas yang dapat ditegakkan pada pasien tersebut adalah:
Masalah Keperawatan Prioritas: Risiko Tinggi Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Penjelasan:
- Pasien mengalami keluhan nyeri kepala yang terasa berat di tengkuk, badan lemas, sulit tidur, dan mata berkunang-kunang. Gejala-gejala ini menunjukkan kemungkinan adanya ketidakefektifan perfusi jaringan serebral akibat peningkatan tekanan darah (hipertensi).
- Tekanan darah pasien tinggi, yaitu 185/110 mmHg, yang mengindikasikan hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan perubahan aliran darah dan penurunan oksigenasi ke otak, sehingga berisiko menimbulkan masalah pada perfusi jaringan otak.
- Masalah keperawatan ini perlu ditangani dengan segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti stroke atau kerusakan organ target.
Oleh karena itu, masalah keperawatan prioritas yang dapat ditegakkan pada pasien ini adalah Risiko Tinggi Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. -
Article No. 365 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang wanita usia 30 tahun dirawat di ruang penyakait dalam dengan diagnosis CHF. Hasil pengkajian, pasien mengeluh fatigue, sesak nafas, tidur dengan minimal 2 bantal, sering terbangun dimalam hari karena tiba-tiba sesak, distensi vena jugularis, edema esktemitas. Manakah yang merupakan tanda gagal jantung kanan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kasus seorang wanita usia 30 tahun dengan diagnosa CHF (Congestive Heart Failure) yang dirawat di ruang penyakit dalam, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung pada gagal jantung
SDKI:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer: suatu keadaan di mana individu mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Tanda dan gejala: edema ekstremitas, distensi vena jugularis, perubahan warna kulit, pulsasi perifer yang lemah.
SLKI:
- Perfusi jaringan perifer: Suatu keadaan di mana individu menunjukkan sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan perifer.
SIKI:
- Manajemen perubahan perfusi
- Manajemen edema
- Manajemen aktivitas
Tanda gagal jantung kanan pada kasus ini adalah:
- Distensi vena jugularis
- Edema ekstremitas
Distensi vena jugularis dan edema ekstremitas merupakan tanda-tanda gagal jantung kanan, di mana aliran darah dari vena ke jantung kanan terganggu sehingga menyebabkan penumpukan darah di pembuluh darah vena. -
Article No. 366 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 56 tahun memiliki riwayat hipertensi dirawat dengan keluhan nyeri kepala. Hasil pemeriksaan fisik TD: 180/110 mmg, Nadi : 110x/m, Suhu: 36,2°C. Hasil lab menunjukkan Na: 155 mmol/L dan Kalium : 4,2 mmol/L. Apakah penyebab dari hipertensi pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan berusia 56 tahun dengan riwayat hipertensi yang sedang dirawat dengan keluhan nyeri kepala. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 110 x/menit, dan suhu 36,2°C. Hasil laboratorium menunjukkan kadar natrium 155 mmol/L dan kalium 4,2 mmol/L.
Diagnosa Keperawatan:
1. Peningkatan Tekanan Darah Terkait Perubahan Profil Elektrolit (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Tekanan Darah Terkait Perubahan Profil Elektrolit adalah kondisi peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh perubahan kadar elektrolit dalam cairan tubuh, seperti peningkatan natrium atau penurunan kalium.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tekanan Darah Terkendali
2. Kadar Elektrolit dalam Batas Normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Kadar Elektrolit
3. Manajemen Regimen Terapeutik: Hipertensi
4. Edukasi Perawatan Hipertensi
Penyebab Hipertensi pada Pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, penyebab hipertensi pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan profil elektrolit, terutama peningkatan kadar natrium (155 mmol/L). Peningkatan kadar natrium dapat menyebabkan retensi cairan dan volume plasma yang berlebih, sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah. -
Article No. 367 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan pusing dan kepala terasa berat. Tekanan Darah 180/80 mmHg, nadi 90 x/menit, tidak ada pembesaran jantung. Salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
Diagnosis Keperawatan:
1. Peningkatan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
- Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, gaya hidup (diet tinggi natrium, kurang aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol berlebihan), dan penyakit penyerta (diabetes, penyakit ginjal, dll).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan pada kasus hipertensi adalah Tekanan Darah Terkendali, di mana tekanan darah sistolik berada dalam kisaran normal (< 140 mmHg) dan tekanan darah diastolik berada dalam kisaran normal (< 90 mmHg).
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Hipertensi, yang terdiri dari pemberian obat antihipertensi, modifikasi gaya hidup (diet rendah natrium, aktivitas fisik, manajemen stres), dan pemantauan tekanan darah.
Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi pada kasus ini adalah riwayat keluarga. Faktor genetik dan keturunan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hipertensi. -
Article No. 368 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki (52 tahun) dirawat di bangsal jantung hari ke-4 dengan CHF. Hasil pengkajian: Pasien mengeluh kaki bengkak dan napas terasa sesak jika beraktivitas. Pasien tampak lemah, JVP 10 cm, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 60x/menit, frekuensi napas 24x/menit dan suhu 37C. Apakah masalah keperawatan yang tepat?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru dan penurunan curah jantung sekunder akibat Congestive Heart Failure (CHF).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Pola Napas: Tidak dapat mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Efektif: Kemampuan mempertahankan irama, kedalaman, dan frekuensi napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk mempertahankan dan memfasilitasi ventilasi yang efektif.
- Manajemen Perfusi Jaringan: Tindakan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang memadai ke seluruh jaringan.
- Manajemen Edema: Tindakan untuk mengurangi akumulasi cairan di dalam jaringan.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan CHF mengalami penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, menyebabkan edema paru dan penurunan oksigenasi. Hal ini mengakibatkan pasien merasakan sesak napas saat beraktivitas. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Ketidakefektifan Pola Napas yang berhubungan dengan edema paru dan penurunan curah jantung sekunder akibat CHF. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen jalan napas, manajemen perfusi jaringan, dan manajemen edema untuk mengatasi masalah napas pasien. -
Article No. 369 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 61 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis PPOK. Pasien mengelh sesak, batuk berdahak sulit dikeluarkan dan cepat lelah saat beraktifitas. Riwayat penurunan BB 6 kg dalam waktu 1 bulan. Riwayat merokok selama 20 tahun (habis 4 bungkus dalam sehari). Hasil pengkajian: konjungtiva anemis, terdengar ronkhi di basal. paru kanan. TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas: 36x/menit, Suhu 38,2°C. Hasil AGD, : pH 7,36, pOz 80 mmHg, pCO2 38 mmHg, HCO3 26 mmol. Apakah masalah keperawatan pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Ketidakmampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Kelebihan Volume Cairan: Kelebihan cairan yang ditandai dengan perubahan tanda-tanda vital dan gejala klinis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien mampu mempertahankan kebersihan jalan napas yang efektif.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa kendala.
- Kelebihan Volume Cairan: Pasien tidak mengalami tanda-tanda kelebihan cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen oksigen.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen aktivitas dan manajemen energi.
- Kelebihan Volume Cairan: Manajemen cairan, terapi nutrisi, dan manajemen obat.
Berdasarkan kasus di atas, pasien mengalami sesak napas, batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, cepat lelah saat beraktivitas, dan adanya riwayat penurunan berat badan. Temuan klinis juga menunjukkan adanya ronki di basal paru kanan, tanda-tanda infeksi (suhu tinggi), dan gangguan pertukaran gas (pH normal, pO2 rendah, pCO2 normal). Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Kelebihan Volume Cairan.