Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18185 | 03 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rabun jauh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan rabun jauh, mulai dari diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan rabun jauh adalah "Gangguan Penglihatan". Diagnosis ini mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dan menggambarkan adanya perubahan atau penurunan fungsi penglihatan yang dialami oleh pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Peningkatan Ketajaman Penglihatan: Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan ketajaman penglihatan yang ditandai dengan kemampuan membaca huruf atau angka dengan jelas pada jarak yang sesuai.
2. Penurunan Keluhan Rabun Jauh: Pasien dapat melaporkan penurunan atau hilangnya keluhan rabun jauh yang dialami sebelumnya.
3. Peningkatan Kemampuan Beraktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik, seperti membaca, menulis, dan melihat objek di jarak jauh tanpa kesulitan yang signifikan.
4. Peningkatan Kualitas Hidup: Pasien dapat melaporkan peningkatan kualitas hidup terkait dengan fungsi penglihatan yang membaik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Penglihatan
a. Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi penglihatan, seperti lingkungan, pencahayaan, dan penggunaan kacamata.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter spesialis mata, untuk menentukan rencana perawatan yang sesuai.
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan mata, seperti penggunaan kacamata, pencegahan infeksi, dan pemeriksaan mata secara rutin.
2. Terapi Penglihatan
a. Berikan latihan-latihan untuk meningkatkan ketajaman penglihatan, seperti latihan fokus, latihan gerakan mata, dan latihan membaca.
b. Ajarkan teknik-teknik kompensasi untuk mengatasi keterbatasan penglihatan, seperti penggunaan alat bantu optik atau pengaturan pencahayaan.
c. Monitoring dan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Dukungan Psikologis
a. Identifikasi dampak psikologis yang mungkin dialami pasien akibat gangguan penglihatan, seperti kecemasan, depresi, atau penurunan harga diri.
b. Berikan konseling dan dukungan emosional untuk membantu pasien beradaptasi dengan perubahan fungsi penglihatan.
c. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk memberikan dukungan dan membantu pasien mencapai tujuan perawatan.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini, perawat berperan sebagai profesional yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. Perawat juga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan efektif bagi pasien. -
Article No. 18186 | 03 Jun 2025
Klinis : sembelit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis sembelit, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K59.0
- Deskripsi: Konstipasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.51
- Deskripsi: Pemberian enema terapeutik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K59.0 (Konstipasi) merupakan kode diagnosis yang sesuai untuk kondisi sembelit. Sembelit atau konstipasi didefinisikan sebagai sulit buang air besar, dengan feses yang keras dan sulit dikeluarkan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti diet rendah serat, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 98.51 (Pemberian enema terapeutik) merupakan kode prosedur atau tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi sembelit atau konstipasi. Pemberian enema terapeutik adalah tindakan pemberian cairan atau larutan melalui rectum untuk membantu mengeluarkan feses yang tertahan. Tindakan ini dapat membantu mengatasi sembelit dan memperlancar buang air besar.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode-kode ini untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan dalam menangani pasien dengan kondisi sembelit. -
Article No. 18187 | 03 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, dengan skala 3-4 dirasakan seperti tertindih, demgan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, nyeri dirasakan karena pasien didiagnosa sirosis heptis hepatitis b, BAB hitam dan pernah muntah darah 1 kali sebelum masuk rs
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis berhubungan dengan sirosis hati, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, dengan skala 3-4 dirasakan seperti tertindih, dengan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, serta adanya riwayat BAB hitam dan muntah darah 1 kali sebelum masuk rumah sakit.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, pasien mengalami nyeri kronis yang berhubungan dengan sirosis hati. Sirosis hati dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi hati, yang dapat memicu timbulnya nyeri di area perut kuadran kanan atas. Pasien menggambarkan nyeri tersebut dengan skala 3-4, dirasakan seperti tertindih, dengan durasi 3-4 menit, dan membuat pasien kesulitan tidur. Selain itu, adanya riwayat BAB hitam dan muntah darah juga mengindikasikan adanya masalah gastrointestinal yang terkait dengan sirosis hati.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dari skala 3-4 menjadi skala 1-2.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman.
2. Pemantauan Kondisi Gastrointestinal
- Pasien dapat menunjukkan tidak ada lagi riwayat BAB hitam atau muntah darah.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada komplikasi gastrointestinal lainnya.
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan meliputi manajemen nyeri dan pemantauan kondisi gastrointestinal. Tujuannya adalah mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan pasien, membantu pasien menerapkan teknik manajemen nyeri yang efektif, serta memastikan tidak ada komplikasi gastrointestinal lainnya. Dengan tercapainya luaran ini, diharapkan pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman, serta mempertahankan kondisi gastrointestinal yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, intensitas, dan faktor pemicu).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri yang komprehensif.
2. Pemantauan Kondisi Gastrointestinal
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
- Pantau tanda-tanda perdarahan saluran cerna, seperti melena dan hematemesis.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan diagnostik dan pemberian terapi yang sesuai.
