Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2668 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol nyeri: Kemampuan untuk menggunakan teknik-teknik untuk mengurangi nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengenali, mengurangi, dan mencegah nyeri sehingga pasien dapat mempertahankan tingkat kenyamanan yang optimal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas.
SDKI:
Gangguan pertukaran gas: Ketidakmampuan untuk mengirim atau menerima gas-gas respirasi melalui membran alveolar-kapiler.
SLKI:
Ventilasi efektif: Kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
SIKI:
Manajemen jalan napas: Tindakan untuk memelihara dan memfasilitasi jalan napas terbuka.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan status kardiovaskular, ditandai dengan mudah lelah dan kelelahan.
SDKI:
Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI:
Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami gejala yang tidak diinginkan.
SIKI:
Manajemen aktivitas: Tindakan untuk memfasilitasi dan mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
Dalam kondisi ini, pasien memerlukan pemantauan ketat, pengelolaan nyeri, dukungan pernapasan, dan manajemen aktivitas yang tepat untuk membantu pemulihan kondisi. Peran perawat dalam kondisi ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 2669 | 18 Oct 2024
Klinis : Kelebihan berat badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kelebihan berat badan.
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Berat Badan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kelebihan Berat Badan didefinisikan sebagai kondisi di mana berat badan seseorang melebihi berat badan ideal berdasarkan tinggi badan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan kalori yang berlebihan atau aktivitas fisik yang kurang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari manajemen Kelebihan Berat Badan adalah pasien dapat mencapai berat badan ideal, mampu mengontrol asupan makan, dan meningkatkan aktivitas fisik secara teratur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani Kelebihan Berat Badan mencakup edukasi gizi, modifikasi pola makan, perencanaan diet, pemberian motivasi, dan penjadwalan aktivitas fisik. Perawat berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan, memantau kemajuan, dan memfasilitasi perubahan gaya hidup yang sehat.
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa menangani kelebihan berat badan membutuhkan pendekatan komprehensif dan kolaboratif dengan pasien. Penting untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada kondisi ini dan menyusun rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pasien. Saya siap memberikan dukungan dan bimbingan yang dibutuhkan untuk mencapai berat badan yang sehat. -
Article No. 2670 | 18 Oct 2024
Klinis : Sesak nafas, ureum 200 creatini 13, edema ekstremitas, edema paru , saturasi oksigen 93
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu:
1. Sesak nafas
2. Ureum 200, creatinin 13
3. Edema ekstremitas
4. Edema paru
5. Saturasi oksigen 93%
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini memiliki kemungkinan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
- Tanda dan gejala: Sesak nafas, edema paru, dan saturasi oksigen yang rendah.
2. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Akumulasi kelebihan cairan intravaskular, ekstravaskular, dan/atau intraseluler.
- Tanda dan gejala: Edema ekstremitas, edema paru, dan peningkatan ureum dan kreatinin.
Penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi diagnosis keperawatan yang diakui di Indonesia.
- Berisi definisi, karakteristik utama, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan dan beresiko.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara sistematis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi luaran/hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan di Indonesia.
- Berisi definisi, kriteria hasil, dan faktor yang mempengaruhi.
- Membantu perawat dalam menentukan tujuan dan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi intervensi keperawatan yang diakui di Indonesia.
- Berisi definisi, aktivitas, dan rasional intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berkualitas bagi pasien. -
Article No. 2671 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 32.0
- Deskripsi: Bronkoskopi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif, yang sesuai dengan kondisi pasien ini.
- Prosedur bronkoskopi (kode ICD-9-CM 32.0) dapat dilakukan untuk mengumpulkan sampel jaringan atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam memastikan diagnosis tuberkulosis. -
Article No. 2672 | 18 Oct 2024
Klinis : Pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Pola Nafas Tidak Efektif
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), pola nafas tidak efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi".
