Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1069 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang ke klinik dengan keluhan sesak, suara nafas wheezing, respirasi lebih dari 24 kali per menit serta diikuti bantuan otot dada saat bernafas, pasien di diagnosa asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien tersebut dapat didiagnosa dengan diagnosa keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Batasan karakteristik: Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, frekuensi napas meningkat (>24 kali/menit), suara napas wheezing.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Tidak Efektif: Kode 00032
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Batasan karakteristik: Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, frekuensi napas meningkat, suara napas wheezing.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Efektif: Kode 0403
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Indikator hasil: Frekuensi napas dalam kisaran normal, penggunaan otot bantu pernapasan minimal, tidak ada suara napas wheezing.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Kode 06170
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memperbaiki jalan napas.
- Aktivitas keperawatan: Pemantauan pola napas, pemberian bronkodilator, penghisapan lendir, pengaturan posisi, dan edukasi pasien.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar-standar ini sebagai panduan bagi perawat dalam melakukan proses asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 1070 | 01 Oct 2024
Klinis : intervensi keperawatan SDKI diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi intervensi keperawatan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan tubuh, yang dapat mengakibatkan peningkatan berat badan atau obesitas. Faktor penyebabnya dapat berasal dari perilaku makan yang tidak tepat, gangguan metabolisme, atau adanya kondisi medis tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai berat badan ideal, mempertahankan asupan nutrisi sesuai kebutuhan, serta menunjukkan perilaku makan yang sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen nutrisi: Mengatur dan memantau asupan nutrisi sesuai kebutuhan pasien.
2. Edukasi gizi: Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan yang sehat dan seimbang.
3. Terapi aktivitas: Meningkatkan aktivitas fisik untuk membantu mengontrol berat badan.
4. Konseling perilaku: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah perilaku makan yang tidak sehat.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi: Melibatkan ahli gizi dalam menyusun rencana diet yang sesuai.
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal dan mempertahankan berat badan yang sehat. -
Article No. 1071 | 01 Oct 2024
Klinis : intervensi keperawatan SDKI diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E66.9
- Deskripsi: Obesitas, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM (tidak ada kode yang spesifik untuk intervensi keperawatan SDKI):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk intervensi keperawatan SDKI diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E66.9 (Obesitas, tidak diklasifikasikan di tempat lain):
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi ketidakseimbangan nutrisi yang menyebabkan obesitas, yang merupakan salah satu manifestasi dari diagnosa keperawatan SDKI "Ketidakseimbangan nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh".
- Obesitas adalah kondisi di mana terjadi akumulasi lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan individu.
2. Kode ICD-9-CM untuk intervensi keperawatan SDKI:
- Saat ini, tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik ditujukan untuk intervensi keperawatan SDKI diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
- Intervensi keperawatan SDKI merupakan bagian dari praktik keperawatan dan tidak memiliki kode ICD-9-CM yang terkait. Kode ICD-9-CM lebih berfokus pada prosedur dan tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya.
Dalam praktik klinis, penggunaan kode ICD-10 untuk diagnosis dan dokumentasi terkait kondisi pasien tetap diperlukan, meskipun intervensi keperawatan SDKI tidak memiliki kode ICD-9-CM yang spesifik. -
Article No. 1072 | 01 Oct 2024
Klinis : intervensi keperawatan SDKI diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi "Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh" dapat dijelaskan sebagai berikut:
SDKI:
Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai jumlah asupan makanan dan cairan yang melebihi kebutuhan metabolik tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti pola makan yang tidak sehat, gangguan sistem pencernaan, atau aktivitas fisik yang kurang.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk kondisi ini adalah:
1. Berat badan berada dalam rentang normal
2. Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
3. Kadar glukosa darah dalam batas normal
4. Fungsi pencernaan yang adekuat
5. Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat kelebihan nutrisi
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh meliputi:
1. Manajemen Diet: Mengidentifikasi dan mengatur pola makan serta jumlah asupan nutrisi sesuai kebutuhan pasien.
2. Edukasi Gizi: Memberikan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai pemilihan makanan, porsi yang tepat, dan pola makan yang sehat.
3. Monitoring Nutrisi: Memantau asupan, output, dan status nutrisi pasien secara berkala.
4. Kolaborasi dengan Ahli Gizi: Berkoordinasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi dan merencanakan intervensi nutrisi yang sesuai.
