Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 558 | 25 Sep 2024
Klinis : manajemen peningkatan tekanan intrakranial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Masalah kesehatan yang dialami oleh pasien akibat adanya peningkatan tekanan di dalam rongga kranium yang dapat mengancam fungsi otak.
- Penyebab: Trauma kepala, perdarahan intrakranial, tumor otak, edema otak, dll.
- Gejala: Nyeri kepala, penurunan kesadaran, mual, muntah, perubahan pupil, perubahan tanda vital, dll.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan tekanan intrakranial, tidak terjadi komplikasi, dan mempertahankan fungsi neurologi yang optimal.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, tidak terjadi perubahan kesadaran, tidak terjadi perubahan pupil, tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang signifikan, dll.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, kesadaran, dan fungsi neurologis.
2. Manajemen lingkungan untuk mengurangi stimulasi sensorik.
3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
4. Pemberian obat-obatan antiedema sesuai resep.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan lanjut.
6. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen peningkatan tekanan intrakranial.
Secara ringkas, diagnosis keperawatan "Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial" menggambarkan masalah kesehatan pasien terkait adanya peningkatan tekanan di dalam rongga kranium yang dapat mengancam fungsi otak. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk memantau, mengelola, dan mencegah komplikasi akibat peningkatan tekanan intrakranial, serta mempertahankan fungsi neurologis pasien. -
Article No. 559 | 25 Sep 2024
Klinis : Manajemen peningkatan tekanan intra kranial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Manajemen peningkatan tekanan intra kranial:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko peningkatan tekanan intrakranial
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko peningkatan tekanan intrakranial adalah keadaan di mana individu rentan mengalami peningkatan tekanan di dalam rongga kranium yang dapat mengganggu fungsi otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat mempertahankan tekanan intrakranial dalam rentang normal, bebas dari tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, manajemen pemberian cairan dan elektrolit, manajemen nutrisi, manajemen nyeri, serta edukasi kepada klien dan keluarga.
Tujuan utama dari intervensi ini adalah untuk mencegah atau mengatasi peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut. Perawat berperan penting dalam memantau kondisi klien dan melakukan intervensi yang tepat untuk menjaga tekanan intrakranial tetap dalam batas normal. -
Article No. 560 | 25 Sep 2024
Klinis : pasien bernama nenek Siti 70 tahun dirawat karena akibat kehilangan nafsu makan ia juga mengalami kesulitan dalam menelan kain masih mampu untuk makan sendiri tetapi harus ditemani mengobrol akan muncul keinginan untuk makan apa yang anda lakukan sebagai sistem perawat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Penurunan Nafsu Makan dan Kesulitan Menelan
- Risiko malnutrisi adalah keadaan ketika individu berisiko mengalami kekurangan gizi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh, penurunan fungsi, dan hasil klinik yang buruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko malnutrisi adalah keadaan ketika individu berisiko mengalami kekurangan gizi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh, penurunan fungsi, dan hasil klinik yang buruk.
- Faktor Risiko: Penurunan nafsu makan, kesulitan menelan, gangguan fungsi gastrointestinal, penyakit kronis, pembiayaan untuk nutrisi yang tidak memadai.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, perubahan komposisi tubuh, penurunan fungsi, dan hasil klinik yang buruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien tidak mengalami malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan, terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen nutrisi, Terapi Diet, Terapi Cairan, Manajemen Kesulitan Menelan, Kolaborasi dengan ahli gizi.
Sebagai perawat, beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Melakukan pengkajian menyeluruh terkait kondisi nutrisi pasien, mencatat asupan dan berat badan.
2. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi dan cara mengatasi kesulitan menelan.
3. Memfasilitasi pasien untuk makan dan minum, mengatur posisi yang nyaman, serta menemani saat makan untuk meningkatkan nafsu makan.
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan formula nutrisi yang sesuai dengan kondisi pasien.
