Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1118 | 02 Oct 2024
Klinis : Klien yang mengalami penurunan intake nutrisi karena nafsu makan menurun dapat diberikan tindakan keperawatan di bawah ini yaitu…. a. Menyuapi klien b. Menyediakan porsi makan sedikit tapi sering c. Memasang NGT d. Kolaborasi nutrisi parenteral e. Membebaskan klien untuk makan makanan yang disenangi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R63.0
- Deskripsi: Anoreksia
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.6
- Deskripsi: Pemberian nutrisi parenteral total (TPN)
Penjelasan:
Kode ICD-10 R63.0 (Anoreksia) sesuai dengan kondisi klien yang mengalami penurunan intake nutrisi karena nafsu makan menurun. Penurunan nafsu makan dapat menyebabkan malnutrisi dan penurunan berat badan yang signifikan, sehingga membutuhkan intervensi keperawatan yang tepat.
Berdasarkan poin-poin yang diberikan, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Menyuapi klien: Tidak direkomendasikan, karena dapat membuat klien merasa kehilangan kendali atas makanannya.
b. Menyediakan porsi makan sedikit tapi sering: Direkomendasikan, karena dapat meningkatkan asupan nutrisi tanpa membuat klien merasa kenyang atau tertekan.
c. Memasang NGT: Tidak direkomendasikan, karena prosedur ini bersifat invasif dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada klien.
d. Kolaborasi nutrisi parenteral: Direkomendasikan, karena pemberian nutrisi parenteral total (TPN) dapat memenuhi kebutuhan nutrisi klien secara efektif, terutama jika klien tidak dapat menerima asupan oral.
e. Membebaskan klien untuk makan makanan yang disenangi: Direkomendasikan, karena memungkinkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang disukai, sehingga dapat meningkatkan asupan nutrisi.
Dengan mempertimbangkan kondisi klien dan tindakan keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu meningkatkan intake nutrisi dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat malnutrisi. -
Article No. 1119 | 02 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi H:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
SDKI: Individu mengalami pola napas yang tidak sesuai dengan kebutuhan metabolik.
SLKI: Individu menunjukkan pola napas yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru yang adekuat.
2. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
SDKI: Individu berisiko mengalami gangguan pada sirkulasi darah ke jaringan perifer.
SLKI: Individu menunjukkan tanda-tanda potensial terjadinya gangguan perfusi perifer.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Bayi H mengalami sesak napas, takipnea, dan kebiruan pada daerah sekitar bibir dan ekstremitas, menunjukkan adanya gangguan pola napas.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda vital, memberikan oksigen, dan mengatur posisi bayi untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
2. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif:
- Bayi H memiliki tanda-tanda potensial terjadinya gangguan perfusi perifer, seperti kebiruan dan hipotonus otot.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda sirkulasi, menjaga suhu tubuh, dan memberikan tindakan untuk meningkatkan perfusi perifer yang adekuat.
Catatan: Diagnosa Keperawatan dan intervensi dapat disesuaikan dengan kondisi klinis bayi H yang lebih lengkap. -
Article No. 1120 | 02 Oct 2024
Klinis : .Apa yang memicu refleks batuk? * Kelembaban udara Penurunan suhu Penyempitan pembuluh darah Stimulasi iritasi di saluran napas Gigitan serangga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis jika ada, untuk kondisi yang memicu refleks batuk:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode spesifik untuk refleks batuk, karena ini merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi.
Penjelasan detail:
Refleks batuk dapat dipicu oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Kelembaban udara:
- Perubahan kelembaban udara dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, memicu refleks batuk.
- Udara yang terlalu kering dapat menyebabkan selaput lendir menjadi kering dan mudah teriritasi.
2. Penurunan suhu:
- Paparan terhadap udara dingin atau perubahan suhu yang cepat dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, memicu refleks batuk.
- Penurunan suhu dapat menyebabkan kontraksi otot-otot saluran pernapasan, mempersempit jalan napas, dan menghasilkan batuk.
3. Penyempitan pembuluh darah:
- Penyempitan pembuluh darah di saluran pernapasan dapat menyebabkan iritasi dan stimulasi pada reseptor batuk, memicu refleks batuk.
- Penyempitan pembuluh darah dapat disebabkan oleh peradangan, alergi, atau kondisi lainnya.
