Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 365 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang wanita usia 30 tahun dirawat di ruang penyakait dalam dengan diagnosis CHF. Hasil pengkajian, pasien mengeluh fatigue, sesak nafas, tidur dengan minimal 2 bantal, sering terbangun dimalam hari karena tiba-tiba sesak, distensi vena jugularis, edema esktemitas. Manakah yang merupakan tanda gagal jantung kanan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kasus seorang wanita usia 30 tahun dengan diagnosa CHF (Congestive Heart Failure) yang dirawat di ruang penyakit dalam, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung pada gagal jantung
SDKI:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer: suatu keadaan di mana individu mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Tanda dan gejala: edema ekstremitas, distensi vena jugularis, perubahan warna kulit, pulsasi perifer yang lemah.
SLKI:
- Perfusi jaringan perifer: Suatu keadaan di mana individu menunjukkan sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan perifer.
SIKI:
- Manajemen perubahan perfusi
- Manajemen edema
- Manajemen aktivitas
Tanda gagal jantung kanan pada kasus ini adalah:
- Distensi vena jugularis
- Edema ekstremitas
Distensi vena jugularis dan edema ekstremitas merupakan tanda-tanda gagal jantung kanan, di mana aliran darah dari vena ke jantung kanan terganggu sehingga menyebabkan penumpukan darah di pembuluh darah vena. -
Article No. 366 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 56 tahun memiliki riwayat hipertensi dirawat dengan keluhan nyeri kepala. Hasil pemeriksaan fisik TD: 180/110 mmg, Nadi : 110x/m, Suhu: 36,2°C. Hasil lab menunjukkan Na: 155 mmol/L dan Kalium : 4,2 mmol/L. Apakah penyebab dari hipertensi pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan berusia 56 tahun dengan riwayat hipertensi yang sedang dirawat dengan keluhan nyeri kepala. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 110 x/menit, dan suhu 36,2°C. Hasil laboratorium menunjukkan kadar natrium 155 mmol/L dan kalium 4,2 mmol/L.
Diagnosa Keperawatan:
1. Peningkatan Tekanan Darah Terkait Perubahan Profil Elektrolit (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Tekanan Darah Terkait Perubahan Profil Elektrolit adalah kondisi peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh perubahan kadar elektrolit dalam cairan tubuh, seperti peningkatan natrium atau penurunan kalium.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tekanan Darah Terkendali
2. Kadar Elektrolit dalam Batas Normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Kadar Elektrolit
3. Manajemen Regimen Terapeutik: Hipertensi
4. Edukasi Perawatan Hipertensi
Penyebab Hipertensi pada Pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, penyebab hipertensi pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan profil elektrolit, terutama peningkatan kadar natrium (155 mmol/L). Peningkatan kadar natrium dapat menyebabkan retensi cairan dan volume plasma yang berlebih, sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah. -
Article No. 367 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan pusing dan kepala terasa berat. Tekanan Darah 180/80 mmHg, nadi 90 x/menit, tidak ada pembesaran jantung. Salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
Diagnosis Keperawatan:
1. Peningkatan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
- Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, gaya hidup (diet tinggi natrium, kurang aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol berlebihan), dan penyakit penyerta (diabetes, penyakit ginjal, dll).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan pada kasus hipertensi adalah Tekanan Darah Terkendali, di mana tekanan darah sistolik berada dalam kisaran normal (< 140 mmHg) dan tekanan darah diastolik berada dalam kisaran normal (< 90 mmHg).
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Hipertensi, yang terdiri dari pemberian obat antihipertensi, modifikasi gaya hidup (diet rendah natrium, aktivitas fisik, manajemen stres), dan pemantauan tekanan darah.
Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi pada kasus ini adalah riwayat keluarga. Faktor genetik dan keturunan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hipertensi. -
Article No. 368 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki (52 tahun) dirawat di bangsal jantung hari ke-4 dengan CHF. Hasil pengkajian: Pasien mengeluh kaki bengkak dan napas terasa sesak jika beraktivitas. Pasien tampak lemah, JVP 10 cm, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 60x/menit, frekuensi napas 24x/menit dan suhu 37C. Apakah masalah keperawatan yang tepat?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru dan penurunan curah jantung sekunder akibat Congestive Heart Failure (CHF).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Pola Napas: Tidak dapat mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Efektif: Kemampuan mempertahankan irama, kedalaman, dan frekuensi napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk mempertahankan dan memfasilitasi ventilasi yang efektif.