5. Memantau dan mengevaluasi status nutrisi pasien secara berkala.
6. Memberikan dukungan psikologis dan emosional kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 561 | 25 Sep 2024
Klinis : Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, yang disebabkan oleh adanya akumulasi sekret dan ronki di paru-paru, yang mengganggu aliran udara (ventilasi) dan pertukaran gas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang disebabkan oleh akumulasi sekret dan ronki di paru-paru, serta mengganggu aliran udara (ventilasi) dan pertukaran gas, maka dapat diberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Kemampuan Bersihan Jalan Napas
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Kemampuan Bersihan Jalan Napas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bersih dan paten.
- Karakteristik definisi: Adanya akumulasi sekret, bunyi napas tambahan (ronki), gangguan aliran udara, dan ketidakmampuan batuk efektif.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Jalan napas yang bersih dan paten.
- Indikator: Frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada bunyi napas tambahan, tidak ada sianosis, dan kemampuan batuk yang efektif.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Ventilasi
3. Terapi Oksigen
- Intervensi Tambahan:
1. Manajemen Nyeri
2. Peningkatan Batuk
3. Manajemen Cairan
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Penurunan Kemampuan Bersihan Jalan Napas mengacu pada kondisi di mana terdapat akumulasi sekret dan ronki di paru-paru, yang mengganggu aliran udara (ventilasi) dan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang utama adalah manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan terapi oksigen, untuk membantu membersihkan jalan napas dan menjaga pertukaran gas yang optimal. -
Article No. 562 | 25 Sep 2024
Klinis : pasien datang untulk tindakan CAPD karena riwayat penyakit CKD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang untuk tindakan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) karena riwayat penyakit CKD (Chronic Kidney Disease), berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Diagnosis Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Penjelasan: Kondisi di mana pasien mengalami hambatan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi jalan napas, sehingga dapat mengakibatkan perubahan pada pola napas.
2. Gangguan Keseimbangan Cairan
- Penjelasan: Kondisi di mana pasien mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan, yang dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan cairan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Kondisi di mana pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya penyakit atau pengobatan.
SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan acuan dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan penilaian klinik dan data yang ada.
- Diagnosis keperawatan dirumuskan dengan menggunakan struktur masalah, penyebab, dan tanda-gejala.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan acuan dalam menentukan luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan ditetapkan dengan menggunakan kriteria hasil yang terukur dan dapat dicapai.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan acuan dalam menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan disusun dengan mempertimbangkan bukti ilmiah, sumber daya, dan preferensi pasien.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan CKD yang menjalani CAPD. -
Article No. 563 | 25 Sep 2024
Klinis : Pelambatan pemulihan pasca operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi pelambatan pemulihan pasca operasi, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas (00092)
Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. Risiko ketidakefektifan pola napas (00032)
Berisiko mengalami perubahan pola napas yang dapat mengganggu ventilasi, yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
3. Risiko infeksi (00004)
Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan, yang disebabkan oleh penurunan pertahanan tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik: Kelelahan, kelemahan, dispnea saat aktivitas, nyeri saat aktivitas, kecemasan, dan penurunan kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas.
2. Risiko ketidakefektifan pola napas
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan pola napas yang dapat mengganggu ventilasi, yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
- Faktor risiko: Nyeri, trauma, obstruksi jalan napas, dan gangguan neuromuskular.
3. Risiko infeksi
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan, yang disebabkan oleh penurunan pertahanan tubuh.
- Faktor risiko: Prosedur invasif, malnutrisi, dan gangguan sistem imun.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi aktivitas
- Luaran: Toleransi terhadap aktivitas, pemulihan setelah aktivitas, dan kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas.
2. Risiko ketidakefektifan pola napas
- Luaran: Pola napas efektif, pertukaran gas adekuat, dan fungsi respirasi.
3. Risiko infeksi
- Luaran: Bebas infeksi, proses penyembuhan, dan status imun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi aktivitas
- Intervensi: Manajemen aktivitas, manajemen energi, dan dukungan emosional.
2. Risiko ketidakefektifan pola napas
- Intervensi: Manajemen jalan napas, oksigenasi, dan pengendalian nyeri.
3. Risiko infeksi
- Intervensi: Pencegahan infeksi, manajemen tindakan invasif, dan peningkatan sistem imun.