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi klien. Dalam SDKI, pola nafas tidak efektif merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan pada klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk diagnosis pola nafas tidak efektif, beberapa luaran keperawatan yang dapat ditetapkan adalah peningkatan pola napas, peningkatan oksigenasi, dan peningkatan kemampuan batuk.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan klien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pola nafas tidak efektif antara lain pengaturan posisi, terapi oksigen, latihan pernapasan, dan manajemen jalan napas.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan pola nafas tidak efektif. -
Article No. 2673 | 18 Oct 2024
Klinis : Perawat puskesmas melakukan pendataan mendapati 10 ibu hamil. Hasil wawancara didapatkan sebagian besar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal, dari 10 ibu hamil didapatkan 5 orang yang mengalami keluhan pusing dan lemas dan belum melakukan cek Hb di puskesmas. Ibu hamil menyatakan sudah mengkonsumsi tablet Fe namun sering mengurangi makan supaya tidak melahirkan bayi besar. Apakah tindakan prevensi primer yang tepat pada kasus tersebut? a. Motivasi keluarga untuk memantau kesehatan ibu hamil b. Rujuk Ibu hamil yang menunjukkan gejala anemia c. Anjurkan ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil d. Lakukan skrining kesehatan: pemeriksaan Hb e. Berikan edukasi kebutuhan nutrisi selama kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Diagnosa SDKI)
- Definisi: Kondisi yang berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Konsumsi makanan yang kurang, perubahan metabolisme selama kehamilan.
2. Risiko Anemia (Diagnosa SDKI)
- Definisi: Kondisi yang berisiko mengalami penurunan kadar hemoglobin di bawah normal.
- Faktor Risiko: Konsumsi zat besi yang kurang, riwayat anemia.
Penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan klien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Menjelaskan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Menjelaskan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah klien.
Tindakan prevensi primer yang tepat pada kasus tersebut adalah:
d. Lakukan skrining kesehatan: pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb sangat penting untuk mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil. Dengan melakukan pemeriksaan Hb, dapat diketahui status anemia dan dilakukan tindakan pencegahan lebih lanjut.
e. Berikan edukasi kebutuhan nutrisi selama kehamilan, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse
Edukasi tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan sangat penting untuk mencegah risiko anemia dan ketidakseimbangan nutrisi pada ibu hamil. Perawat dapat memberikan informasi yang akurat dan komprehensif dengan nada yang akademis dan profesional. -
Article No. 2674 | 18 Oct 2024
Klinis : Seorang perawat puskesmas sedang melakukan pendataan kesehatan pada balita disuatu wilayah untuk mendeteksi adanya masalah stunting. Perawat telah mendapatkan data primer pada kelompok ibu balita. Selanjutnya perawat ingin melengkapi data sekunder untuk mendeteksi jumlah balita stunting di Wilayah tersebut. Apakah sumber data yang tepat pada kasus tersebut? a. Hasil pemeriksaan fisik balita b. Hasil observasi lingkungan rumah c. Laporan posyandu terkait hasil penimbangan balita d. Hasil wawancara pada kelompok ibu balita e. Laporan riset kesehatan dasar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, sumber data yang tepat untuk mendeteksi jumlah balita stunting di wilayah tersebut adalah:
c. Laporan posyandu terkait hasil penimbangan balita
Penjelasan:
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sumber data yang tepat untuk mendeteksi jumlah balita stunting adalah laporan posyandu terkait hasil penimbangan balita.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu tempat di mana petugas kesehatan, seperti perawat, melakukan penimbangan dan pemantauan pertumbuhan balita secara rutin. Hasil penimbangan dan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu akan terdokumentasi dalam laporan posyandu. Informasi ini dapat digunakan oleh perawat untuk mendeteksi jumlah balita stunting di wilayah tersebut.