- Manajemen Perfusi Jaringan: Tindakan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang memadai ke seluruh jaringan.
- Manajemen Edema: Tindakan untuk mengurangi akumulasi cairan di dalam jaringan.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan CHF mengalami penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, menyebabkan edema paru dan penurunan oksigenasi. Hal ini mengakibatkan pasien merasakan sesak napas saat beraktivitas. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Ketidakefektifan Pola Napas yang berhubungan dengan edema paru dan penurunan curah jantung sekunder akibat CHF. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen jalan napas, manajemen perfusi jaringan, dan manajemen edema untuk mengatasi masalah napas pasien. -
Article No. 369 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 61 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis PPOK. Pasien mengelh sesak, batuk berdahak sulit dikeluarkan dan cepat lelah saat beraktifitas. Riwayat penurunan BB 6 kg dalam waktu 1 bulan. Riwayat merokok selama 20 tahun (habis 4 bungkus dalam sehari). Hasil pengkajian: konjungtiva anemis, terdengar ronkhi di basal. paru kanan. TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas: 36x/menit, Suhu 38,2°C. Hasil AGD, : pH 7,36, pOz 80 mmHg, pCO2 38 mmHg, HCO3 26 mmol. Apakah masalah keperawatan pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Ketidakmampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Kelebihan Volume Cairan: Kelebihan cairan yang ditandai dengan perubahan tanda-tanda vital dan gejala klinis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien mampu mempertahankan kebersihan jalan napas yang efektif.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa kendala.
- Kelebihan Volume Cairan: Pasien tidak mengalami tanda-tanda kelebihan cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen oksigen.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen aktivitas dan manajemen energi.
- Kelebihan Volume Cairan: Manajemen cairan, terapi nutrisi, dan manajemen obat.
Berdasarkan kasus di atas, pasien mengalami sesak napas, batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, cepat lelah saat beraktivitas, dan adanya riwayat penurunan berat badan. Temuan klinis juga menunjukkan adanya ronki di basal paru kanan, tanda-tanda infeksi (suhu tinggi), dan gangguan pertukaran gas (pH normal, pO2 rendah, pCO2 normal). Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Kelebihan Volume Cairan. -
Article No. 370 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan bertambah parah 5 hari sebelum masik rumah sakit. Hasil pemeriksaan: TD 130//80 mmHg, Suhu: 380C, riwayat merokok 2 bungkus per hari sejak 15 tahun, ditemukan ronkhi dan hipersonor kedua Ipang paru. Hasil FEV1, 70%. Diagnosis kasus tersebut adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis kasus pasien tersebut adalah PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK).
Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kelelahan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
2. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik atau persepsi.
3. Kelelahan: Perasaan keletihan dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas mental dan fisik akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
3. Manajemen Energi Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Aktivitas
3. Manajemen Energi
Penjelasan singkat:
Pasien dengan PPOK memiliki gangguan bersihan jalan napas, intoleransi aktivitas, dan kelelahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas (misalnya positioning, fisioterapi dada), manajemen aktivitas (misalnya aktivitas bertahap, perawatan diri), dan manajemen energi (misalnya konservasi energi, edukasi). Tujuan utama adalah meningkatkan bersihan jalan napas, toleransi aktivitas, dan manajemen energi pasien. -
Article No. 371 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 49 tahun dirawat di ruang penyakit dalam, dengan diagnosis TB Paru. Hasil pengkajian: mengelh batuk berdahak, kesadaran apatis, ronkhi basah pada paru kanan, tekanan darah 80/70 mmHg, frekuensi nadi 106 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, batuk produktif sekret kental, sulit mengeluarkan sputum, pasien mendapat terapi inhalasi combiven dan bisolvon 3 x/hari. Perawat akan melakukan suction. Apakah posisi pasien yang tepat pada situasi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai, serta posisi pasien yang tepat untuk melakukan suction.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemeliharaan jalan napas yang bersih dan terbuka.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan jalan napas agar tetap bersih dan terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Penurunan Cardiac Output
- SDKI: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh per satuan waktu.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan cardiac output.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan cardiac output.
