Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2688 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- SLKI: Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi, Latihan Fisik Terstruktur
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien mengalami batuk berdahak dan sesak napas, yang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas.
- Tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan suction jika diperlukan.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan kemungkinan penurunan energi, yang dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas.
- Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen energi, latihan fisik terstruktur, dan monitoring tanda-tanda vital.
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- Tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen nutrisi, edukasi tentang kebutuhan nutrisi, dan kolaborasi dengan tenaga gizi.
Dalam menerapkan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 2689 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien Anak A, MRS dengan diagnosis Medis Bronchopneumonia, setelah perawat melakukan pengkajian didapatkan data batuk tidak efektif, ada sputum, suara nafas ronkhi, adanya dyspnea, gelisah, frekuensi napas berubah dan pola nafas tidak teratur.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasannya berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Anak A dengan diagnosis medis Bronchopneumonia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas secara adekuat yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen/karbon dioksida.
3. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap persepsi ancaman yang tidak diketahui atau tidak jelas penyebabnya.
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya batuk tidak efektif, sputum, suara napas ronki, dan adanya dispnea.
- Tujuannya adalah untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen jalan napas, fisioterapi dada, dan suction.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan frekuensi napas yang berubah dan pola napas yang tidak teratur.
- Tujuannya adalah untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen oksigenasi, manajemen ventilasi, dan perawatan trakeostomi.
3. Kecemasan
- Ditandai dengan perilaku gelisah.
- Tujuannya adalah untuk mengurangi atau mengatasi kecemasan yang dialami.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen kecemasan, terapi relaksasi, dan dukungan emosional.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan penjelasannya berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2690 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien Anak A, MRS dengan diagnosis Medis Bronchopneumonia, setelah perawat melakukan pengkajian didapatkan data batuk tidak efektif, ada sputum, suara nafas ronkhi, adanya dyspnea, gelisah, frekuensi napas berubah dan pola nafas tidak teratur.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien anak A yang dirawat dengan diagnosis medis Bronchopneumonia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor yang Berhubungan: Sekret berlebihan, edema, spasme otot, kelemahan, adanya benda asing.
- Tanda dan Gejala: Batuk tidak efektif, sputum, suara napas ronki, dispnea, gelisah, perubahan frekuensi napas, pola napas tidak teratur.
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi atau ventilasi yang adekuat.
- Faktor yang Berhubungan: Edema, sekret berlebihan, kelemahan otot pernapasan.
- Tanda dan Gejala: Dispnea, sianosis, perubahan frekuensi napas, pola napas tidak teratur.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan data pengkajian dan masalah kesehatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kondisi pasien anak A dengan diagnosis medis Bronchopneumonia, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, merumuskan tujuan keperawatan, dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 2691 | 18 Oct 2024
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk bernapas secara spontan atau memuaskan untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan meliputi perubahan frekuensi napas, irama napas, dan kedalaman napas menjadi normal, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Memantau status pernapasan
2. Mengatur posisi tubuh yang nyaman
3. Memberikan oksigen sesuai indikasi
4. Mengajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi
5. Menjaga jalan napas tetap bersih
6. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, mengidentifikasi penyebab sesak napas, dan menyusun rencana keperawatan yang berfokus pada pengelolaan yang efektif untuk mengatasi masalah pernapasan pasien. -
Article No. 2692 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis dan histologi positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis, kultur
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis dan histologi positif. Pasien ini memenuhi kriteria ini karena menunjukkan gejala klinis yang khas untuk tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 adalah kode untuk pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis, kultur. Pemeriksaan ini diperlukan untuk konfirmasi diagnosis dan penentuan strategi pengobatan yang tepat.
Berdasarkan kode-kode ini, dokter dapat melakukan tindakan diagnostik dan pengobatan yang sesuai untuk pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. -
Article No. 2693 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Gejala dan Tanda: Batuk produktif, suara napas bronkial, dispnea.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- Gejala dan Tanda: Kelelahan, sesak napas saat beraktivitas, penurunan nafsu makan.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terkena infeksi.
- Gejala dan Tanda: Demam, lesi paru pada pemeriksaan radiologi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan respons pasien terhadap masalah tersebut.
