Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 441 | 23 Sep 2024
Klinis : kompres hangat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Kenyamanan Fisik
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Kenyamanan Fisik adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan pengalaman subyektif individu terkait dengan ketidakmampuan untuk mencapai kenyamanan fisik yang optimal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan pada diagnosa ini adalah individu dapat mencapai kenyamanan fisik yang optimal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Kenyamanan Fisik antara lain:
- Pemberian Kompres Hangat
- Pengaturan Posisi
- Distraksi
- Relaksasi
- Manajemen Nyeri
Kompres hangat adalah salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan kenyamanan fisik. Kompres hangat dapat membantu meningkatkan aliran darah, mengurangi spasme otot, dan meningkatkan relaksasi, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan fisik bagi pasien. -
Article No. 442 | 23 Sep 2024
Klinis : Gangguan Temperatur Tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Gangguan Temperatur Tubuh:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia atau Hipotermi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F)
- Hipotermi: Penurunan suhu tubuh di bawah 35°C (95°F)
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia: Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,0-37,5°C)
- Hipotermi: Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,0-37,5°C)
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia: Manajemen suhu tubuh tinggi, pemberian cairan, pengaturan lingkungan, dan pemantauan tanda-tanda vital
- Hipotermi: Manajemen suhu tubuh rendah, pemberian cairan hangat, pengaturan lingkungan, dan pemantauan tanda-tanda vital
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi Gangguan Temperatur Tubuh adalah Hipertermia atau Hipotermi. Penjelasan singkatnya adalah penyimpangan suhu tubuh dari rentang normal, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal. -
Article No. 443 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien mengigil setelah dilakukan operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang mengigil setelah dilakukan operasi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipotermi akut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipotermi akut: Penurunan suhu tubuh di bawah 35°C yang terjadi secara tiba-tiba akibat paparan lingkungan dingin, gangguan termoregulasi, atau prosedur medis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Tidak ada tanda-tanda hipotermi
3. Tidak ada komplikasi akibat hipotermi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor suhu tubuh secara berkala
2. Pertahankan lingkungan yang hangat
3. Berikan pakaian atau selimut hangat
4. Berikan cairan hangat/minum hangat
5. Lakukan teknik pemanasan aktif jika diperlukan
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan atau tindakan medis jika diperlukan
Penjelasan singkat:
Pasien mengigil setelah operasi dapat disebabkan oleh hipotermi akut, yaitu penurunan suhu tubuh di bawah 35°C yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh paparan lingkungan dingin, gangguan termoregulasi, atau prosedur medis seperti operasi. Tujuan penanganannya adalah mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan mencegah komplikasi akibat hipotermi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan suhu tubuh, menjaga lingkungan hangat, pemberian pakaian/selimut hangat, pemberian cairan/minuman hangat, dan tindakan pemanasan aktif jika diperlukan. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga dapat dilakukan untuk pemberian obat-obatan atau tindakan medis lainnya. -
Article No. 444 | 23 Sep 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai, beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik definisi: Tanda-tanda vital abnormal, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, gelisah, dan perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, tanda-tanda vital stabil, dan mampu beradaptasi dengan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, relaksasi, distraksi, dan edukasi terkait nyeri.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung akibat infark miokard akut
SDKI:
- Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik definisi: Sesak napas saat beraktivitas, kelelahan, dan gangguan pola tidur.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan, dan tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
SIKI:
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen aktivitas, perencanaan aktivitas, edukasi terkait toleransi aktivitas, dan pemberian oksigen.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2
SDKI:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah didefinisikan sebagai kerentanan terhadap fluktuasi kadar glukosa darah di luar rentang normal.
- Karakteristik definisi: Riwayat diabetes melitus, pola makan yang tidak teratur, dan gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.
SIKI:
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen diabetes, edukasi terkait diet, aktivitas fisik, pemantauan glukosa darah, dan pemberian obat antidiabetes.