4. Stimulasi iritasi di saluran napas:
- Iritasi pada reseptor batuk di saluran pernapasan, seperti oleh debu, asap, atau zat kimia, dapat memicu refleks batuk.
- Iritasi ini dapat terjadi akibat inhalasi benda asing, infeksi saluran pernapasan, atau kondisi lainnya.
5. Gigitan serangga:
- Gigitan serangga di area sekitar saluran pernapasan dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi, memicu refleks batuk.
- Reaksi alergi terhadap gigitan serangga juga dapat menyebabkan peradangan dan iritasi di saluran pernapasan.
Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM procedure yang spesifik untuk refleks batuk, karena ini merupakan gejala umum yang dapat ditangani secara konservatif atau dengan penanganan terhadap penyebab dasar. -
Article No. 1121 | 02 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi H adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru ditandai dengan sesak napas, takipnea, dan sianosis.
Penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat atau mengeluarkan karbon dioksida.
- Penyebab: Penurunan fungsi paru, perubahan membran alveolar-kapiler, penurunan surfaktan.
- Gejala dan Tanda: Takipnea, dispnea, sianosis, perubahan warna kulit, perubahan status mental.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Pertukaran Gas Optimal.
- Indikator: Oksigenasi adekuat, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan, frekuensi napas dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Oksigen, Terapi Posisi.
- Aktivitas: Bersihkan jalan napas, pantau saturasi oksigen, berikan oksigen sesuai kebutuhan, posisikan bayi untuk memudahkan ventilasi. -
Article No. 1122 | 02 Oct 2024
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan informasi yang Anda minta dalam format yang rapi dan terstruktur, dengan penjelasan detail menggunakan nada akademis dan persona dokter/perekam medis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak tergolong di tempat lain
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R52 digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri akut yang tidak terkait dengan diagnosis spesifik lainnya.
- Nyeri akut merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti cedera, penyakit, atau kondisi lainnya.
- Pengkodean menggunakan R52 memungkinkan klasifikasi nyeri sebagai gejala utama tanpa harus mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak tersedia
- Deskripsi: Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur spesifik terkait dengan nyeri akut.
Penjelasan:
- Nyeri akut umumnya tidak memerlukan prosedur medis spesifik, kecuali jika terkait dengan kondisi dasar yang memerlukan intervensi.
- Manajemen nyeri akut biasanya melibatkan pemberian analgesik, terapi fisik, atau intervensi lainnya yang tidak memiliki kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik.
- Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara khusus terkait dengan penanganan nyeri akut. -
Article No. 1123 | 02 Oct 2024
Klinis : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda butuhkan mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52.0
- Deskripsi: Nyeri akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.71
- Deskripsi: Manajemen nyeri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R52.0 (Nyeri akut) digunakan untuk mendiagnosis kondisi nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera fisik. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang muncul tiba-tiba, biasanya dengan durasi yang singkat, dan terkait dengan cedera atau penyakit tertentu.
2. Kode ICD-9-CM 99.71 (Manajemen nyeri, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengelola atau mengendalikan nyeri akut yang dialami pasien. Tindakan ini dapat mencakup pemberian analgesik, terapi fisik, atau intervensi lainnya yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Penggunaan kode-kode ini sangat penting dalam dokumentasi medis dan tagihan kesehatan untuk memastikan bahwa diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan tercatat dengan tepat dan dapat digunakan untuk keperluan statistik, penagihan, dan perencanaan pelayanan kesehatan. -
Article No. 1124 | 02 Oct 2024
Klinis : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (NANDA-I, 2018). Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah nyeri yang timbul karena adanya rangsangan atau stimulus dari jaringan yang rusak atau cedera secara fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik antara lain: pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu menggunakan teknik manajemen nyeri, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik meliputi pemberian analgesik, terapi panas-dingin, distraksi, relaksasi, dan intervensi yang ditujukan untuk mengatasi penyebab nyeri. Perawat juga perlu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan memantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
Dalam penanganan kasus ini, perawat berperan sebagai pakar yang berpengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 1125 | 02 Oct 2024
Klinis : .Ners Dika mengkaji klien Ny. P 30 tahun dengan diagnosa medis kanker kolon. Klien merasa sakit pada area perut, makan hanya habis 5 sendok, BB= 38 Kg, TB= 150 cm, konjungtiva anemis, telapak tangan pucat, klien tampak kurus dan lemah, klien terus menanyakan tentang penyakitnya dan kapan bisa pulang, sudah 3 hari klien belum BAB. Masalah keperawatan utama pada klien tersebut adalah…. A. Kurang pengetahuan B. Defisit nutrisi C. Gangguan perfusi perifer D. Gangguan eliminasi fekal E. Kelemahan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada klien Ny. P adalah Gangguan eliminasi fekal (D).