- Diagnosa Keperawatan yang disebutkan di atas mengacu pada SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan di atas antara lain: Jalan napas terbuka, toleransi aktivitas meningkat, dan tidak terjadi infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Edukasi tentang teknik batuk efektif, pengaturan aktivitas, pemberian oksigen, dan pemberian terapi anti-tuberkulosis.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus pasien tuberkulosis paru. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 2694 | 18 Oct 2024
Klinis : Perawat melakukan kunjungan rutin ke rumah seorang klien bernama Nn. I (22 tahun). Nn.I adalah seorang mahasiswa dan belum bekerja. Nn.I mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini merasa mudah lelah, dan badannya sering pegal-pegal. Nn.I memiliki tinggi 160 cm dan berat badan 64,4 Kg. Kebiasaan Nn.I setiap pagi meminum teh hangat dengan ukuran cangkir 200ml ditambah dengan gula 1 sendok makan. Selain itu, porsi makan Nn. I cukup banyak dengan takaran nasi 1 – 1,5 centong nasi. Nn. I makan 3 kali dalam sehari diikutin dengan memakan cemilan seperti biscuit atau jajanan kekinian. Nn.I sering mengonsumsi sayur dan bahkan hampir setiap hari, namun untuk makan buah Nn.I jarang memakannya, dan membeli ketika ingin saja. Kegiatan harian Nn.I adalah pergi kuliah dari pukul 07.00 s/d 17.00 dan Ketika tidak kuliah Nn.I hanya menghabiskan waktunya untuk rebahan di rumah. Ketika dilakukan pemeriksaan didapatkan data TTV HR 130x/m, RR 30x/m, TD 125/70 mmHg, T 36.8c
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan berat badan
Penjelasan:
- SDKI: Kelebihan berat badan
- SLKI: Manajemen berat badan
- SIKI: Intervensi terkait kelebihan berat badan
Klien Nn.I memiliki berat badan 64,4 kg dengan tinggi badan 160 cm, sehingga termasuk dalam kategori kelebihan berat badan. Hal ini dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi makanan tinggi kalori.
2. Intoleransi aktivitas
Penjelasan:
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
- SIKI: Intervensi terkait intoleransi aktivitas
Klien Nn.I mengeluhkan mudah lelah dan badan sering pegal-pegal, serta hanya menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah saat tidak kuliah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara aktivitas dan kapasitas fisiologis, sehingga menimbulkan kelelahan.
3. Pola nutrisi tidak seimbang
Penjelasan:
- SDKI: Pola nutrisi tidak seimbang
- SLKI: Manajemen nutrisi
- SIKI: Intervensi terkait pola nutrisi tidak seimbang
Klien Nn.I memiliki kebiasaan minum teh hangat dengan gula yang berlebihan, konsumsi makanan dengan porsi yang besar, serta jarang mengonsumsi buah. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk menyusun rencana intervensi yang sesuai dengan kondisi klien dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 2695 | 18 Oct 2024
Klinis : risiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko defisit nutrisi dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Defisit Nutrisi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai risiko ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang dapat membahayakan kesehatan. Karakteristik definisinya meliputi faktor risiko seperti riwayat penyakit, faktor psikologis, dan keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah klien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan, serta dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat. Indikator yang digunakan antara lain intake nutrisi, status nutrisi, dan tidak adanya tanda-tanda defisiensi nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko defisit nutrisi meliputi:
1. Monitoring status nutrisi dan intake makanan/minuman
2. Pemberian edukasi tentang nutrisi seimbang dan cara pemenuhan kebutuhan nutrisi
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai
4. Pemberian makanan atau suplemen nutrisi tambahan jika diperlukan
5. Evaluasi dan modifikasi intervensi sesuai respon klien
Secara keseluruhan, pendekatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya defisit nutrisi dan memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien secara adekuat. -
Article No. 2696 | 18 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn M berumur 68 tahun, mantan pekerja pabrik rokok selama 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang memburuk saat aktivitas fisik, Aktivitas fisik terbatas karena sesak napas. Pasien kesulitan berjalan lebih dari 50 meter tanpa berhenti. batuk produktif dengan dahak berwarna putih, dan sering mengalami kelelahan. Pasien juga melaporkan adanya episode infeksi saluran napas berulang, terutama di musim hujan. Sesak napas dirasakan lebih berat saat malam hari dan cuaca dingin. Keluhan sesak napas ringan sudah dimulai 5 tahun yang lalu dan semakin memburuk dalam 3 tahun terakhir. Tn M memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus/hari selama 35 tahun, Pasien mengetahui bahwa kebiasaannya merokok dapat memperburuk kondisinya tetapi merasa sulit berhenti. Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, atau diabetes. Pasien tidak pernah mengalami alergi. Nafsu makan menurun, berat badan menurun 5 kg dalam 3 bulan, dengan BB sebelum sakit 50 Kg. Pasien makan 2 kali sehari, sering merasa mual saat makan. sering terbangun di malam hari karena sesak napas, tidur rata-rata hanya 4-5 jam per malam. merasa cemas karena kondisi kesehatannya menurun, merasa tidak berguna karena tidak bisa bekerja seperti dulu. Pasien menyadari kondisinya, tetapi belum sepenuhnya memahami pentingnya terapi oksigen, merasa malu karena ketergantungan pada anggota keluarga untuk aktivitas sehari-hari. Pasien merasa stres dan cemas tentang masa depan dan kemampuannya untuk hidup mandiri. Pasien percaya bahwa penyakit ini adalah ujian, dan mengandalkan doa sebagai bentuk penenang. Pasien diadiagnosis mengalami penyakit paru obstruktif kronis (ppok) tahap III, sesuai dengan GOLD Guidelines. Cor pulmonale. Hasil Pemeriksaan Fisik didapatkan: • Keadaan umum : Tampak sesak saat beristirahat, kesulitan berbicara panjang, tampak kurus (BMI 18 kg/m2). • Tanda vital: Tekanan darah: 130/80 mmHg, Nadi: 100 kali/menit, Frekuensi napas: 24 kali/menit, Suhu: 37°C • Saturasi oksigen (SpO2): 88% tanpa oksigen tambahan • Inspeksi: Pasien tampak bernapas menggunakan otot bantu napas, dada terlihat “barrel chest” • Palpasi: Gerakan ekspansi dada simetris, namun berkurang. • Perkusi: Terdengar hipersonor di seluruh lapang paru. • Auskultasi : Bunyi napas vesikuler menurun, terdengar wheezing di kedua paru, terutama pada ekspirasi. Pemeriksaan Penunjang: 1. Spirometri: • FEV1: 40% dari prediksi • FVC: 60% dari prediksi • FEV1/FVC ratio: 55% Interpretasi: PPOK stadium III (berat). • Interpretasi*: Obstruksi aliran udara berat. Ini konsisten dengan diagnosis PPOK tahap lanjut (sesuai GOLD Kriteria). 2. Hasil Laboratorium Darah lengkap: • Hemoglobin (Hb): 17 g/dL • Leukosit: 9.000/mm3 • Trombosit: 250.000/mm3 Analisis gas darah arteri (AGD)**: • pH: 7,36 • pCO2: 55 mmHg • pO2: 65 mmHg • HCO3-: 30 mEq/L (Interpretasi : Asidosis respirasi terkompensasi metabolic) Saturasi oksigen: 88% CRP: 5 mg/L 3. Rontgen Dada: Tampak hiperinflasi paru (ruang interkostal melebar), diafragma menurun, dan peningkatan transparansi paru. Tidak ada infiltrat atau konsolidasi, menyingkirkan kemungkinan pneumonia. 4. Elektrokardiografi (EKG) Menunjukkan tanda-tanda cor pulmonale (hipertrofi ventrikel kanan) yang ditandai oleh deviasi aksis kanan dan gelombang P pulmonale (P yang membesar di lead II). Penatalaksanaan 1. Farmakologis: Bronkodilator: • Salbutamol (SABA) inhalasi 100 mcg, 4 kali sehari. • Tiotropium** (LAMA) inhalasi 18 mcg sekali sehari. • Kortikosteroid inhalasi: Budesonide 400 mcg, 2 kali sehari. Oksigenasi: Terapi oksigen jangka panjang (Long-Term Oxygen Therapy/LTOT) diberikan 16 jam per hari dengan target saturasi oksigen >90%. Antibiotik (jika ada eksaserbasi infeksi): Amoxicillin-clavulanate 3x 500 mg, selama 7 hari. Mukolitik: Ambroxol 3x 30 mg 2. Non-farmakologis • Rehabilitasi paru • Pendidikan kesehatan. • Vaksinasi : Vaksin influenza tahunan dan vaksin pneumokokus.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Terapi oksigen, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. M didiagnosis dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) tahap III sesuai dengan GOLD Guidelines, dengan tanda-tanda cor pulmonale. Kode ICD-10 yang sesuai adalah J44.1 untuk PPOK dengan eksaserbasi akut.
Selain itu, pasien juga mendapatkan terapi oksigen jangka panjang (Long-Term Oxygen Therapy/LTOT), yang memiliki kode ICD-9-CM 93.90 untuk terapi oksigen yang tidak terspesifikasi. -
Article No. 2697 | 18 Oct 2024
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis ansietas dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait, beserta penjelasan yang rinci:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F41.1
- Deskripsi: Gangguan ansietas umum (Generalized Anxiety Disorder/GAD)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.11
- Deskripsi: Pemeriksaan psikiatrik, tidak termasuk psikologis atau neurofisiologis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 untuk Ansietas:
- Kode F41.1 (Gangguan ansietas umum) adalah kode yang digunakan untuk diagnosis ansietas yang menetap dan tidak terkait dengan situasi spesifik.
- Gangguan ansietas umum (GAD) adalah kondisi di mana pasien mengalami ansietas dan khawatir secara berlebihan tanpa adanya penyebab jelas, serta menimbulkan gangguan signifikan dalam fungsi sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode 94.11 (Pemeriksaan psikiatrik, tidak termasuk psikologis atau neurofisiologis) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengevaluasi dan mendiagnosis kondisi ansietas pada pasien.
- Tindakan ini dapat meliputi wawancara klinis, penilaian gejala, dan pengkajian riwayat kesehatan mental pasien oleh profesional kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog klinis.
Kode-kode ini digunakan untuk tujuan dokumentasi, pelaporan, dan penagihan biaya dalam sistem kesehatan. Ketepatan penggunaan kode sangat penting untuk menjamin ketepatan diagnosis dan perawatan yang diberikan kepada pasien.