Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 411 | 23 Sep 2024
Klinis : Tn. H 51 tahun diantar ke IGD 3 hari yang lalu, dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke tangan sebelah kiri, sesak nafas disertai dada terasa berat sejak 2.5 jam sebelum masuk rumah sakit, saat sedang membawa mobil, durasi lebih dari 20 menit disertai keringat dingin. Nyeri dan sesak nafas yang tidak berkurang dengan istirahat, dan merasa mual. Pasien memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner hipertensi, dislipidemia, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan perokok. Saat ini pasien dirawat di ruang perawatan jantung. Hasil pengkajian saat ini didapatkan tingkat kesadaran kompos mentis, nyeri dada masih dirasakan dengan skala nyeri 4/10, tekanan darah 92/63 mmHg, denyut jantung 94 x/menit, laju pernafasan 38 x/ menit dengan saturasi oksigen 93% dan suhu 37,60C. Pemeriksaan fisik didapatkan murmur ejection sistolik 3/6 pada batas tepi kiri sternum (LLSB) dan murmur pan sistolik 3/6 di apex sementara pemeriksaan lainnya dalam batas normal. EKG menunjukkan irama sinus rhytm dengan QRS rate 84 kali per menit, aksis QRS normal, gelombang P mitral, Interval PR 0.18 detik, durasi komplek QRS 0.08 detik, dengan ST depresi I, avL, V5, V6, T inverted I, aVL, V5V6, LVH (+). Hasil Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar haemoglobin 17.2 gr/dl, hematokrit 51%, leukosit 12670 /ul, ureum 29 mg/dl, level kreatinin 0.82 mg/dl, gula darah sewaktu 153 mg/dl, natrium 137 mmol/l, kalium 3.5 mmol/l, kalsium total 2.23 mmol/l, dan klorida 108 mmol/l. Enzim jantung menunjukkan nilai CKMB 28 dan Troponin T 0.127. Pemeriksaan foto thoraks menunjukkan rasio jantung-thoraks sebesar 52%. Segmen Aorta Elongasi dan segmen pulmonal normal dengan apex jantung downward dan pinggang jantung mendatar, disertai dengan tanda- tanda kongesti dan infiltrat. Pasien didiagnosa dengan NSTEMI TIMI skor 4/7 skor GRACE 280, Pneumonia Komunitas (CAP). Pasien direncanakan tindakan pemasangan stent Pasien bekerja sebagai buruh pabrik, memiliki satu orang istri dan 4 orang anak. Istri pasien bekerja sebagai buruh cuci. 3 orang anak pasien masih duduk di bangku sekolah. Sejak mengalami sakit, pasien tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal. Pasien selalu bertanya apakah saat ini dia bisa sembuh kembali seperti semula.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.4
- Deskripsi: Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 00.66
- Deskripsi: Percutaneous coronary angioplasty with drug-eluting stent(s)
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. H, 51 tahun, didiagnosis dengan Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dengan kode ICD-10 I21.4. Pasien memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner seperti hipertensi, dislipidemia, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner, dan merokok. Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya depresi segmen ST pada lead I, aVL, V5, dan V6, serta inversi gelombang T pada lead yang sama, yang mengarah pada diagnosis NSTEMI.
Selain itu, pasien juga didiagnosis dengan Pneumonia Komunitas (CAP), meskipun tidak diberikan kode ICD-10 secara spesifik.
Tindakan medis yang direncanakan adalah pemasangan stent, yang sesuai dengan kode ICD-9-CM 00.66 (Percutaneous coronary angioplasty with drug-eluting stent(s)).
Pasien memiliki kondisi sosial-ekonomi yang cukup sulit, di mana ia bekerja sebagai buruh pabrik dan istrinya bekerja sebagai buruh cuci, serta memiliki 4 anak yang masih bersekolah. Kondisi ini dapat memengaruhi prognosis dan pemulihan pasien, sehingga perlu dipertimbangkan dalam perencanaan perawatan dan rehabilitasi. -
Article No. 412 | 23 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan 5 jam sulit untuk BAK Tampak berkemih pasien tidak tuntas Distensi kandung kemih frekuensi : 3x/Hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R33
- Deskripsi: Retensi urin
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 788.20
- Deskripsi: Retensi urin, tidak spesifik
Penjelasan:
- Pasien mengatakan sulit untuk buang air kecil (BAK) selama 5 jam, hal ini menunjukkan adanya retensi urin.
