Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 325 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 52 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas, batuk, berdebar-debar dan mudah lelah. Hasil pemeriksaan: tampak edema +2 pada ekstrimitas bawah, JVP 5+3 cm, terdengar bunyi jantung S4, TD 150/110 mmHg, frekuensi nadi 102x/menit, frekuensi napas 30 x/menit, suhu 37,5°C. Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan berusia 52 tahun dengan keluhan sesak napas, batuk, berdebar-debar, dan mudah lelah, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya edema pada ekstremitas bawah, tekanan vena jugularis meningkat, suara jantung S4, hipertensi, takikardi, dan takipnea, maka dapat ditentukan masalah keperawatan utama adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Batuk tidak efektif, suara napas tambahan, sputum berlebih.
- Faktor yang Berhubungan: Retensi sekret, edema, kelelahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, tidak ada suara napas tambahan, sputum dapat dikeluarkan dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, terapi oksigen.
- Tujuan Intervensi: Mempertahankan permeabilitas jalan napas, memfasilitasi pertukaran gas, dan mencegah komplikasi. -
Article No. 326 | 22 Sep 2024
Klinis : Serang aki-laki berusia 60 tahun menderita PPOK sejak 10 tahun yang lalu. Saat ini dirawat di rawat inap dengan keluhan sesak nafas bertambah beberapa hari terakhir dan mengakibatkan sulit bernafas terutama saat berativitas. Hasil pemeriksaan • spirometri terdapat penurunan FEV1, dan penurunan rasio FEV1/FVC. Dari hasil pemeriksaan tersebut termasuk ke dalam keadaan?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi pasien pria berusia 60 tahun dengan PPOK yang mengalami sesak nafas bertambah dan kesulitan bernapas saat beraktivitas, serta hasil pemeriksaan spirometri menunjukkan penurunan FEV1 dan rasio FEV1/FVC, dapat ditentukan beberapa diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat bernapas dengan pola yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memantau pola dan frekuensi napas, mengatur posisi yang nyaman untuk bernapas, melakukan terapi oksigen, dan mengajarkan teknik pernapasan.
2. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain mengevaluasi toleransi aktivitas, mengatur aktivitas dan istirahat, serta mengajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi.
3. Diagnosis Keperawatan: Keparahan Gejala Pernapasan
- SDKI: Intensitas atau keparahan gejala pernapasan yang dirasakan oleh pasien.
- SLKI: Pasien dapat mengelola gejala pernapasan dengan baik.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memantau gejala pernapasan, memberikan oksigen sesuai kebutuhan, dan mengajarkan teknik-teknik pengelolaan gejala pernapasan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan spirometri yang menunjukkan penurunan FEV1 dan rasio FEV1/FVC, pasien ini dapat digolongkan ke dalam kondisi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan tingkat keparahan yang meningkat, yang ditandai dengan sesak napas yang semakin berat saat beraktivitas. -
Article No. 327 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 42 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan sesak napas yang memberat saat berbaring. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu. Hasil pengkajian: edema ekstremitas +2, TD 160/110 mmHg, frekuensi nadi 96 x/menit, frekuensi napas 26 x/menit. Pasien mendapat terapi Lasix 40 mg. Apakah kriteria evaluasi pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kasus tersebut dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Curah Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Efektif
2. Tanda-tanda Vital dalam Rentang Normal
3. Pengembangan Paru Adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jantung
2. Manajemen Perfusi
3. Manajemen Napas
Kriteria Evaluasi:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (TD 120-140/80-90 mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit).
2. Pasien tidak mengeluhkan sesak napas saat berbaring.
3. Edema ekstremitas menurun (+ 1 atau tidak ada).
4. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas. -
Article No. 328 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki laki berusia 51 tahun di bawa keluarganya ke IGD karena mengeluh perasaan nyeri di dada, menjalar ke leher, dagu dan lengan kiri bagian dalam. Nyeri hilang timbul baik saat istirahat ataupun saat aktivitas. Hasil pengkajian didapatkan data tekanan darah 135/90 mmHg, nadi 98 kali/ menit, pernapasan 20 kali/menit Hasil pemeriksaan EKG didapat ST depresi di Lead II, Ill dan aVF serta hasil bioamarka jantung menujukkan hasil mengalami peningkatan. Apakah masalah keperawatan yang tepat dialami pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien tersebut mengalami suatu kondisi yang berkaitan dengan masalah kardiovaskular. Berikut adalah diagnosa keperawatan yang tepat, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan/dibutuhkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas adalah peningkatan toleransi aktivitas, yang ditandai dengan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan tidak mengalami kelelahan atau gejala yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat diberikan antara lain:
