Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1002 | 01 Oct 2024
Klinis : diagnosa psikiatri dari anak yang kecanduan gandget
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus anak yang kecanduan gadget dengan diagnosa psikiatri.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kecanduan Teknologi Berhubungan dengan Kurangnya Kontrol Diri
Penjelasan: Anak yang kecanduan gadget memiliki risiko untuk mengalami ketergantungan yang berlebihan terhadap teknologi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan anak dalam mengontrol penggunaan gadget secara tepat dan proporsional.
2. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Penggunaan Gadget yang Berlebihan
Penjelasan: Anak yang kecanduan gadget cenderung menghabiskan banyak waktu untuk bermain atau menggunakan gadget, terutama menjelang waktu tidur. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada pola tidur anak.
3. Gangguan Interaksi Sosial Berhubungan dengan Fokus yang Berlebihan pada Gadget
Penjelasan: Anak yang kecanduan gadget sering mengabaikan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman-teman, karena terlalu fokus pada penggunaan gadget.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Dalam kasus ini, SDKI yang relevan adalah Kecanduan Teknologi, Gangguan Pola Tidur, dan Gangguan Interaksi Sosial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, SLKI yang relevan adalah Kontrol Diri, Pola Tidur, dan Interaksi Sosial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat. Dalam kasus ini, SIKI yang relevan adalah Edukasi Manajemen Kecanduan Teknologi, Terapi Modifikasi Perilaku, dan Terapi Kelompok.
Kesimpulan:
Dalam kasus anak yang kecanduan gadget dengan diagnosa psikiatri, perawat harus mengidentifikasi masalah kesehatan, mengevaluasi hasil intervensi, dan menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 1003 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan telinga berair
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan telinga berair, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Infeksi Telinga (SDKI)
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Infeksi Telinga: Masalah kesehatan akibat invasi mikroorganisme ke dalam telinga yang menyebabkan peradangan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kontrol Infeksi: Kondisi di mana pasien dapat mengendalikan dan mencegah penyebaran infeksi.
- Pengelolaan Nyeri: Kondisi di mana pasien dapat mengelola rasa nyeri yang dirasakan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Manajemen Infeksi: Tindakan keperawatan untuk mencegah dan mengontrol infeksi pada pasien.
- Manajemen Nyeri: Tindakan keperawatan untuk membantu pasien dalam mengelola rasa nyeri yang dirasakan.
Dalam konteks akademis dan persona sebagai pakar/perawat, penjelasan singkat di atas dapat menjadi acuan dalam memberikan pemahaman menyeluruh mengenai diagnosa keperawatan dan standar PPNI yang sesuai dengan kondisi pasien dengan keluhan telinga berair. -
Article No. 1004 | 01 Oct 2024
Klinis : Koordinator perawatan Perkesmas dari Puskesmas Aman meminta kepada Kelompok perawat komunitas dari UGM melakukan survey mawas diri di Dusun Rela karena dilaporkan adanya 10 kasus Parotitis (Gondong) pada anak dan orang dewasa. 6 kasus sudah ditangani di Puskesmas dan 1 kasus di rujuk di RS. Berdasarkan informasi dari kader Kesehatan bahwa keluarga dari masing2 klien tidak tahun harus bagaimana mencegah dan mengatasi gondok selama dirumah dan hanya diberi minum air putih saja. Waktu terjadi kasus gondok Kader Kesehatan langsung membawa klien ke puskesmas terdekat.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang disampaikan adalah Parotitis (Gondong) pada anak dan orang dewasa. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B26
- Deskripsi: Parotitis (Gondong)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 072
- Deskripsi: Parotitis (Gondong)
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B26 merupakan kode untuk Parotitis (Gondong), yang merupakan infeksi viral akut pada kelenjar parotis. Hal ini sesuai dengan kondisi yang dilaporkan adanya 10 kasus Parotitis pada anak dan orang dewasa di Dusun Rela.
- Kode ICD-9-CM 072 juga menunjukkan Parotitis (Gondong), yang merupakan kode yang sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan.
- Dalam kasus ini, tidak terdapat tindakan medis yang spesifik tercantum, hanya penanganan di Puskesmas dan satu kasus yang dirujuk ke Rumah Sakit. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang dapat diberikan.