Penjelasan singkat:
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan di Indonesia. SDKI berisi daftar diagnosis keperawatan, SLKI berisi luaran keperawatan yang diharapkan, dan SIKI berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 445 | 23 Sep 2024
Klinis : Panas sudah 4 hari ini, sempat kejang kurang lebih 2 menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu panas sudah 4 hari dan pernah mengalami kejang selama kurang lebih 2 menit, maka berikut adalah beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Klien menunjukkan suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda infeksi atau cedera, dan nyaman.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen hipertermia, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat penurun panas, dan memberikan kompres hangat.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Kejang
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Kejang adalah kerentanan terhadap kejang yang dapat mengganggu aktivitas.
- SLKI: Klien tidak mengalami kejang, dapat beraktivitas tanpa hambatan, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian faktor risiko kejang, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antikonvulsan, dan pengajaran tentang pencegahan kejang.
3. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Toleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI: Penurunan Toleransi Aktivitas adalah keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebabkan oleh kelemahan, kelelahan, atau ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan tidak ada tanda-tanda penurunan fungsi vital.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, pemantauan tanda-tanda vital, dan pemberian dukungan emosional.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan intervensi yang tepat dapat ditentukan setelah melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap pasien. Penjelasan di atas hanya merupakan contoh berdasarkan informasi yang diberikan. -
Article No. 446 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata sakit, perih dan berair sejak 3 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu mata sakit, perih, dan berair sejak 3 hari yang lalu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
- Ketidaknyamanan mata (00153)
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian yang dilakukan perawat.
- Ketidaknyamanan mata (00153) adalah keadaan subjektif yang tidak menyenangkan pada mata, seperti rasa sakit, perih, berair, dan lainnya.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
- Kenyamanan mata (1610)
Penjelasan singkat:
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Kenyamanan mata (1610) adalah kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan pada mata, seperti tidak adanya rasa sakit, perih, berair, dan lainnya.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen nyeri (1400)
- Perawatan mata (3590)
Penjelasan singkat:
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Manajemen nyeri (1400) bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit pada mata.
- Perawatan mata (3590) bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kenyamanan mata.
Jadi, secara singkat, pasien dengan keluhan mata sakit, perih, dan berair sejak 3 hari yang lalu dapat didiagnosa dengan Ketidaknyamanan mata (SDKI), dengan luaran yang diharapkan adalah Kenyamanan mata (SLKI), dan intervensi yang dapat diberikan adalah Manajemen nyeri dan Perawatan mata (SIKI). -
Article No. 447 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pasca melahirkan per vaginam hari pertama. Klien berbaring di tempat tidur Bersama bayinya. Saat anamnesa klien menyatakan bayinya belum bisa menyusu karena ASI-nya belum keluar. Hasil pemeriksaan, payudara teraba penuh, putting menonjol, areola hiperpigmentasi. Bayi sering menangis rewel namun sang ibu hanya menggendong saja sambil duduk. Klien takut berdiri karena ada bekas jahitan episiotomy terasa nyeri skala 4. Klien juga tidak mau makan telur dan ikan karena takut darahnya amis. Klien bertanya makanan apa yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan diastasis rektus abdominis lebar : 3 jari, panjang : 10 cm, involusi uteri teraba keras, posisi lateral, 2 jari di bawah pusat (2 JBP). Saat ada tamu berkunjung, klien lebih banyak bercerita tentang pengalamannya bersalin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Menyusui Berhubungan dengan Keterlambatan Keluarnya ASI
b. Nyeri Berhubungan dengan Episiotomi
c. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Pembatasan Makanan
2. Penjelasan Singkat:
a. Ketidakefektifan Menyusui Berhubungan dengan Keterlambatan Keluarnya ASI
- SDKI: Ketidakefektifan Menyusui
- SLKI: Peningkatan Produksi ASI
- SIKI: Dukungan Menyusui
b. Nyeri Berhubungan dengan Episiotomi
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengurangan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
c. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Pembatasan Makanan
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
- SLKI: Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
- SIKI: Edukasi Nutrisi
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Menyusui Berhubungan dengan Keterlambatan Keluarnya ASI:
- Klien mengalami keterlambatan keluarnya ASI, sehingga bayi belum dapat menyusu dengan efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kecemasan, atau kurangnya stimulasi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan menyusui, edukasi mengenai teknik menyusui yang benar, dan membantu memaksimalkan produksi ASI.