5. Manajemen Aktivitas: Mengatur aktivitas fisik dan istirahat pasien untuk menjaga keseimbangan energi.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat -
Article No. 1073 | 01 Oct 2024
Klinis : intervensi keperawatan SDKI diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh
Definisi:
Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik tubuh.
Karakteristik Definisi:
1. Berat badan meningkat
2. Peningkatan lemak tubuh
3. Perubahan komposisi tubuh
4. Intake nutrisi melebihi kebutuhan
Faktor Berhubungan:
1. Pola makan tidak sehat
2. Aktivitas fisik tidak adekuat
3. Gangguan metabolisme
4. Stress psikologis
5. Riwayat keluarga
Intervensi Keperawatan SLKI:
1. Manajemen Berat Badan
- Kaji faktor yang memengaruhi status gizi
- Kolaborasi dengan tenaga gizi dalam merencanakan intervensi
- Motivasi klien untuk mengubah gaya hidup
- Pantau perubahan berat badan secara berkala
2. Edukasi Gizi
- Ajarkan prinsip-prinsip gizi seimbang
- Berikan informasi tentang kebutuhan kalori dan zat gizi
- Bantu klien menyusun rencana makan yang tepat
3. Aktivitas Fisik
- Anjurkan klien melakukan aktivitas fisik rutin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengembangkan program aktivitas fisik
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Berat Badan
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi status gizi
- Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk menyusun rencana intervensi
- Motivasi klien untuk mengubah gaya hidup yang sehat
- Monitor perubahan berat badan secara berkala
2. Edukasi Gizi
- Ajarkan prinsip-prinsip gizi seimbang sesuai kebutuhan
- Berikan informasi tentang kebutuhan kalori dan zat gizi
- Bantu klien dalam menyusun rencana makan yang tepat
3. Aktivitas Fisik
- Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik rutin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengembangkan program aktivitas fisik
Harapannya, dengan penerapan intervensi keperawatan SDKI-SLKI-SIKI ini, dapat membantu klien mencapai keseimbangan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Perawat berperan penting dalam memfasilitasi klien untuk mencapai tujuan tersebut. -
Article No. 1074 | 01 Oct 2024
Klinis : Identitas Pasien: Nama: Bayi HI Umur: 1 hari Jenis Kelamin: Laki-laki Berat Badan Lahir: 2.800 gram Panjang Badan: 48 cm Tempat Lahir: RS Kusuma Husada Anamnesis: Bayi HI lahir melalui persalinan normal pada pukul 09.00 WIB. Selama proses persalinan, ibu mengalami komplikasi dengan tanda-tanda distress fetal. Setelah lahir, bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernapasan. Ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernapas dan tampak sesak. Pemeriksaan Fisik: Tanda Vital: Suhu 36,8°C, Nadi 170 x/menit, RR 70 x/menit (takipnea). Kulit: Kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas. Refleks: Refleks menggenggam ada, tetapi refleks menghisap lemah. Tonus Otot: Hipotonus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Bayi HI mengalami kesulitan bernapas dan tampak sesak, dengan tanda-tanda takipnea (frekuensi pernapasan 70 x/menit) dan sianosis di sekitar bibir dan ekstremitas. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam pola napas yang tidak efektif.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
SLKI: Peningkatan Fungsi Pernapasan
SIKI: Manajemen Ventilasi
2. Risiko Hipotermi
Penjelasan Singkat:
Bayi baru lahir memiliki risiko hipotermi karena kemampuan untuk mengatur suhu tubuh yang belum sempurna. Pemantauan suhu tubuh bayi HI yang berada dalam kisaran normal (36,8°C) menunjukkan bahwa saat ini belum terjadi hipotermi, tetapi tetap perlu dilakukan tindakan pencegahan.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI: Risiko Hipotermi
SLKI: Adaptasi Termal
SIKI: Perawatan Kehangatan
3. Hambatan Menyusui
Penjelasan Singkat:
Bayi HI menunjukkan refleks menggenggam yang ada, tetapi refleks menghisap yang lemah. Hal ini dapat menghambat kemampuan bayi untuk menyusui secara efektif.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI: Hambatan Menyusui
SLKI: Peningkatan Nutrisi
SIKI: Manajemen Menyusui
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia untuk mengatasi masalah kesehatan bayi HI. -
Article No. 1075 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pendengaran berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran didefinisikan sebagai gangguan pada kemampuan untuk menerima atau menginterpretasikan stimulus auditori dengan benar. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan pada struktur atau fungsi telinga, saraf auditori, atau pusat pengolahan stimulus auditori di otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah pasien dapat:
1. Mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan pendengaran.
2. Beradaptasi dengan gangguan pendengaran.
3. Menggunakan alat bantu dengar secara efektif.
4. Mempertahankan komunikasi yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Asesmen pendengaran: Mengevaluasi kemampuan pendengaran pasien.