- Edukasikan pasien dan keluarga mengenai diet dan gaya hidup yang mendukung kesehatan gastrointestinal.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi manajemen nyeri dan pemantauan kondisi gastrointestinal. Intervensi manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan pasien, baik melalui pemberian analgesik maupun teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Sementara itu, intervensi pemantauan kondisi gastrointestinal bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi gastrointestinal dan memastikan stabilnya kondisi pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan edukasi kepada pasien serta keluarga juga diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18188 | 03 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, dengan skala 3-4 dirasakan seperti tertindih, demgan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, nyeri dirasakan saat minum air karena pasien didiagnosa sirosis heptis hepatitis b, BAB hitam dan pernah muntah darah 1 kali sebelum masuk rs
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Nyeri Akut" (00132). Pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas dengan skala 3-4, yang dirasakan seperti tertindih dengan durasi 3-4 menit. Nyeri ini mengganggu aktivitas pasien seperti kesulitan tidur dan dirasakan saat minum air. Pasien juga didiagnosis dengan sirosis hepatis hepatitis B, BAB hitam, dan pernah muntah darah, yang menunjukkan adanya masalah gastrointestinal yang dapat berkontribusi pada nyeri yang dirasakan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tujuan Umum: Pasien dapat mengelola nyeri akut yang dirasakan.
2. Tujuan Khusus:
a. Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri dari 3-4 menjadi 1-2 dalam waktu 3 hari.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif dalam mengurangi nyeri.
c. Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat selama masa perawatan.
d. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400):
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang sesuai.
c. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti distraksi, relaksasi, dan kompres hangat.
d. Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Peningkatan Tidur (1850):
a. Kaji pola dan kualitas tidur pasien.
b. Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, seperti nyeri.
c. Berikan intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur, misalnya pengaturan lingkungan yang nyaman, terapi musik, dan edukasi tentang kebersihan tidur.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
3. Peningkatan Aktivitas (0200):
a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Identifikasi faktor-faktor yang menghambat aktivitas, seperti nyeri.
c. Berikan edukasi dan bimbing pasien dalam melakukan aktivitas secara bertahap dengan memperhatikan toleransi nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim terapi okupasi atau fisioterapi untuk intervensi yang sesuai.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara komprehensif, melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan asuhan keperawatan. -
Article No. 18189 | 03 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, dengan skala 3-4 dirasakan seperti tertindih, demgan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, nyeri dirasakan saat minum air karena pasien didiagnosa sirosis heptis hepatitis b, BAB hitam dan pernah muntah darah 1 kali sebelum masuk rs
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah Nyeri Akut. Pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas dengan skala 3-4, dirasakan seperti tertindih, dengan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur. Nyeri juga dirasakan saat minum air karena pasien didiagnosis dengan sirosis hepatis dan hepatitis B. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat BAB hitam dan pernah muntah darah 1 kali sebelum masuk rumah sakit, yang mengindikasikan adanya masalah gastrointestinal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri dari skala 3-4 menjadi skala 1-2 setelah intervensi keperawatan.
2. Tidur yang Adekuat: Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terbangun karena nyeri.
3. Integritas Jaringan: Mukosa gastrointestinal pasien membaik, tidak ada lagi gejala perdarahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
c. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Tidur:
a. Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien, seperti nyeri.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur.
c. Ajarkan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, untuk memfasilitasi tidur.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan hipnotik jika diperlukan.
3. Manajemen Perdarahan Gastrointestinal:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, jumlah dan karakteristik perdarahan.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan anti-perdarahan dan tindakan endoskopi jika diperlukan.
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda perdarahan dan tindakan yang harus dilakukan.
d. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien.
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang baik, tidur yang adekuat, dan integritas jaringan mukosa gastrointestinal yang membaik. -
Article No. 18190 | 03 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, dengan skala 3-4 dirasakan seperti tertindih, dengan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, nyeri dirasakan saat minum air karena pasien didiagnosa sirosis hepatitis hepatitis b, BAB hitam dan pernah muntah darah 1 kali sebelum masuk rs
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (sirosis hepatitis B) ditandai dengan keluhan nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, skala nyeri 3-4, dirasakan seperti tertindih, dengan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, dan nyeri saat minum air.
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan penyakit hati (sirosis hepatitis B) ditandai dengan riwayat BAB hitam dan muntah darah 1 kali sebelum masuk rumah sakit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 1-2.
b. Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan nyeri.
c. Pasien dapat minum air tanpa rasa nyeri.
2. Risiko Perdarahan:
a. Tidak terjadi perdarahan gastrointestinal lebih lanjut.
b. Pasien tidak mengalami penurunan kadar hemoglobin.
c. Pasien tidak mengalami komplikasi lain terkait perdarahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi panas/dingin.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab nyeri (sirosis hepatitis B).
e. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
2. Risiko Perdarahan:
a. Lakukan pengkajian tanda-tanda perdarahan (perubahan warna feses, muntah darah, penurunan kadar hemoglobin).
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan penghenti perdarahan.
c. Pantau dan catat intake dan output cairan pasien.
d. Berikan makanan dan cairan yang mudah dicerna.
e. Anjurkan pasien untuk beristirahat cukup.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab perdarahan (sirosis hepatitis B).