2. Nyeri Berhubungan dengan Episiotomi:
- Klien mengalami nyeri akibat episiotomi, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi proses penyembuhan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan posisi yang nyaman.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Pembatasan Makanan:
- Klien takut mengonsumsi telur dan ikan karena takut darahnya amis, yang dapat menyebabkan risiko ketidakseimbangan nutrisi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi mengenai nutrisi yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan, serta membantu klien merencanakan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Secara keseluruhan, diagnosis keperawatan dan intervensi yang sesuai dapat membantu klien mencapai pemulihan yang optimal setelah melahirkan. -
Article No. 448 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pasca melahirkan per vaginam hari pertama. Klien berbaring di tempat tidur Bersama bayinya. Saat anamnesa klien menyatakan bayinya belum bisa menyusu karena ASI-nya belum keluar. Hasil pemeriksaan, payudara teraba penuh, putting menonjol, areola hiperpigmentasi. Bayi sering menangis rewel namun sang ibu hanya menggendong saja sambil duduk. Klien takut berdiri karena ada bekas jahitan episiotomy terasa nyeri skala 4. Klien juga tidak mau makan telur dan ikan karena takut darahnya amis. Klien bertanya makanan apa yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan diastasis rektus abdominis lebar : 3 jari, panjang : 10 cm, involusi uteri teraba keras, posisi lateral, 2 jari di bawah pusat (2 JBP). Saat ada tamu berkunjung, klien lebih banyak bercerita tentang pengalamannya bersalin
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O83.0
- Deskripsi: Kelahiran pervaginam dengan complikasi pada masa nifas
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 75.59
- Deskripsi: Episiotomi, prosedur lain yang berhubungan dengan pengakhiran kehamilan
Penjelasan:
Kasus di atas menggambarkan seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pada hari pertama pasca melahirkan per vaginam. Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa kondisi yang dialami klien, yaitu:
1. Kesulitan menyusui karena ASI belum keluar
- Hal ini dapat dikodekan dengan ICD-10 O92.5 (Ketidakmampuan menyusui)
2. Nyeri pada bekas episiotomi
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 O90.2 (Komplikasi pada luka episiotomi atau robekan)
3. Takut mengonsumsi makanan tertentu (telur dan ikan)
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 Z71.1 (Konsultasi tentang perilaku diet dan pola makan)
4. Permintaan informasi tentang makanan yang dapat mempercepat penyembuhan luka
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 Z71.3 (Konsultasi dan saran medis lainnya)
5. Diastasis rektus abdominis
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 M62.0 (Diastasis otot)
6. Involusi uteri yang belum sempurna
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 O90.8 (Komplikasi nifas lainnya)
Prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah episiotomi, yang dapat dikodekan dengan ICD-9-CM 75.59 (Episiotomi, prosedur lain yang berhubungan dengan pengakhiran kehamilan). -
Article No. 449 | 23 Sep 2024
Klinis : rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih), berikut adalah penjelasan singkat mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang terkait:
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas.
2. Penjelasan singkat:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
a. Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
b. Penyebab: Salah satunya adalah hiperhidrosis (keringat berlebih).
4. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran yang diharapkan: Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
b. Indikator: Klien dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
5. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi Keperawatan: Manajemen Intoleransi Aktivitas.
b. Rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih):
- Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan klien.
- Mencegah iritasi kulit dan infeksi akibat kelembaban berlebih.
- Membantu mencegah terjadinya dekubitus (luka tekan) akibat kelembaban berlebih.
Dengan demikian, rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) adalah untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan klien, mencegah iritasi kulit dan infeksi, serta membantu mencegah terjadinya dekubitus. -
Article No. 450 | 23 Sep 2024
Klinis : rasional dari Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal sebagai akibat dari ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia antara lain: Suhu tubuh kembali normal, Tidak ada tanda-tanda komplikasi (misal: kejang, kerusakan organ), Nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipertermia, salah satunya adalah Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila).
Rasional:
Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh secara cepat dengan menggunakan media pendingin di permukaan tubuh. Dengan menurunnya suhu tubuh, diharapkan kondisi hipertermia dapat segera teratasi dan mencegah terjadinya komplikasi.