- Berdasarkan informasi, keluarga dari masing-masing klien tidak mengetahui cara mencegah dan mengatasi gondok selama di rumah, dan hanya diberikan minum air putih saja. Hal ini menunjukkan perlunya edukasi dan konseling bagi keluarga klien terkait penanganan Parotitis di rumah. -
Article No. 1005 | 01 Oct 2024
Klinis : Koordinator perawatan Perkesmas dari Puskesmas Aman meminta kepada Kelompok perawat komunitas dari UGM melakukan survey mawas diri di Dusun Rela karena dilaporkan adanya 10 kasus Parotitis (Gondong) pada anak dan orang dewasa. 6 kasus sudah ditangani di Puskesmas dan 1 kasus di rujuk di RS. Berdasarkan informasi dari kader Kesehatan bahwa keluarga dari masing2 klien tidak tahun harus bagaimana mencegah dan mengatasi gondok selama dirumah dan hanya diberi minum air putih saja. Waktu terjadi kasus gondok Kader Kesehatan langsung membawa klien ke puskesmas terdekat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat komunitas yang pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penularan Penyakit Menular (SDKI)
- Definisi: Ancaman atau kemungkinan adanya transmisi infeksi patogen dari satu individu ke individu lain.
- Faktor Risiko: Ketidaktahuan masyarakat tentang pencegahan dan perawatan parotitis (gondok).
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga (SLKI)
- Definisi: Penurunan atau tidak adanya kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- Faktor yang Berkontribusi: Kurangnya pengetahuan keluarga tentang tatalaksana parotitis (gondok) di rumah.
3. Defisit Pengetahuan (SIKI)
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif terkait kondisi kesehatan, pengobatan, prosedur, dan rencana perawatan.
- Masalah yang Terkait: Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pencegahan dan penatalaksanaan parotitis (gondok).
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Penularan Penyakit Menular (SDKI):
- Parotitis (gondok) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Ketidaktahuan masyarakat tentang pencegahan dan perawatan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit di antara anggota masyarakat.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga (SLKI):
- Keluarga yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang tatalaksana parotitis (gondok) di rumah dapat berdampak pada ketidakefektifan mereka dalam mengelola kesehatan anggota keluarga yang terkena.
3. Defisit Pengetahuan (SIKI):
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan penatalaksanaan parotitis (gondok) dapat menyebabkan mereka tidak memahami langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan dan mengelola kasus yang terjadi.
Sebagai perawat komunitas, intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, khususnya keluarga dari kasus parotitis (gondok), tentang pencegahan dan penatalaksanaan penyakit ini di rumah. Selain itu, kolaborasi dengan kader kesehatan dan petugas puskesmas untuk memperkuat sistem surveilans dan respons penyakit menular di masyarakat juga penting dilakukan. -
Article No. 1008 | 01 Oct 2024
Klinis : Koordinator perawatan Perkesmas dari Puskesmas Aman meminta kepada Kelompok perawat komunitas dari UGM melakukan survey mawas diri di Dusun Rela karena dilaporkan adanya 10 kasus Parotitis (Gondong) pada anak dan orang dewasa. 6 kasus sudah ditangani di Puskesmas dan 1 kasus di rujuk di RS. Berdasarkan informasi dari kader Kesehatan bahwa keluarga dari masing2 klien tidak tahu harus bagaimana mencegah dan mengatasi gondok selama dirumah dan hanya diberi minum air putih saja. Waktu terjadi kasus gondok Kader Kesehatan langsung membawa klien ke puskesmas terdekat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penyebaran Penyakit Menular (SDKI)
- Definisi: Kerentanan individu, keluarga, atau kelompok untuk terkena penyakit menular.
- Faktor Risiko: Paparan dengan individu yang terinfeksi, Tidak adanya perilaku pencegahan, Kondisi lingkungan yang buruk.
- Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Identifikasi faktor risiko penularan penyakit
- Berikan edukasi tentang pencegahan penyakit menular
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan kasus
2. Defisit Pengetahuan (SDKI)
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan terkait kondisi/masalah kesehatan.