Dalam kondisi pelambatan pemulihan pasca operasi, perawat perlu mempertimbangkan diagnosa keperawatan terkait intoleransi aktivitas, risiko ketidakefektifan pola napas, dan risiko infeksi. Perencanaan dan intervensi keperawatan yang tepat dapat membantu mempercepat pemulihan pasien pasca operasi. -
Article No. 564 | 25 Sep 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan flue dan setiap bangun pagi mengigil dan sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu pasien datang dengan keluhan flu, mengigil setiap bangun pagi, dan sakit kepala, maka dapat diberikan Diagnosa Keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan mekanisme pengeluaran panas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien akan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan suhu tubuh, manajemen lingkungan untuk menjaga suhu nyaman, pemberian kompres hangat/dingin, dan pemberian cairan dan elektrolit.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian nyeri, pemberian analgesik, manajemen lingkungan untuk meminimalkan stimulus nyeri, dan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi.
Selain itu, dapat juga ditambahkan diagnosa keperawatan lain yang berkaitan, seperti:
- Intoleransi aktivitas
- Defisiensi nutrisi
- Risiko infeksi
Diagnosa dan intervensi keperawatan ini dapat disesuaikan dengan kondisi pasien dan evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 565 | 25 Sep 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan flue dan setiap bangun pagi mengigil dan sakit kepala serta batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang Anda sampaikan, yaitu pasien datang dengan keluhan flu, mengigil dan sakit kepala saat bangun pagi, serta batuk, maka dapat dirumuskan beberapa diagnosis keperawatan yang sesuai, yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
- Faktor yang berhubungan: Infeksi, peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
- Gejala dan tanda: Suhu tubuh meningkat, menggigil, nyeri kepala, malaise.
b. Batuk
- Definisi: Produksi batuk yang tidak efektif.
- Faktor yang berhubungan: Respons terhadap iritasi pada saluran pernapasan.
- Gejala dan tanda: Batuk, produksi dahak, perubahan suara, dan rasa tidak nyaman di dada.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Suhu Tubuh Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh pada rentang normal.
- Kriteria hasil: Suhu tubuh berada dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, tidak ada menggigil.
b. Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret.
- Kriteria hasil: Tidak ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan normal, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada produksi dahak yang berlebihan.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Demam
- Definisi: Memfasilitasi penurunan suhu tubuh pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh.
- Intervensi: Memantau suhu tubuh, memberikan obat penurun demam, mengompres hangat, menjaga asupan cairan yang cukup.
b. Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Memfasilitasi patensi jalan napas dan efektivitas pertukaran gas.
- Intervensi: Memantau pola napas, mengajarkan teknik batuk efektif, memberikan humidifikasi udara, memberikan obat-obatan sesuai indikasi.
Dalam praktiknya, diagnosis keperawatan dan intervensi yang tepat akan ditentukan oleh perawat berdasarkan kondisi pasien yang lebih spesifik dan hasil pemeriksaan lebih lanjut. -
Article No. 566 | 25 Sep 2024
Klinis : Ny. S berusia 46 tahun dirawat di ruang seruni terpasang infus di lengan kiri. Suami pasien memanggil perawat karena infus istrinya tidak menetes. Perawat pun langsung ke ruangan Ny.S untuk mengeceknya. Infuse Ny.S tidak menetes karena botol infuse tidak digantung pada ketinggian. Perawat segera mengatur tinggi tiang infuse dan menggantungkan botol infuse kembali. Cairan infuse akhirnya menetes dengan lancar. Ny.S di rawat dengan keluhan luka dibagian kaki kirinya bau dan menghitam. TTV dalam batas normal. Pasien lalu diberikan perawatan luka dengan melakukan observasi pada daerah luka. Luka dengan diameter 5 cm dan kedalaman 2cm, bernanah dan bau. Hasil GDS pasien 320mmol/L, pasien mendapat terapi antibiotik 1 amp levofloxacin intra vena. Perawat menganjurkan agar pasien mengikuti diit rendah gula. Perawat melakukan pemeriksaan CRT > 3 detik, turgor kulit menurun dan akral teraba dingin. Pemeriksaan TTV : TD 140/100 mmHg, N 89 x/m, RR 22 x/m, S 36 C.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi spesifik
- Kode: L97.2
- Deskripsi: Ulkus ekstremitas bawah, unspecified
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Injeksi atau infus obat terapeutik atau biologis
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridement luka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E11.9 untuk Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi spesifik, karena pasien memiliki hasil GDS yang tinggi (320 mmol/L) dan mendapat terapi antibiotik intravena.