Posisi Pasien untuk Suction:
Posisi yang tepat untuk melakukan suction pada pasien dengan TB Paru adalah posisi semifowler atau setengah duduk. Posisi ini membantu memudahkan pengeluaran sekret dan mengurangi risiko aspirasi. Pasien dapat didudukkan dengan kepala terangkat 30-45 derajat, sehingga jalan napas akan terbuka lebih lebar dan memfasilitasi proses suction. -
Article No. 372 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien (32 tahun) dirawat di R$ hari pertama dan diduga mengalami gagal jantung. Apakah posisi yang tepat diberikan kepada pasien untuk mengoptimalkan fungsi jantung?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
Hambatan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Pengurangan aliran darah dan oksigen ke miokardium yang dapat mengakibatkan disfungsi atau kerusakan jantung.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi dan batasan karakteristik
- Faktor berhubungan (penyebab)
- Gejala dan tanda
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan, seperti:
1. Perfusi jaringan kardiak membaik
2. Tekanan darah dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan, seperti:
1. Posisikan pasien semi-Fowler atau posisi duduk
2. Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
3. Monitor tanda-tanda vital dan gejala gagal jantung
4. Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat-obatan, dan lainnya
Posisi yang tepat untuk mengoptimalkan fungsi jantung pada pasien dengan dugaan gagal jantung adalah posisi semi-Fowler atau posisi duduk. Posisi ini dapat membantu meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan memudahkan pernapasan. Selain itu, aktivitas pasien juga perlu disesuaikan dengan toleransinya untuk mencegah kelelahan dan meningkatkan perfusi jaringan kardiak. -
Article No. 373 | 22 Sep 2024
Klinis : pencegahan primer pada penyakit jantung koroner adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan adalah kondisi di mana individu, keluarga, atau masyarakat memiliki kerentanan untuk mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi, mencari, menjaga, memantau, dan/atau mengendalikan sumber daya untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan ini adalah individu, keluarga, atau masyarakat mampu mengelola faktor risiko penyakit jantung koroner, seperti:
1. Mampu mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah.
2. Mampu melakukan aktivitas fisik secara teratur.
3. Mampu mempertahankan berat badan yang ideal.
4. Mampu menghindari atau mengendalikan perilaku merokok.
5. Mampu mengatur pola makan yang sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran tersebut, antara lain:
1. Edukasi tentang penyakit jantung koroner dan faktor risikonya.
2. Konseling gaya hidup sehat (diet, aktivitas fisik, manajemen stres).
3. Fasilitasi pengobatan dan pemantauan kadar kolesterol dan tekanan darah.
4. Dukungan untuk berhenti merokok.
5. Monitoring dan evaluasi perubahan gaya hidup. -
Article No. 374 | 22 Sep 2024
Klinis : Perubahan Sistem Renin-Angiotensinaldosterone pada Primary Hypertension Pathophysiology adalah: • Kadar Renin tidak Berkurang Walaupun Blood Pressure Meningkat • Peningkatan Renin Mengaktivasi RAAS Kadar Renin Berkurang Walaupun Blood Pressure Meningkat • Penurunan Renin tengaktivasi RAAS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi yang Anda jelaskan, terkait dengan patofisiologi hipertensi primer yang melibatkan sistem renin-angiotensin-aldosteron, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Penjelasan:
Dalam kondisi hipertensi primer, terjadi perubahan pada sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Pada kondisi ini:
- Kadar renin tidak berkurang walaupun tekanan darah meningkat. Peningkatan renin akan mengaktifkan RAAS, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
- Kadar renin dapat berkurang walaupun tekanan darah meningkat. Penurunan renin akan menghambat aktivasi RAAS, namun tekanan darah tetap meningkat melalui mekanisme lain.
Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah I10 (Hipertensi esensial (primer)), yang mencakup perubahan pada sistem RAAS yang menjadi bagian dari patofisiologi hipertensi primer.
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk patofisiologi hipertensi primer.
- Deskripsi: -
Penjelasan:
Tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik mengacu pada patofisiologi hipertensi primer, terutama terkait dengan perubahan sistem RAAS. Kode ICD-9-CM biasanya lebih berfokus pada diagnosis dan tindakan medis, sedangkan penjelasan patofisiologi tidak tercakup dalam sistem kodenya.