- Tampak berkemih pasien tidak tuntas dan distensi kandung kemih, juga merupakan gejala dari retensi urin.
- Frekuensi BAK yang hanya 3 kali sehari juga dapat menjadi indikasi adanya retensi urin.
- Kode ICD-10 R33 (Retensi urin) adalah kode yang paling sesuai untuk menggambarkan kondisi pasien ini.
- Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk prosedur/tindakan medis, tetapi kode 788.20 (Retensi urin, tidak spesifik) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi klinis pasien. -
Article No. 413 | 23 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan 5 jam sulit untuk BAK Tampak berkemih pasien tidak tuntas Distensi kandung kemih frekuensi : 3x/Hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
Retensi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Retensi urin adalah kondisi di mana pasien tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap, sehingga urin tertahan di dalam kandung kemih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengeluaran urin yang adekuat
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Pasien dapat mengontrol pengeluaran urin
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor tanda-tanda vital, intake, output, dan karakteristik urin
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih jika diperlukan
3. Berikan obat-obatan untuk melancarkan pengeluaran urin jika diindikasikan
4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk membantu proses berkemih
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya urolog) untuk mengatasi penyebab obstruksi
Secara singkat, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah retensi urin akibat obstruksi saluran kemih. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memperlancar pengeluaran urin, mencegah komplikasi, dan membantu pasien agar dapat mengontrol proses berkemih. -
Article No. 414 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pasca melahirkan per vaginam hari pertama. Klien berbaring di tempat tidur Bersama bayinya. Saat anamnesa klien menyatakan bayinya belum bisa menyusu karena ASI-nya belum keluar. Hasil pemeriksaan, payudara teraba penuh, putting menonjol, areola hiperpigmentasi. Bayi sering menangis rewel namun sang ibu hanya menggendong saja sambil duduk. Klien takut berdiri karena ada bekas jahitan episiotomy terasa nyeri skala 4. Klien juga tidak mau makan telur dan ikan karena takut darahnya amis. Klien bertanya makanan apa yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan diastasis rektus abdominis lebar : 3 jari, panjang : 10 cm, involusi uteri teraba keras, posisi lateral, 2 jari di bawah pusat (2 JBP). Saat ada tamu berkunjung, klien lebih banyak bercerita tentang pengalamannya bersalin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Kesiapan Menyusui Bayi Tidak Efektif
b. Risiko Ketidakefektifan Pola Menyusui
c. Nyeri Akut
d. Risiko Ketidakefektifan Pemulihan Fisik
2. Penjelasan Singkat:
a. Kesiapan Menyusui Bayi Tidak Efektif:
- SDKI: Kemampuan ibu untuk memulai dan mempertahankan menyusui yang belum optimal.
- SLKI: Peningkatan kemampuan ibu dalam menyusui bayi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan dan edukasi kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar, manfaat ASI, dan pengeluaran ASI.
b. Risiko Ketidakefektifan Pola Menyusui:
- SDKI: Kondisi di mana ibu memiliki kemungkinan mengalami gangguan dalam memulai dan mempertahankan pola menyusui yang efektif.
- SLKI: Perbaikan pola menyusui yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengajarkan teknik menyusui yang benar, mengawasi dan memantau proses menyusui, serta memberikan dukungan emosional kepada ibu.
c. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Pengurangan rasa nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan analgesik sesuai kebutuhan, menggunakan kompres hangat atau dingin, dan mengajarkan teknik relaksasi.
d. Risiko Ketidakefektifan Pemulihan Fisik:
- SDKI: Kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami gangguan dalam proses pemulihan fisik yang optimal.
- SLKI: Pemulihan fisik yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengajarkan latihan fisik sesuai kemampuan, memberikan nutrisi yang adekuat, serta memfasilitasi istirahat yang cukup.