2. Kode ICD-10 L97.2 untuk Ulkus ekstremitas bawah, unspecified, karena pasien memiliki luka di kaki kiri yang bau dan menghitam, dengan diameter 5 cm dan kedalaman 2 cm, serta bernanah.
3. Kode ICD-9-CM 99.15 untuk Injeksi atau infus obat terapeutik atau biologis, karena pasien mendapatkan terapi intravena dengan pemberian levofloxacin.
4. Kode ICD-9-CM 86.22 untuk Debridement luka, karena perawat melakukan perawatan luka dengan observasi pada daerah luka.
Selain itu, pasien juga menunjukkan tanda-tanda syok, dengan pemeriksaan CRT > 3 detik, turgor kulit menurun, dan akral teraba dingin, serta tanda-tanda infeksi seperti luka bau dan menghitam. Oleh karena itu, perawat juga harus memperhatikan dan memberikan perawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut. -
Article No. 567 | 25 Sep 2024
Klinis : Ny. S berusia 46 tahun dirawat di ruang seruni terpasang infus di lengan kiri. Suami pasien memanggil perawat karena infus istrinya tidak menetes. Perawat pun langsung ke ruangan Ny.S untuk mengeceknya. Infuse Ny.S tidak menetes karena botol infuse tidak digantung pada ketinggian. Perawat segera mengatur tinggi tiang infuse dan menggantungkan botol infuse kembali. Cairan infuse akhirnya menetes dengan lancar. Ny.S di rawat dengan keluhan luka dibagian kaki kirinya bau dan menghitam. TTV dalam batas normal. Pasien lalu diberikan perawatan luka dengan melakukan observasi pada daerah luka. Luka dengan diameter 5 cm dan kedalaman 2cm, bernanah dan bau. Hasil GDS pasien 320mmol/L, pasien mendapat terapi antibiotik 1 amp levofloxacin intra vena. Perawat menganjurkan agar pasien mengikuti diit rendah gula. Perawat melakukan pemeriksaan CRT > 3 detik, turgor kulit menurun dan akral teraba dingin. Pemeriksaan TTV : TD 140/100 mmHg, N 89 x/m, RR 22 x/m, S 36 C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosis Keperawatan, serta penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Prosedur Invasif (Infus)
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif Terkait Komplikasi Diabetes Melitus
3. Integritas Kulit Terganggu Terkait Luka Kaki
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Terkait Prosedur Invasif (Infus): Kondisi di mana individu rentan mengalami infeksi akibat prosedur invasif, seperti pemasangan infus.
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif Terkait Komplikasi Diabetes Melitus: Kondisi di mana aliran darah ke jaringan perifer tidak adekuat, terkait komplikasi dari diabetes melitus.
3. Integritas Kulit Terganggu Terkait Luka Kaki: Kondisi di mana terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi kulit, yang disebabkan oleh luka di kaki.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Terkait Prosedur Invasif (Infus): Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi terkait prosedur invasif.
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif Terkait Komplikasi Diabetes Melitus: Luaran yang diharapkan adalah perfusi jaringan perifer yang efektif.
3. Integritas Kulit Terganggu Terkait Luka Kaki: Luaran yang diharapkan adalah integritas kulit yang baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Terkait Prosedur Invasif (Infus): Intervensi yang dapat dilakukan adalah perawatan akses vaskuler, pemberian antibiotik, dan edukasi pasien.
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif Terkait Komplikasi Diabetes Melitus: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, dan edukasi tentang perawatan kaki.
3. Integritas Kulit Terganggu Terkait Luka Kaki: Intervensi yang dapat dilakukan adalah perawatan luka, pemberian antibiotik, dan edukasi tentang perawatan luka.