Sumber data lainnya, seperti hasil pemeriksaan fisik balita, observasi lingkungan rumah, atau hasil wawancara dengan kelompok ibu balita, dapat digunakan sebagai data penunjang, tetapi laporan posyandu merupakan sumber data primer yang paling tepat untuk mendeteksi jumlah balita stunting. -
Article No. 2675 | 18 Oct 2024
Klinis : Perawat puskesmas melakukan pengkajian kelompok ibu balita dan memperoleh data sebagian besar balita sering menderita ISPA, terdapat 2 balita yang imunisasinya tidak lengkap,terdapat angota keluarga yang merokok di dalam rumah, lingkungan rumah padat penduduk, ventilasi ada tapi jarang dibuka dan rumah tamak kotor dan lembab. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Defisit pengetahuan b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan c. Perilaku kesehatan cenderung berisiko d. Ketidakpatuhan e. Manajemen kesehatan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah:
c. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Perilaku kesehatan cenderung berisiko" sesuai dengan kondisi yang dipaparkan, dimana terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kesehatan pada balita, yaitu:
1. Sebagian besar balita sering menderita ISPA, menunjukkan adanya masalah kesehatan yang berulang.
2. Terdapat 2 balita yang imunisasinya tidak lengkap, menunjukkan perilaku pemeliharaan kesehatan yang belum optimal.
3. Terdapat anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, menunjukkan perilaku yang berisiko bagi kesehatan balita.
4. Lingkungan rumah yang padat penduduk, ventilasi yang jarang dibuka, serta rumah yang kotor dan lembab, menunjukkan kondisi lingkungan yang kurang mendukung kesehatan.
Diagnosis keperawatan ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 2676 | 18 Oct 2024
Klinis : An. M, laki-laki berusia 7 tahun masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 27 Maret 2019 dengan diagnosa medis Akut Limfoblastik Leukemia (ALL). Pada saat dilakukan pengkajian keperawatan, ibu pasien mengatakan anaknya demam, pucat dan tidak nafsu makan sebelum masuk rumah sakit. Riwayat kesehatan sekarang didapatkan pasien dengan perawatan hari ke-1 tampak pucat, orang tua pasien tampak cemas melihat kondisi anaknya karena pasien akan menjalankan kemoterapi minggu ke-9 fase konsolidasi. Saat ini ibu mengatakan pasien tidak ada keluhan lain. Riwayat kesehatan dahulu didapatkan An.M sudah pernah dirawat sebelumnya dengan diagnosis yang sama yaitu ALL. An.M sudah didiagnosis sejak Oktober 2018. Pengkajian keluarga didapatkan ibu dan keluarga lainnya tidak ada memiliki penyakit yang sama dengan An. M dan juga tidak ada penyakit keturunan. Kegiatan aktivitas sehari-hari didapatkan data An. M memiliki kebiasaan makan 2-3 kali sehari, ASI, makanan biasa dengan nasi & lauk, dan sayur, tetapi porsi tidak habis, ibu mengatakan An. M lebih suka makan makanan siap saji seperti makanan ringan. Selama di rumah sakit An. M diberi makan biasa TKTP 1100 kkal. Ibu pasien mengatakan An. M tidak nafsu makan. Pola tidur siang tidak teratur dengan lama tidur lebih kurang 2-3 jam, pola tidur malam teratur dengan jumlah jam tidur 8 jam, selama di rumah sakit ibu pasien mengatakan tidur An. M sama seperti biasanya, tidak ada masalah. Kebiasaan BAK lebih dari 8 kali, warna normal, tidak ada masalah BAK, sedangkan kebiasaan BAB lebih kurang 1-2 kali sehari warna kuning, konsistensi padat. Tidak ada keluhan. Kebiasaan mandi 2 kali sehari, selama di rumah sakit ibu mengatakan An. M mandi hanya di seka. Hasil pemeriksaan fisik yaitu, keadaan umum pasien sedang, berat badan awal 22 kg mengalami penurunan menjadi 19 kg, tinggi badan 125 cm, hasil pengukuran: suhu 38,6 ºC, nadi 90 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, TD 112/80 mmHg. Dari hasil pengukuran suhu yang tinggi menyebabkan klien menjadi gelisah. Pemeriksaan kepala ditemukan bentuk kepala normal, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva sub anemis pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik pada mata kiri dan kanan, reflek pupil sama pada mata kiri dan kanan. Pada inspeksi bibir tampak pucat, lidah tampak bersih, tidak ada perdarahan gusi, pada telinga tampak bersih, 22 tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaaan toraks, pada inspeksi ditemukan toraks simetris kiri kanan, tidak ada retraksi dinding dada. Pada perkusi