1. Manajemen aktivitas: mengatur dan memantau aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan.
2. Manajemen energi: mengajarkan teknik konservasi energi dan pengaturan istirahat.
3. Latihan fisik: memberikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
4. Manajemen nyeri: memberikan manajemen nyeri yang efektif untuk mengurangi gejala nyeri dada.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami nyeri dada yang menjalar ke leher, dagu, dan lengan kiri, serta ditemukan depresi segmen ST pada pemeriksaan EKG dan peningkatan biomarker jantung. Hal ini mengarah pada diagnosis keperawatan Intoleransi Aktivitas, di mana pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat kondisi kardiovaskular yang dialaminya. -
Article No. 329 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki laki berusia 51 tahun di bawa keluarganya ke IGD karena mengeluh perasaan nyeri di dada, menjalar ke leher, dagu dan lengan kiri bagian dalam. Nyeri hilang timbul baik saat istirahat ataupun saat aktivitas. Hasil pengkajian didapatkan data tekanan darah 135/90 mmHg, nadi 98 kali/ menit, pernapasan 20 kali/menit Hasil pemeriksaan EKG didapat ST depresi di Lead II, Ill dan aVF serta hasil bioamarka jantung menujukkan hasil mengalami peningkatan. Apakah masalah keperawatan yang tepat dialami pasien tersebut ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.0
- Deskripsi: Angina pektoris tidak stabil
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 410.10
- Deskripsi: Infark miokard akut, episode awal, dengan elevasi ST
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 51 tahun mengalami gejala nyeri dada yang menjalar ke leher, dagu, dan lengan kiri bagian dalam. Nyeri tersebut hilang timbul baik saat istirahat maupun saat aktivitas. Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan adanya depresi segmen ST di lead II, III, dan aVF, serta terdapat peningkatan hasil biomarker jantung. Gejala-gejala ini mengarah pada diagnosis Angina Pektoris Tidak Stabil (I20.0) berdasarkan kode ICD-10.
Tindakan medis yang sesuai untuk kondisi ini adalah Infark Miokard Akut, Episode Awal, dengan Elevasi ST (410.10) berdasarkan kode ICD-9-CM. Hal ini dikarenakan pasien menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada adanya kerusakan pada otot jantung (miokard) akibat suplai darah yang tidak cukup, yang ditandai dengan perubahan segmen ST pada pemeriksaan EKG.
Masalah keperawatan yang tepat dialami oleh pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard
2. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian -
Article No. 330 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke IGD mengeluh nyeri dada pada daerah mid-sternal. Skala nyeri 6, nyeri hilang timbul dan menjalar ke leher, punggung dan lengan. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit jantung
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Karakteristik Mayor: Melaporkan pengalaman nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, Perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor Berhubungan: Proses penyakit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien melaporkan nyeri terkontrol, Tingkat nyeri menurun, Klien mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan yang Tepat:
1. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri secara komprehensif (seperti lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Anjurkan klien menggunakan teknik non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
3. Edukasi Manajemen Nyeri
- Ajarkan klien dan keluarga tentang penyebab nyeri, manajemen nyeri, dan teknik non-farmakologis
Tindakan keperawatan yang paling tepat untuk pasien tersebut adalah:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang memperberat/memperingan)
2. Memberikan analgesik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri
3. Mengajarkan klien dan keluarga teknik non-farmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin untuk mengelola nyeri
4. Memantau tanda-tanda vital secara berkala
5. Memberikan edukasi terkait penyebab nyeri, manajemen nyeri, dan teknik non-farmakologis yang dapat digunakan. -
Article No. 331 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang Perempuan, 55 tahun dirawat di ruang rawat inap dengan keluhan pusing, jantung berdebar debar, sedikit sesak nafas, keringat dingin. Klien menyatakan ada riwayat pemakaian pi KB, hiperlipedemia dan pembesaran atrium kiri pada pemeriksaan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat didapatkan hasil: Tekanan Darah: 160/100 mmHg. pernapasan: 28 x/ menit, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 360 C,JVP 5 + 2 cm H20, Ictuscordis di ICS 5 bergeser 2 cm ke lateral kiri, suara jantung S3, ada bising abdomen. Pada pemeriksaan radiologi Cor : CTR > 50 %.Apakah yang diderita oleh pasien tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami kondisi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.1
- Deskripsi: Left ventricular failure
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kegagalan ventrikel kiri, seperti pusing, jantung berdebar-debar, sedikit sesak nafas, dan keringat dingin. Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan tekanan darah, pernapasan yang cepat, peningkatan tekanan vena jugularis (JVP), serta adanya S3 pada suara jantung yang menunjukkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Pemeriksaan radiologi juga menunjukkan pembesaran jantung (CTR > 50%).