Secara keseluruhan, fokus utama intervensi keperawatan adalah pada peningkatan kemampuan menyusui, manajemen nyeri, dan dukungan pemulihan fisik pasca melahirkan. -
Article No. 415 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pasca melahirkan per vaginam hari pertama. Klien berbaring di tempat tidur Bersama bayinya. Saat anamnesa klien menyatakan bayinya belum bisa menyusu karena ASI-nya belum keluar. Hasil pemeriksaan, payudara teraba penuh, putting menonjol, areola hiperpigmentasi. Bayi sering menangis rewel namun sang ibu hanya menggendong saja sambil duduk. Klien takut berdiri karena ada bekas jahitan episiotomy terasa nyeri skala 4. Klien juga tidak mau makan telur dan ikan karena takut darahnya amis. Klien bertanya makanan apa yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan diastasis rektus abdominis lebar : 3 jari, panjang : 10 cm, involusi uteri teraba keras, posisi lateral, 2 jari di bawah pusat (2 JBP). Saat ada tamu berkunjung, klien lebih banyak bercerita tentang pengalamannya bersalin.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.2
- Deskripsi: Komplikasi pascasalin, tidak diklasifikasikan di tempat lain (yaitu Keterlambatan atau kegagalan laktasi)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 69.19
- Deskripsi: Episiotomi, tidak diklarifikasikan secara lain
Penjelasan:
- Kode ICD-10 O90.2 digunakan untuk komplikasi pascasalin berupa keterlambatan atau kegagalan laktasi, yang sesuai dengan kondisi klien yang menyatakan belum bisa menyusui karena ASI belum keluar.
- Kode ICD-9-CM 69.19 digunakan untuk tindakan episiotomi yang dilakukan pada klien, yang menyebabkan nyeri saat berdiri.
- Selain itu, klien juga mengalami diastasis rektus abdominis, involusi uteri yang belum sempurna, serta membutuhkan informasi terkait makanan yang dapat mempercepat penyembuhan luka. -
Article No. 416 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pasca melahirkan per vaginam hari pertama. Klien berbaring di tempat tidur Bersama bayinya. Saat anamnesa klien menyatakan bayinya belum bisa menyusu karena ASI-nya belum keluar. Hasil pemeriksaan, payudara teraba penuh, putting menonjol, areola hiperpigmentasi. Bayi sering menangis rewel namun sang ibu hanya menggendong saja sambil duduk. Klien takut berdiri karena ada bekas jahitan episiotomy terasa nyeri skala 4. Klien juga tidak mau makan telur dan ikan karena takut darahnya amis. Klien bertanya makanan apa yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan diastasis rektus abdominis lebar : 3 jari, panjang : 10 cm, involusi uteri teraba keras, posisi lateral, 2 jari di bawah pusat (2 JBP). Saat ada tamu berkunjung, klien lebih banyak bercerita tentang pengalamannya bersalin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hambatan Menyusui berhubungan dengan ketidakmampuan menyusu akibat ASI belum keluar.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan bekas jahitan episiotomi.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka episiotomi.
4. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pasca persalinan.
5. Ketidakefektifan Perawatan Diri berhubungan dengan ketakutan untuk berdiri dan aktivitas.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan.
- Diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan SDKI, seperti "Hambatan Menyusui", "Nyeri Akut", "Risiko Infeksi", "Gangguan Citra Tubuh", dan "Ketidakefektifan Perawatan Diri".