- Faktor Risiko: Kurangnya paparan informasi, Kurangnya kemampuan mengingat, Salah interpretasi informasi.
- Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Identifikasi tingkat pemahaman klien/keluarga
- Berikan pendidikan kesehatan tentang parotitis (gondok)
- Evaluasi pemahaman klien/keluarga setelah edukasi
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga (SDKI)
- Definisi: Gagalnya keluarga untuk melakukan tindakan yang efektif untuk memelihara atau memperbaiki kesehatan anggota keluarga.
- Faktor Risiko: Kurangnya pengetahuan, Kurangnya kemampuan, Kurangnya motivasi.
- Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Identifikasi pemahaman keluarga tentang manajemen kesehatan
- Berikan edukasi tentang pencegahan dan penanganan parotitis (gondok)
- Monitoring kemampuan keluarga dalam manajemen kesehatan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan klien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil/luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan/intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang mengembangkan dan menetapkan standar-standar tersebut. -
Article No. 1009 | 01 Oct 2024
Klinis : Koordinator perawatan Perkesmas dari Puskesmas Mlati meminta kepada Kelompok perawat komunitas dari UGM melakukan survey mawas diri di Dusun Sendari karena adanya 10 ibu hamil yang rentang usianya 20-40 tahun. Belum diketahui kadar Hbnya dan semuanya telah kontrol secara rutin baik di puskesmas atau dokter swasta. Usia kehamilannya bermacam-macam. Tidak semua mau konsumsi asam folat yang diberikan petugas Kesehatan dengan alasan mau muntah dan tidak enak. Aktifitas bumil yang dilakukan seperti sebelum hamil jadi tidak ada perbedaan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mengacu pada Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kondisi yang dipaparkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Defisiensi Zat Besi Maternal
- Definisi: Keadaan di mana ibu hamil berisiko mengalami penurunan kadar hemoglobin (Hb) di bawah normal.
- Faktor Risiko: Konsumsi asam folat yang tidak adekuat, aktivitas yang tidak sesuai dengan kondisi kehamilan.
2. Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Definisi: Keadaan di mana ibu hamil berisiko tidak dapat mengelola kesehatan dengan efektif.
- Faktor Risiko: Enggan mengonsumsi asam folat, kontrol kehamilan yang tidak teratur.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Risiko Defisiensi Zat Besi Maternal:
- Indikator: Kadar Hb, Asupan Nutrisi, Aktivitas Sehari-hari.
- Luaran yang Diharapkan: Tidak terjadi defisiensi zat besi, kadar Hb dalam batas normal, aktivitas sehari-hari sesuai dengan kondisi kehamilan.
2. Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Indikator: Kepatuhan terhadap pemeriksaan kehamilan, Kepatuhan mengonsumsi suplemen, Pemahaman tentang kehamilan.
- Luaran yang Diharapkan: Ibu hamil patuh melakukan pemeriksaan kehamilan, patuh mengonsumsi asam folat, memahami dengan baik kondisi kehamilannya.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Risiko Defisiensi Zat Besi Maternal:
- Intervensi: Edukasi gizi selama kehamilan, Konseling tentang pentingnya asupan nutrisi, Monitoring aktivitas sehari-hari.
2. Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Intervensi: Edukasi pentingnya pemeriksaan kehamilan rutin, Konseling tentang manfaat asam folat, Fasilitasi akses informasi terkait kehamilan.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan ibu hamil dapat mengelola kesehatan dengan efektif, mencegah terjadinya defisiensi zat besi, dan meningkatkan kualitas kehamilan. -
Article No. 1010 | 01 Oct 2024
Klinis : A An.P, usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas. Ibu mengatakan bahwa anak sudah sebulan ini batuk-batuk. Berat badan 10 kg dengan tinggi badan 75cm. Menurut ibunya, berat badan anaknya dalam 3 bulan tidak naik-naik. “Anak saya kurang nafsu makan, biasanya dia makan mie dan bakso habis. Tapi belakangan ini tidak habis. Apa karena badannya panas ya?” Hasil pengkajian anak letargis, mata cekung, nadi 100x/menit, teraba lemah dan teratur, pernafasan 30x/menit, suhu 38°C. Anak rewel, dan kalau tidur sering terbangun karena batuk. An. P sering berkeringat pada malam hari hingga bajunya basah. Auskultasi paru didapatkan wheezing (mengi). Tes Mantoux positif. Menurut ibunya, belakangan ini An. P minta digendong terus dan kelihatan lelah. Rontgen paru terlihat adanya infiltrasi pada kedua paru. Menurut ibu, An. P jarang sakit. Imunisasi yang diberikan lengkap. Setiap hari An. P bermain dengan anak tetangga. Tetapi karena batuk dan kurang enak badan, An P sudah 3 hari tidak bermain-main. Ibu An. P seorang lulusan tingkat Sekolah Dasar. Mampu membaca dan menulis dengan baik. Ketika ditanya apakah di sekitar rumah ada yang sedang menderita batuk. Ia mengatakan di daerahnya batuk adalah sakit yang umum dan biasa terjadi. Ketika ditanya apakah mengerti tentang penyakit TBC, ia menjawab pernah mendengar tetapi tidak mengetahui secara pasti. Ibu An. P malah bertanya, “Emangnya anak saya sakit TBC, kan cuma batuk saja.” Ibu An. P mengatakan mereka tinggal di rumah kecil. Rumah itu berisikan lima orang, karena ada kakek dan nenek yang ikut bersama mereka. Obat yang diberikan pada An. P adalah obat antituberkulosa. Dokter mengatakan bahwa obat itu harus diminum setiap hari. Lama pengobatan adalah 6 bulan. Ibu An. P sangat terkejut dan berkata, “Lama sekali minum obat nya, 6 bulan?” Dokter mengatakan, iya selama 6 bulan dan tidak boleh putus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI-SLKI-SIKI sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosis Keperawatan: Risiko Malnutrisi Terkait Penurunan Nafsu Makan
- SDKI: Risiko Malnutrisi adalah keadaan dimana seseorang berisiko mengalami penurunan berat badan, kehilangan massa otot, penurunan fungsi imun, dan komplikasi kesehatan yang dapat disebabkan oleh asupan energi dan/atau nutrisi yang tidak adekuat.
- SLKI: Pemantauan Status Nutrisi, Manajemen Asupan Nutrisi, Edukasi Gizi
- SIKI: Asesmen Nutrisi, Intervensi Nutrisi, Konseling Gizi
2. Diagnosis Keperawatan: Risiko Infeksi Terkait Paparan Kuman Tuberkulosis
- SDKI: Risiko Infeksi adalah keadaan ketika seseorang berisiko terpapar atau tertular oleh agen infeksi yang dapat menyebabkan penyakit.
- SLKI: Manajemen Infeksi, Pemantauan Tanda dan Gejala Infeksi, Edukasi Pencegahan Infeksi
- SIKI: Asesmen Risiko Infeksi, Intervensi Pencegahan Infeksi, Konseling Pencegahan Infeksi
3. Diagnosis Keperawatan: Kelelahan Terkait Proses Penyakit
- SDKI: Kelelahan adalah pengalaman subyektif berupa perasaan lelah, tidak bertenaga, dan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas.
- SLKI: Manajemen Kelelahan, Promosi Istirahat dan Tidur, Edukasi Manajemen Kelelahan
- SIKI: Asesmen Kelelahan, Intervensi Manajemen Kelelahan, Konseling Manajemen Kelelahan
Penjelasan singkat:
Pasien anak usia 3 tahun menunjukkan tanda-tanda malnutrisi, seperti berat badan tidak naik, nafsu makan menurun, dan keletihan. Selain itu, terdapat indikasi infeksi tuberkulosis, yaitu batuk kronis, demam, dan hasil tes Mantoux positif. Kondisi ini memerlukan penanganan komprehensif mencakup pemantauan status nutrisi, manajemen asupan nutrisi, edukasi gizi, manajemen infeksi, pemantauan tanda dan gejala infeksi, edukasi pencegahan infeksi, manajemen kelelahan, promosi istirahat dan tidur, serta edukasi manajemen kelelahan. -
Article No. 1011 | 01 Oct 2024
Klinis : Koordinator perawatan Perkesmas dari Puskesmas Aman meminta kepada Kelompok perawat komunitas dari UGM melakukan survey mawas diri di Dusun Rela karena dilaporkan adanya 10 kasus Parotitis (Gondong) pada anak dan orang dewasa. 6 kasus sudah ditangani di Puskesmas dan 1 kasus di rujuk di RS. Berdasarkan informasi dari kader Kesehatan bahwa keluarga dari masing2 klien tidak tahu harus bagaimana mencegah dan mengatasi gondok selama dirumah dan hanya diberi minum air putih saja. Waktu terjadi kasus gondok Kader Kesehatan langsung membawa klien ke puskesmas terdekat.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K11.0
- Deskripsi: Parotitis (Gondong)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 52.2
- Deskripsi: Drainase abses atau inkisi dari kelenjar liur
Penjelasan:
Kode ICD-10 K11.0 mengacu pada kondisi parotitis (gondong), yang merupakan peradangan pada kelenjar liur (kelenjar parotis). Parotitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau kondisi lainnya. Dalam kasus ini, terdapat 10 kasus parotitis pada anak dan orang dewasa di Dusun Rela.