terdengar sonor. Pada saat palpasi ditemukan toraks fremitus kiri dan kanan. Pada auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung, pada inspeksi ditemukan iktus cordis tidak terlihat, pada saat palpasi ditemukan ictus cordis teraba di RIC 4 midklavikula, pada saat auskultasi terdengar irama jantung teratur/regular. Pemeriksaan abdomen, pada inspeksi tidak tampak tonjolan dan, tidak ada asites, pada saat palpasi hepar tidak teraba, pada saat perkusi terdengar timpani, pada auskultasi terdengar bising usus normal. Pemeriksaan kulit ditemukan turgor kulit kembali cepat, tidak ada edema, akral teraba hangat, capillary refil kembali dalam dua detik, terdapat bintik-bintik merah di punggung. Pemeriksaan genitalia ditemukan bentuk normal dan lengkap. Pada pemeriksaan ekstremitas kiri atas terdapat bekas luka infus yang mengakibatkan gatal– gatal dan kulit sekitarnya kemarahan. Pada ekstremitas bawah tidak ada masalah. Pemeriksaan penunjang pada tanggal 18 Maret 2019 didapatkan data: Hb 9 gr/dl (9,6-15,6 gr/dl), leukosit 20.150/mm3 (normal 5.500–17.500/mm3), trombosit 520.000/mm3 (150.000-450.000/mmγ), basofil 0% (normal 0- 2%), N. Batang 3% (normal 0-5 %), N. Segmen 55% (normal 22-46%). Program pengobatan pada An. M adalah terapi MTX HD 460 mg, MTX IT 12 mg, DSNS ¼ IV, Leucovin 4x1 gr IV, NaHCO3 8,4% IV.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat kemoterapi.
2. Malnutrisi berhubungan dengan kurangnya nafsu makan.
3. Nyeri akibat efek samping kemoterapi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko peningkatan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada pasien kemoterapi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah komplikasi infeksi.
2. Malnutrisi
- SDKI: Asupan nutrisi tidak adekuat yang menyebabkan perubahan komposisi tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien kemoterapi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan mencegah komplikasi malnutrisi.
3. Nyeri
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri akibat efek samping kemoterapi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengelola nyeri dan meningkatkan kenyamanan pasien.
4. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau yang dibutuhkan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi aktivitas pasien sesuai kemampuan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kapasitas fisik pasien.
Secara umum, standar SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan panduan komprehensif bagi perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien kemoterapi seperti An. M. -
Article No. 2677 | 18 Oct 2024
Klinis : Seorang remaja putri umur 17 tahun tidak makan dan minum selama 3 hari dan dia mengurung diri dikamar
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dokter, berdasarkan informasi yang Anda berikan, kondisi pasien ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F50.0
- Deskripsi: Anoreksia nervosa
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.62
- Deskripsi: Pemantauan status nutrisi, termasuk pengukuran berat badan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 F50.0 (Anoreksia nervosa):
- Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal, ketakutan yang berlebihan terhadap penambahan berat badan, dan terganggu persepsi terhadap bentuk tubuh.
- Kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa pada remaja putri umur 17 tahun ini termasuk:
- Penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal, ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan.
- Ketakutan yang intens terhadap penambahan berat badan atau menjadi gemuk, meskipun berat badan di bawah normal.
- Terganggu persepsi terhadap bentuk tubuh, dengan pengaruh yang berlebihan terhadap bentuk tubuh dalam menentukan harga diri.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 94.62 (Pemantauan status nutrisi, termasuk pengukuran berat badan):
- Prosedur ini dilakukan untuk memantau status nutrisi pasien, termasuk pengukuran berat badan.
- Hal ini diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien dengan anoreksia nervosa dan memantau perkembangan selama perawatan.
Dalam penanganan kasus ini, selain pemantauan status nutrisi, diperlukan juga intervensi terapi psikologis dan dukungan keluarga untuk membantu pasien mengatasi gangguan makan dan masalah psikologis yang mendasarinya.