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan sirosis hepatitis B yang disertai nyeri dan risiko perdarahan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 18191 | 03 Jun 2025
Klinis : bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), untuk kondisi "Bersihan Jalan Napas".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00109 - Bersihan Jalan Napas
Definisi: Terbebas dari sumbatan dan sekret pada saluran napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 06420 - Manajemen Jalan Napas
Definisi: Upaya untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan melalui pembersihan jalan napas.
Penjelasan Singkat:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga jalan napas tidak dapat dipertahankan dalam keadaan bersih. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada mekanisme batuk, penumpukan sekret, atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tujuan dari asuhan keperawatan pada kondisi ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan melalui pembersihan jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup teknik-teknik pembersihan jalan napas, seperti suction, postural drainage, dan latihan batuk efektif.
Evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat dari indikator luaran, yaitu terbebas dari sumbatan dan sekret pada saluran napas. -
Article No. 18192 | 03 Jun 2025
Klinis : masalah psikis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi masalah psikis dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F99
- Deskripsi: Gangguan mental, tidak dispesifikasi.
Kode ICD-10 F99 digunakan untuk menggambarkan kondisi masalah psikis yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain dalam Bab V (Gangguan Mental dan Perilaku) dari Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah-Masalah Terkait Kesehatan Revisi Kesepuluh (ICD-10). Ini mencakup kondisi-kondisi seperti:
- Gangguan mental tidak terdiagnosis
- Gangguan psikiatris tidak terspesifikasi
- Gangguan psikologis tidak terdiagnosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Konsultasi psikiatri.
Kode ICD-9-CM 94.31 digunakan untuk prosedur atau tindakan medis berupa konsultasi psikiatri, yang melibatkan evaluasi dan diagnosis kondisi masalah psikis oleh seorang spesialis psikiatri. Prosedur ini dapat mencakup:
- Wawancara dan evaluasi pasien oleh psikiater
- Pemeriksaan mental dan fisik
- Perumusan diagnosis dan rencana perawatan
Pemilihan kode ICD-9-CM yang sesuai akan bergantung pada spesifik jenis konsultasi psikiatri yang dilakukan dan tindakan-tindakan lain yang mungkin dilakukan selama konsultasi tersebut. -
Article No. 18193 | 03 Jun 2025
Klinis : nyeri perut bagian bawah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang komprehensif terkait dengan kondisi nyeri perut bagian bawah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri perut bagian bawah berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut pada perut bagian bawah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran cerna, konstipasi, kista ovarium, atau kondisi lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan nyeri perut bagian bawah dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dan dapat mengelola nyeri dengan efektif.
2. Pengetahuan tentang Manajemen Nyeri: Pasien memahami faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, serta strategi untuk mengelola nyeri.
3. Perilaku Manajemen Nyeri: Pasien dapat menerapkan strategi manajemen nyeri yang efektif, seperti penggunaan analgesik, teknik relaksasi, atau kompres hangat/dingin.
4. Kenyamanan Terpenuhi: Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan dan dapat beraktivitas sesuai toleransi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan Nyeri Akut dan luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pengkajian Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, seperti lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
2. Manajemen Nyeri: Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan analgesik sesuai kebutuhan dan memantau efektivitasnya. Mengajarkan pasien teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
3. Edukasi Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, serta strategi untuk mengelola nyeri secara efektif.
4. Pemantauan Tanda Vital: Memantau tanda vital pasien, karena nyeri dapat memengaruhi perubahan tanda vital.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab nyeri dan memberikan penanganan yang komprehensif.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan nyeri perut bagian bawah dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, peningkatan pengetahuan dan perilaku manajemen nyeri, serta tercapainya kenyamanan pasien. -
Article No. 18194 | 03 Jun 2025
Klinis : Prematur Bblr
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: P07.3
- Deskripsi: Bayi prematur, berat badan lahir rendah
Penjelasan:
- Kode P07.3 dalam ICD-10 digunakan untuk mengklasifikasikan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ini mencakup bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, termasuk bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu.
- Kondisi ini membutuhkan perhatian khusus dan perawatan intensif, mengingat adanya risiko komplikasi yang lebih tinggi pada bayi prematur dan BBLR.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.81
- Deskripsi: Perawatan intensif bayi baru lahir
Penjelasan:
- Kode 99.81 dalam ICD-9-CM digunakan untuk mengklasifikasikan perawatan intensif yang diberikan kepada bayi baru lahir, termasuk bayi prematur dan BBLR.
- Perawatan intensif ini dapat mencakup berbagai intervensi medis, seperti penggunaan inkubator, pemberian oksigen, pemberian cairan dan nutrisi parenteral, serta pemantauan ketat kondisi bayi.
- Tindakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas fisiologis bayi dan mendukung pertumbuhan serta perkembangannya.
Dengan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang teridentifikasi, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai klasifikasi diagnosis dan tindakan medis yang sesuai untuk kondisi prematur dan BBLR. Informasi ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, dalam dokumentasi dan pengkodean yang akurat.