Kode ICD-9-CM 52.2 mengacu pada prosedur atau tindakan medis yang dapat dilakukan untuk menangani parotitis, yaitu drainase abses atau insisi dari kelenjar liur. Dalam kasus ini, 6 kasus telah ditangani di Puskesmas dan 1 kasus dirujuk ke rumah sakit, yang mungkin melibatkan tindakan ini.
Selain itu, informasi dari kader kesehatan menunjukkan bahwa keluarga dari masing-masing klien tidak mengetahui cara mencegah dan menangani gondok selama di rumah, dan hanya diberi minum air putih. Hal ini mengindikasikan perlunya edukasi dan konseling kepada masyarakat mengenai penanganan parotitis di rumah, seperti:
- Menjaga kebersihan dan higienis
- Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi
- Mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi
- Pemberian obat-obatan sesuai anjuran tenaga kesehatan
Dengan pemahaman yang baik dari masyarakat, diharapkan dapat mengurangi angka kejadian parotitis dan memastikan penanganan yang tepat di tingkat komunitas. -
Article No. 1012 | 01 Oct 2024
Klinis : Koordinator perawatan Perkesmas dari Puskesmas Aman meminta kepada Kelompok perawat komunitas dari UGM melakukan survey mawas diri di Dusun Rela karena dilaporkan adanya 10 kasus Parotitis (Gondong) pada anak dan orang dewasa. 6 kasus sudah ditangani di Puskesmas dan 1 kasus di rujuk di RS. Berdasarkan informasi dari kader Kesehatan bahwa keluarga dari masing2 klien tidak tahu harus bagaimana mencegah dan mengatasi gondok selama dirumah dan hanya diberi minum air putih saja. Waktu terjadi kasus gondok Kader Kesehatan langsung membawa klien ke puskesmas terdekat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan terkait dengan kondisi parotitis (gondok) di Dusun Rela, sebagai berikut:
1. Risiko Penularan Penyakit yang Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan
- Definisi: Risiko terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang cara pencegahan dan penanggulangan penyakit parotitis (gondok).
- Faktor Risiko: Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang cara pencegahan dan penanggulangan penyakit parotitis.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Komunitas
- Definisi: Ketidakmampuan masyarakat di Dusun Rela untuk mengelola dan mengkoordinasikan upaya-upaya kesehatan dalam mencegah dan mengatasi penyakit parotitis (gondok) di lingkungan mereka.
- Faktor Risiko: Kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara masyarakat, kader kesehatan, dan puskesmas dalam menangani kasus parotitis (gondok) di Dusun Rela.
3. Risiko Komplikasi Penyakit yang Berhubungan dengan Keterlambatan Penanganan
- Definisi: Risiko terjadinya komplikasi penyakit parotitis (gondok) yang disebabkan oleh keterlambatan dalam penanganan kasus di Dusun Rela.
- Faktor Risiko: Klien dan keluarga yang hanya memberikan air putih tanpa upaya penanganan yang tepat, serta keterlambatan dalam membawa klien ke puskesmas.
Dalam konteks SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa-diagnosa tersebut dapat meliputi:
1. Edukasi kesehatan kepada klien dan keluarga tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit parotitis (gondok).