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Contoh luaran keperawatan yang sesuai dengan diagnosa di atas adalah: peningkatan kemampuan menyusui, pengurangan nyeri, pencegahan infeksi, penerimaan citra tubuh, dan peningkatan kemampuan perawatan diri.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
- Contoh intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa di atas adalah: edukasi teknik menyusui, manajemen nyeri, perawatan luka, konseling citra tubuh, dan pelatihan perawatan diri. -
Article No. 417 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 22 tahun, dirawat di ruangan nifas, postpartum (sudah melahirkan) hari ke-dua, P1A0 (Partus ke-1, Aborsi 0), melahirkan pervaginam (normal). Pasien mengeluh keuda payudaranya nyeri, pasien tampak meringis sambil memegangi payudara yang keras, pasien mengatakan tidak bisa tidur karena bayi rewel tidak bisa menyusu sepanjang malam, saat dilakukan pemeriksaan payudara ASI tidak keluar. Keluhan lain pasien menyatakan merasa kuatir jika akan duduk karena ada luka jahitan di area perenium. Saat pengkajian, perawat melihat pasien saat menyusui bayinya, pasien gelisah dan tidak tenang sehingga perlekatan dan posisi menyusui tidak benar. BAK bayi 3x/24 jam sedikit dan berwarna kuning pekat. Pemeriksaan fisk : Tensi 120/65 mmhg, suhu 36,7°C, Nadi 85 x/mnt. Breast → Payudara bengkak dan keras, lecet pada putting, kemerahan dan pengeluaran ASI tidak menetes Uterus → 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik dan uterus membulat dan keras Bladder → teraba kosong Bowel Ibu belum BAB dan peristaltik 8 x/mnt Lochia → Rubra, tidak ada stolsel, tidak berbau, ½ pembalut selama 3 jam Episiotomi → R :0; E: 1; E: 0; D: O dan A:0 Homan’s → Negatif Emotion → EPDS 6 Depresi sedang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan bayi rewel
c. Risiko infeksi berhubungan dengan luka jahitan perineum
d. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan posisi dan perlekatan yang tidak benar
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut.
- Gangguan pola tidur: Perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang terganggu oleh faktor internal atau eksternal.
- Risiko infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Ketidakefektifan menyusui: Penurunan atau tidak adanya kemampuan bayi untuk menyusu secara efektif.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri terkontrol
- Pola tidur membaik
- Bebas infeksi
- Menyusui efektif
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri
- Manajemen pola tidur
- Pencegahan infeksi
- Optimalisasi menyusui
Secara singkat, pasien mengalami nyeri payudara, gangguan pola tidur, risiko infeksi, dan ketidakefektifan menyusui. Perawat perlu melakukan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, seperti manajemen nyeri, manajemen pola tidur, pencegahan infeksi, dan optimalisasi menyusui. -
Article No. 418 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal-gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien dengan keluhan gatal-gatal:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gatal-gatal
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi aktivitas meningkat
2. Kemampuan melakukan aktivitas meningkat
3. Kenyamanan meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen gejala
2. Peningkatan kenyamanan
3. Peningkatan aktivitas
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan gatal-gatal dapat mengalami intoleransi aktivitas akibat rasa tidak nyaman yang dirasakan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengelola gejala gatal-gatal, meningkatkan kenyamanan pasien, dan membantu meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuannya adalah agar pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, kemampuan melakukan aktivitas, dan kenyamanan. -
Article No. 419 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal-gatal di lipatan kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan gatal-gatal di lipatan kulit, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan fungsi kulit akibat gatal-gatal di lipatan kulit
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik, psikologis, atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen gejala, seperti mengatasi gatal-gatal dengan pemberian antihistamin atau pelembab kulit.
2. Manajemen aktivitas, dengan mengatur ulang aktivitas harian pasien sesuai toleransi.
3. Edukasi tentang perawatan kulit untuk mengurangi gejala gatal-gatal.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengatasi penyebab gatal-gatal.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat beraktivitas secara maksimal sesuai dengan kemampuannya dan mengurangi dampak dari gatal-gatal di lipatan kulit. -
Article No. 420 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan nafas sesek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan nafas sesak, berikut adalah contoh diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Diagnosis Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Karakteristik Definisi: Peningkatan usaha napas, penggunaan otot bantu napas, napas dangkal, irama napas tidak teratur.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
- Indikator Luaran: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada penggunaan otot bantu napas, oksigenasi adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigen, Terapi Inhalasi.
- Tindakan Keperawatan: Mempertahankan patensi jalan napas, memantau status oksigenasi, memberikan terapi oksigen sesuai indikasi, melakukan nebulisasi atau bronkodilator sesuai kebutuhan.
Penjelasan singkat:
Diagnosis keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" mengacu pada ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada penggunaan otot bantu napas, dan oksigenasi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigen, dan Terapi Inhalasi, yang meliputi tindakan seperti mempertahankan patensi jalan napas, memantau status oksigenasi, memberikan terapi oksigen, dan melakukan nebulisasi atau bronkodilator sesuai kebutuhan.