Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 800 | 28 Sep 2024
Klinis : Riwayat Penyakit: Bapak X umur 52 tahun mengalami stroke 1 minggu yang lalu. Sejak saat itu, ia tidak bisa bergerak bebas dan harus dibantu oleh anggota keluarga untuk melakukan hampir semua aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, dan pergi ke kamar mandi. Sebelum terkena stroke, Bapak X merupakan orang yang aktif bekerja dan selalu merasa bangga karena mampu menghidupi keluarganya, akan tetapi jika pulang kerja Bapak X sering mengeluh mudah capek, lelah, lesu, sering pusing, mudah mengantuk dan sering mudah lapar dan haus. Sekarang, Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Pasien mengatakan: "Saya merasa tidak berguna sekarang, saya tidak bisa melakukan apa-apa, dulu saya pekerja keras." Pasien mengungkapkan kekhawatirannya akan menjadi beban bagi keluarganya. Data Pengkajian: Data Objektif o Kelemahan pada sisi kiri tubuh, dengan gerakan terbatas di tangan dan kaki kiri, ROM menurun, kekuatan otot menurun o Pasien memerlukan bantuan total dalam semua aktivitas sehari-hari (ADL). o Tekanan darah: 170/90 mmHg, denyut nadi: 90 kali/menit, pernapasan: 20 kali/menit. o GDS: 360 mg/dl o Ekspresi wajah pasien tampak tegang dan cemas saat berbicara tentang kondisinya. Diagnosis Medis: Stroke non-hemoragik dengan kelemahan pada sisi kiri tubuh (hemiparesis sinistra)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk pasien adalah:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Defisit Perawatan Diri
b. Ketidakberdayaan
c. Cemas
2. Penjelasan Singkat:
a. Defisit Perawatan Diri
- Ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri akibat kelemahan pada sisi kiri tubuh setelah mengalami stroke.
- Pasien memerlukan bantuan total dalam semua aktivitas sehari-hari (ADL).
b. Ketidakberdayaan
- Perasaan tidak berdaya dan tidak mampu berkontribusi dalam keluarga seperti sebelumnya, akibat kondisi pasca stroke.
- Pasien mengungkapkan rasa tidak berguna dan khawatir menjadi beban bagi keluarganya.
c. Cemas
- Perasaan cemas dan khawatir yang dialami pasien terkait kondisi kesehatannya saat ini dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
- Ekspresi wajah pasien tampak tegang dan cemas saat berbicara tentang kondisinya.
3. Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang berisi tentang definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko dari diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang berisi tentang kriteria hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang berisi tentang intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan, merencanakan luaran yang diharapkan, serta menentukan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 801 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi hipertensi pada Tn. R:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Nyeri Akut
4. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai dan efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Tujuannya adalah meningkatkan pola napas yang efektif. Intervensi keperawatan mencakup kolaborasi pemberian oksigen, monitor status oksigenasi, dan anjurkan batuk efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Manajemen Jalan Napas, Pemberian Oksigen, dan Monitor Tanda-Tanda Vital.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Tujuannya adalah meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. Intervensi keperawatan mencakup pengaturan aktivitas, manajemen energi, dan edukasi tentang aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, dan Edukasi Kesehatan.
3. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Tujuannya adalah mengurangi nyeri. Intervensi keperawatan mencakup manajemen nyeri, kolaborasi pemberian analgetik, dan distraksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Manajemen Nyeri, Kolaborasi Pemberian Analgetik, dan Distraksi.
4. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik
- SDKI: Tindakan tidak mengikuti regimen pengobatan atau perilaku kesehatan yang disarankan.
- SLKI: Tujuannya adalah meningkatkan kepatuhan pasien terhadap regimen terapeutik. Intervensi keperawatan mencakup edukasi kesehatan, monitor kepatuhan, dan dukungan sosial.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Edukasi Kesehatan, Monitor Kepatuhan, dan Dukungan Sosial.
Dalam kasus ini, hipertensi pada Tn. R menyebabkan berbagai masalah keperawatan yang perlu ditangani secara komprehensif. Diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan harus sesuai dengan kondisi pasien untuk mendukung pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 802 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn.R dengan masalah hipertensi, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Intoleransi aktivitas (NANDA-I)
b. Kelelahan (NANDA-I)
c. Nyeri akut (NANDA-I)
2. Penjelasan Singkat:
a. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan
- SLKI: Pemantauan tingkat aktivitas, Pembatasan aktivitas, Peningkatan mobilisasi
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen kelelahan, Perawatan diri: aktivitas/latihan
b. Kelelahan
- SDKI: Sensasi terus-menerus akan kurangnya energi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas
- SLKI: Pemantauan tingkat energi, Manajemen aktivitas, Pemberian nutrisi
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen energi, Manajemen kelelahan
c. Nyeri akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
- SLKI: Pengendalian nyeri, Manajemen nyeri, Pemberian analgesik
- SIKI: Manajemen nyeri, Pengurangan nyeri, Terapi komplementer
Penjelasan singkat:
- Intoleransi aktivitas: Pasien tampak lemah, mengeluh pusing dan lebih banyak tidur, sehingga memerlukan intervensi untuk pemantauan aktivitas, pembatasan aktivitas, dan peningkatan mobilisasi.