2. Koordinasi dan kolaborasi dengan kader kesehatan, puskesmas, dan masyarakat untuk meningkatkan upaya deteksi dini, penanganan, dan pencegahan penyakit parotitis di Dusun Rela.
3. Pemantauan dan evaluasi terhadap status kesehatan klien dengan parotitis untuk mencegah komplikasi.
4. Rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai jika diperlukan.
Dengan pendekatan keperawatan berbasis komunitas yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan partisipasi masyarakat Dusun Rela dalam mencegah dan menangani penyakit parotitis (gondok) secara efektif. -
Article No. 1013 | 01 Oct 2024
Klinis : A An.P, usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas. Ibu mengatakan bahwa anak sudah sebulan ini batuk-batuk. Berat badan 10 kg dengan tinggi badan 75cm. Menurut ibunya, berat badan anaknya dalam 3 bulan tidak naik-naik. “Anak saya kurang nafsu makan, biasanya dia makan mie dan bakso habis. Tapi belakangan ini tidak habis. Apa karena badannya panas ya?” Hasil pengkajian anak letargis, mata cekung, nadi 100x/menit, teraba lemah dan teratur, pernafasan 30x/menit, suhu 38°C. Anak rewel, dan kalau tidur sering terbangun karena batuk. An. P sering berkeringat pada malam hari hingga bajunya basah. Auskultasi paru didapatkan wheezing (mengi). Tes Mantoux positif. Menurut ibunya, belakangan ini An. P minta digendong terus dan kelihatan lelah. Rontgen paru terlihat adanya infiltrasi pada kedua paru. Menurut ibu, An. P jarang sakit. Imunisasi yang diberikan lengkap. Setiap hari An. P bermain dengan anak tetangga. Tetapi karena batuk dan kurang enak badan, An P sudah 3 hari tidak bermain-main. Ibu An. P seorang lulusan tingkat Sekolah Dasar. Mampu membaca dan menulis dengan baik. Ketika ditanya apakah di sekitar rumah ada yang sedang menderita batuk. Ia mengatakan di daerahnya batuk adalah sakit yang umum dan biasa terjadi. Ketika ditanya apakah mengerti tentang penyakit TBC, ia menjawab pernah mendengar tetapi tidak mengetahui secara pasti. Ibu An. P malah bertanya, “Emangnya anak saya sakit TBC, kan cuma batuk saja.” Ibu An. P mengatakan mereka tinggal di rumah kecil. Rumah itu berisikan lima orang, karena ada kakek dan nenek yang ikut bersama mereka. Obat yang diberikan pada An. P adalah obat antituberkulosa. Dokter mengatakan bahwa obat itu harus diminum setiap hari. Lama pengobatan adalah 6 bulan. Ibu An. P sangat terkejut dan berkata, “Lama sekali minum obat nya, 6 bulan?” Dokter mengatakan, iya selama 6 bulan dan tidak boleh putus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk An. P adalah:
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan Dengan Penurunan Intake Makanan
- SDKI: Risiko Malnutrisi
- SLKI: Peningkatan Berat Badan
- SIKI: Peningkatan Intake Nutrisi
Penjelasan:
An. P mengalami penurunan nafsu makan, sehingga terjadi penurunan berat badan yang tidak naik selama 3 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan adanya risiko malnutrisi yang perlu ditangani.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Berhubungan Dengan Infeksi Saluran Pernapasan
- SDKI: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SLKI: Manajemen Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Penjelasan:
An. P mengalami batuk-batuk, wheezing (mengi), dan rontgen paru menunjukkan adanya infiltrasi pada kedua paru. Hal ini mengindikasikan adanya infeksi saluran pernapasan yang mengakibatkan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
3. Cemas Berhubungan Dengan Hospitalisasi
- SDKI: Cemas
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Berdasarkan informasi, An. P menjadi rewel, sering terbangun karena batuk, dan minta digendong terus. Hal ini menunjukkan adanya kecemasan yang mungkin terkait dengan proses hospitalisasi yang sedang dijalani.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam diagnosis keperawatan di atas bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan terstruktur sesuai dengan pedoman Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).