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 428.1
- Deskripsi: Left ventricular failure
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM yang sesuai dengan kondisi ini adalah 428.1 untuk kegagalan ventrikel kiri, yang merupakan diagnosis yang sama dengan kode ICD-10 di atas.
Selain itu, pasien juga memiliki riwayat penyakit lain, yaitu pemakaian pil KB, hiperlipidemia, dan pembesaran atrium kiri. Kondisi-kondisi ini dapat berkontribusi terhadap perkembangan kegagalan ventrikel kiri pada pasien. -
Article No. 332 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang Perempuan, 55 tahun dirawat di ruang rawat inap dengan keluhan pusing, jantung berdebar debar, sedikit sesak nafas, keringat dingin. Klien menyatakan ada riwayat pemakaian pi KB, hiperlipedemia dan pembesaran atrium kiri pada pemeriksaan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat didapatkan hasil: Tekanan Darah: 160/100 mmHg. pernapasan: 28 x/ menit, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 360 C,JVP 5 + 2 cm H20, Ictuscordis di ICS 5 bergeser 2 cm ke lateral kiri, suara jantung S3, ada bising abdomen. Pada pemeriksaan radiologi Cor : CTR > 50 %.Apakah yang diderita oleh pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan pemeriksaan yang dipaparkan, pasien ini kemungkinan mengalami Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung
2. Intoleransi aktivitas
3. Kelebihan volume cairan
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang disepakati dan digunakan di Indonesia.
- Memuat definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang risiko dari suatu diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran keperawatan yang disepakati dan digunakan di Indonesia.
- Memuat definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran dari suatu luaran keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang disepakati dan digunakan di Indonesia.
- Memuat definisi, aktivitas, dan rasional dari suatu intervensi keperawatan.
Jadi, diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kasus ini dapat ditemukan dalam SDKI, SLKI, dan SIKI yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 333 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 53 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sesak napas dan mudah lelah sejak 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian: terdengar murmur pada ruang interkosta kedua linea sternalis kanan. Manakah katup jantung yang mengalami gangguan pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan hasil pengkajian yang diberikan, kemungkinan pasien mengalami gangguan pada katup jantung aorta.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan fungsi jantung sekunder akibat gangguan pada katup aorta.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan pola napas adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan, dan tidak ada tanda-tanda kegagalan napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen jalan napas, pemberian oksigen, dan edukasi pasien terkait pentingnya melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Penjelasan singkat:
Murmur pada ruang interkosta kedua linea sternalis kanan biasanya mengindikasikan adanya kelainan pada katup aorta. Katup aorta berfungsi untuk mengatur aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Jika katup aorta mengalami gangguan, seperti stenosis atau regurgitasi, dapat menyebabkan penurunan fungsi jantung dan menimbulkan gejala sesak napas serta mudah lelah pada pasien. -
Article No. 334 | 22 Sep 2024
Klinis : gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gangguan pertukaran gas:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas adalah ketidakmampuan tubuh untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang adekuat.
- Karakteristik utama: Perubahan saturasi oksigen dalam darah, Perubahan nilai gas darah, Perubahan frekuensi pernapasan, Perubahan kedalaman pernapasan, Adanya kelelahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan antara lain: Pertukaran gas membaik, Oksigenasi jaringan membaik, Status pernapasan membaik, Tidak ada tanda-tanda kegagalan pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Pemantauan status pernapasan, Manajemen oksigen, Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi, Terapi oksigen, Manajemen kelelahan, serta Edukasi terkait gangguan pertukaran gas.
Secara umum, diagnosa keperawatan "Gangguan Pertukaran Gas" mengindikasikan adanya permasalahan dalam proses oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida yang tidak berjalan dengan optimal. Identifikasi masalah melalui tanda-tanda klinis, pemeriksaan penunjang, serta luaran yang diharapkan menjadi acuan dalam menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencapai kondisi pertukaran gas yang membaik.