- Kelelahan: Pasien mengalami sensasi terus-menerus akan kurangnya energi, sehingga memerlukan intervensi untuk pemantauan tingkat energi, manajemen aktivitas, dan pemberian nutrisi.
- Nyeri akut: Pasien mengeluh tengkuk terasa berat dan lebih nyaman saat mata tertutup, sehingga memerlukan intervensi untuk pengendalian nyeri, manajemen nyeri, dan pemberian analgesik. -
Article No. 803 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn.R dengan hipertensi, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang tidak memadai.
- Faktor Berhubungan: Peningkatan tekanan darah arteri.
- Gejala dan Tanda: Nyeri kepala, mual, muntah, perubahan dalam tingkat kesadaran.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Perfusi Jaringan Serebral
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda adanya perfusi otak yang adekuat, tidak ada gejala penurunan perfusi serebral.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Hipertensi
- Aktivitas:
1. Kaji tanda dan gejala hipertensi
2. Pantau tekanan darah secara teratur
3. Kolaborasi pemberian obat antihipertensi
4. Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas merokok
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik
6. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan sehat rendah garam
Penjelasan singkat:
Pasien Tn.R mengalami hipertensi yang menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Hal ini ditandai dengan adanya gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, dan perubahan tingkat kesadaran. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen hipertensi, yaitu dengan mengkaji tanda dan gejala hipertensi, memantau tekanan darah secara teratur, berkolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi, serta menganjurkan pasien untuk mengurangi merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengonsumsi makanan sehat rendah garam. -
Article No. 804 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 401.9
- Deskripsi: Hipertensi esensial, tidak dispesifikasi.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. R mengalami kondisi hipertensi esensial (primer). Kode ICD-10 untuk kondisi ini adalah I10, yang merupakan kode untuk hipertensi esensial (primer). Selain itu, kode ICD-9-CM untuk hipertensi esensial yang tidak dispesifikasi adalah 401.9.
Pasien masuk dengan keluhan utama pusing, mual, dan ingin muntah yang disebabkan oleh hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan nilai yang tinggi, yaitu 158/91 mmHg. Selain itu, pasien memiliki faktor risiko hipertensi seperti merokok, kurang olahraga, dan tidak mengonsumsi sayur-sayuran. Pemeriksaan fisik dan laboratorium juga mendukung diagnosis hipertensi esensial pada pasien. -
Article No. 805 | 28 Sep 2024
Klinis : diagnosa keperawatan infeksi pasca partum
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi diagnosa keperawatan infeksi pasca partum, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O86.0
- Deskripsi: Infeksi luka uterus setelah persalinan
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 674.30
- Deskripsi: Infeksi puerperal, tempat tidak dispesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O86.0 (Infeksi luka uterus setelah persalinan) adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi infeksi pasca partum. Kode ini mencakup infeksi pada bekas jahitan uterus, infeksi endometritis, dan infeksi luka operasi pascasesarea.
2. Pada ICD-9-CM, kode 674.30 (Infeksi puerperal, tempat tidak dispesifikasi) merupakan kode yang sesuai untuk mengkodekan infeksi pasca partum, di mana tempat/lokasi infeksi tidak dispesifikasi secara jelas. -
Article No. 806 | 28 Sep 2024
Klinis : Data Subjektif: Pasien mengeluh kepala terasa pusing. Pasien merasa mual dan ingin muntah. Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi atau penyakit jantung. Data Objektif: Tekanan darah: 158/91 mmHg (hipertensi). Denyut jantung: 104x/menit (takikardia). Frekuensi napas: 26x/menit (tachypnea). Konjungtiva anemis. Wajah tampak memerah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan:
Hipertensi akut
2. Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertensi akut adalah peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba dan sementara yang melebihi batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertensi akut adalah stabilitas hemodinamik, penurunan tekanan darah, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipertensi akut meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi, relaksasi, dan edukasi tentang manajemen hipertensi.
Penjelasan singkat:
- Data subjektif menunjukkan pasien mengeluh pusing, mual, dan tidak ada riwayat penyakit hipertensi atau jantung dalam keluarga, yang merupakan gejala khas hipertensi akut.
- Data objektif menunjukkan tekanan darah tinggi (hipertensi), denyut jantung cepat (takikardia), dan frekuensi napas cepat (tachypnea), serta tanda-tanda klinis lain seperti konjungtiva anemis dan wajah memerah.