2. Manajemen lingkungan: Mengatur lingkungan agar mendukung komunikasi.
3. Terapi modalitas sensori: Menggunakan alat bantu dengar atau latihan pendengaran.
4. Edukasi: Memberikan informasi tentang gangguan pendengaran dan manajemennya.
5. Fasilitasi komunikasi: Membantu pasien menggunakan teknik komunikasi yang efektif.
Secara akademis, diagnosis dan intervensi ini didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 1076 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal dan nyeri di bawah mata
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pruritus (Gatal)
Definisi: Sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
Penyebab: Iritasi kulit, alergi, infeksi, dan lain-lain.
2. Nyeri Mata
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan aktual atau potensial pada struktur mata.
Penyebab: Infeksi, iritasi, trauma, dan lain-lain.
SDKI:
1. Pruritus
- Karakteristik: Sensasi gatal, iritasi, dan keinginan untuk menggaruk.
- Penyebab: Iritasi kulit, alergi, infeksi.
2. Nyeri Mata
- Karakteristik: Nyeri di sekitar mata, rasa tegang, dan sensasi terbakar.
- Penyebab: Infeksi, iritasi, trauma.
SLKI:
1. Pruritus
- Luaran: Penurunan sensasi gatal, iritasi, dan keinginan untuk menggaruk.
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan sensasi gatal, iritasi, dan keinginan untuk menggaruk.
2. Nyeri Mata
- Luaran: Penurunan nyeri di sekitar mata, rasa tegang, dan sensasi terbakar.
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan nyeri di sekitar mata, rasa tegang, dan sensasi terbakar.
SIKI:
1. Pruritus
- Intervensi: Manajemen pruritus, termasuk pemberian obat topikal, antihistamin, dan tindakan untuk mengurangi iritasi kulit.
2. Nyeri Mata
- Intervensi: Manajemen nyeri mata, termasuk pemberian obat topikal, kompres dingin, dan tindakan untuk mengurangi iritasi.
Dalam kasus ini, pasien datang dengan keluhan gatal dan nyeri di bawah mata. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pruritus (Gatal) dan Nyeri Mata. Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen pruritus dan manajemen nyeri mata untuk mengurangi keluhan pasien. -
Article No. 1077 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan BINTIK-BINTIK KEMERAHAN BERISI CAIRAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Resiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien, yaitu adanya bintik-bintik kemerahan berisi cairan, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki risiko untuk mengalami infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam patogen, seperti virus, bakteri, atau jamur.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Resiko Infeksi didefinisikan sebagai "Rentan mengalami masuknya dan berkembangbiaknya organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan pada suatu organisme".
Untuk menangani kondisi ini, perawat perlu melakukan penilaian yang komprehensif terhadap tanda dan gejala infeksi, faktor risiko, serta kondisi umum pasien. Selanjutnya, perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat, seperti:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala infeksi secara berkala.
2. Pengelolaan luka atau lesi kulit yang terinfeksi.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi.
4. Pemberian terapi sesuai dengan hasil pemeriksaan dan konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Perawat juga perlu memperhatikan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk memastikan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 1078 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Bayi H mengalami sesak nafas dengan tanda-tanda takipnea (RR 70x/menit), serta adanya sianosis di sekitar bibir dan ekstremitas, menunjukkan pola napas tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh kesulitan bayi dalam memulai pernapasan setelah lahir.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk bernapas secara spontan dan teratur, mengakibatkan ketidakefektifan dalam pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Membaik
2. Oksigenasi Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigen
3. Manajemen Pernapasan
Selain itu, berdasarkan kondisi pasien, intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
- Mempertahankan jalan napas yang terbuka
- Memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala
- Memberikan posisi yang dapat memudahkan pernapasan
- Memberikan dukungan nutrisi dan cairan yang adekuat