- Tujuan penanganan hipertensi akut adalah menstabilkan hemodinamik, menurunkan tekanan darah, dan mencegah komplikasi lebih lanjut melalui pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi, relaksasi, dan edukasi. -
Article No. 807 | 28 Sep 2024
Klinis : Bapak X umur 52 tahun mengalami stroke 1 minggu yang lalu. Sejak saat itu, ia tidak bisa bergerak bebas dan harus dibantu oleh anggota keluarga untuk melakukan hampir semua aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, dan pergi ke kamar mandi. Sebelum terkena stroke, Bapak X merupakan orang yang aktif bekerja dan selalu merasa bangga karena mampu menghidupi keluarganya, akan tetapi jika pulang kerja Bapak X sering mengeluh mudah capek, lelah, lesu, sering pusing, mudah mengantuk dan sering mudah lapar dan haus. Sekarang, Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Pasien mengatakan: "Saya merasa tidak berguna sekarang, saya tidak bisa melakukan apa-apa, dulu saya pekerja keras." Pasien mengungkapkan kekhawatirannya akan menjadi beban bagi keluarganya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat digunakan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik akibat stroke
Penjelasan SDKI:
- Gangguan mobilitas fisik: keterbatasan dalam gerakan yang disengaja dan terarah, baik yang terbatas pada satu bagian tubuh maupun keseluruhan tubuh.
- Penyebab: kelemahan fisik akibat stroke.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan: Pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik secara bertahap.
- Intervensi: Latihan rentang gerak, latihan transfer, latihan ambulasi, dan pemberian alat bantu mobilisasi.
Penjelasan SIKI:
- Diagnosa: Gangguan mobilitas fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan yang disengaja dan terarah, baik yang terbatas pada satu bagian tubuh maupun keseluruhan tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Kelemahan fisik, penurunan kekuatan, dan penurunan koordinasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi fisik akibat stroke
Penjelasan SDKI:
- Gangguan citra tubuh: Perubahan persepsi dan perasaan terhadap tubuh sendiri yang disebabkan oleh perubahan struktur atau fungsi tubuh.
- Penyebab: Perubahan fungsi fisik akibat stroke.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan: Pasien dapat menerima perubahan fungsi fisik akibat stroke.
- Intervensi: Terapi kelompok, konseling, dan identifikasi perubahan fungsi tubuh.
Penjelasan SIKI:
- Diagnosa: Gangguan citra tubuh
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan terhadap tubuh sendiri yang disebabkan oleh perubahan struktur atau fungsi tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan fungsi fisik, ketidakmampuan, dan ketergantungan.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan akibat stroke
Penjelasan SDKI:
- Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau ketidakpastian.
- Penyebab: Perubahan status kesehatan akibat stroke.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan: Pasien dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan.
- Intervensi: Manajemen kecemasan, terapi relaksasi, dan dukungan emosional.
Penjelasan SIKI:
- Diagnosa: Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau ketidakpastian.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan status kesehatan, perubahan peran, dan ketidakberdayaan. -
Article No. 808 | 28 Sep 2024
Klinis : Data Subjektif: Pasien mengeluh kepala terasa pusing. Pasien merasa mual dan ingin muntah. Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi atau penyakit jantung. Data Objektif: Tekanan darah: 158/91 mmHg (hipertensi). Denyut jantung: 104x/menit (takikardia). Frekuensi napas: 26x/menit (tachypnea). Konjungtiva anemis. Wajah tampak memerah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi pasien:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hipertensi Akut
b. Mual
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertensi Akut: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan komplikasi.
- Mual: Perasaan tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hipertensi Akut: Pasien akan menunjukkan penurunan tekanan darah ke dalam rentang normal, tidak terjadi komplikasi, dan pasien dapat mengenali tanda dan gejala hipertensi.
- Mual: Pasien akan menunjukkan penurunan atau tidak ada mual, pasien dapat mengenali faktor yang menyebabkan mual, dan pasien dapat menerapkan manajemen mual yang efektif.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Hipertensi Akut: Intervensi yang mungkin dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi, edukasi tentang hipertensi, dan manajemen stres.
- Mual: Intervensi yang mungkin dilakukan adalah manajemen mual (misalnya pemberian antiemetik, pengaturan lingkungan, dan distraksi), edukasi tentang manajemen mual, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diet.
Catatan: Diagnosis keperawatan dan rencana asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi pasien secara spesifik dan dikolaborasikan dengan tenaga kesehatan lainnya. -
Article No. 809 | 28 Sep 2024
Klinis : BISUL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi Bisul berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi:
Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Dokumen yang berisi standar diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam proses pengkajian dan penentuan diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Dokumen yang berisi standar luaran keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Dokumen yang berisi standar intervensi keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam perencanaan dan implementasi asuhan keperawatan.
Pada kondisi bisul, diagnosis keperawatan yang utama adalah Integritas Kulit Terganggu, karena terdapat kerusakan pada epidermis dan/atau dermis yang ditandai dengan adanya pembengkakan, kemerahan, rasa nyeri, dan pus di kulit.