1. Kode ICD-10:
- Kode: C18.9
- Deskripsi: Kanker kolon, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.73
- Deskripsi: Kolonoskopi, diagnostic
Penjelasan detail:
Klien Ny. P 30 tahun dengan diagnosa medis kanker kolon mengalami gejala-gejala seperti rasa sakit pada area perut, nafsu makan menurun, berat badan menurun, konjungtiva anemis, telapak tangan pucat, tampak kurus dan lemah, serta belum BAB selama 3 hari. Berdasarkan gejala-gejala yang dialami, masalah keperawatan utama yang teridentifikasi adalah gangguan eliminasi fekal.
Kode ICD-10 C18.9 menggambarkan diagnosa medis kanker kolon yang tidak dispesifikasi. Sementara itu, kode ICD-9-CM 45.73 menunjukkan tindakan kolonoskopi yang dilakukan untuk diagnosis.
Gangguan eliminasi fekal menjadi masalah keperawatan utama karena klien mengalami konstipasi yang kemungkinan disebabkan oleh efek samping dari pengobatan kanker kolon atau penurunan asupan nutrisi. Hal ini dapat berdampak pada kenyamanan dan kesehatan klien secara keseluruhan. -
Article No. 1126 | 02 Oct 2024
Klinis : .Ners Dika mengkaji klien Ny. P 30 tahun dengan diagnosa medis kanker kolon. Klien merasa sakit pada area perut, makan hanya habis 5 sendok, BB= 38 Kg, TB= 150 cm, konjungtiva anemis, telapak tangan pucat, klien tampak kurus dan lemah, klien terus menanyakan tentang penyakitnya dan kapan bisa pulang, sudah 3 hari klien belum BAB. Masalah keperawatan utama pada klien tersebut adalah…. A. Kurang pengetahuan B. Defisit nutrisi C. Gangguan perfusi perifer D. Gangguan eliminasi fekal E. Kelemahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, masalah keperawatan utama pada klien Ny. P 30 tahun dengan diagnosa medis kanker kolon adalah:
D. Gangguan eliminasi fekal
Penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan eliminasi fekal
Definisi: Ketidakmampuan untuk buang air besar secara teratur dan efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan frekuensi BAB
- Rasa tidak nyaman saat BAB
- Stools keras dan kering
- Perubahan konsistensi stool
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola eliminasi fekal membaik
- Kenyamanan saat BAB meningkat
- Konsistensi stool normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen konstipasi
- Manajemen diare
- Perawatan rektum
Penjelasan singkat:
Berdasarkan data yang diberikan, klien Ny. P tampak mengalami gangguan eliminasi fekal, yaitu klien sudah 3 hari belum BAB. Hal ini dapat disebabkan oleh efek dari kanker kolon yang dialami klien. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen konstipasi dan perawatan rektum untuk membantu mengatasi masalah eliminasi fekal pada klien. -
Article No. 1127 | 02 Oct 2024
Klinis : Ners Nia melakukan pengkajian pada klien Ny. S dengan diagnosa medis gastritis. Klien mengeluh mual, muntah, dan tidak nafsu makan, setiap kali makan hanya habis 3 sendok makan. Klien tampak lemah, muka pucat, konjungtiva anemis, berat badan = 40 Kg, TB = 160 cm, hasil lab albumin = 3 gr /dl (normal = 3,8-5,1 gr/dl). Dari hasil pengkajian tersebut, yang merupakan indikator biokimia pada pengkajian ABCD untuk aspek nutrisi yaitu…. a. Albumin = 3 gr/dl
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K29.7
- Deskripsi: Gastritis, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk pengkajian keperawatan
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. S memiliki diagnosa medis gastritis. Gejala yang dialami pasien adalah mual, muntah, dan tidak nafsu makan, dengan hanya menghabiskan 3 sendok makan setiap kali makan. Pasien tampak lemah, muka pucat, konjungtiva anemis, dengan berat badan 40 kg dan tinggi badan 160 cm. Hasil laboratorium menunjukkan kadar albumin 3 gr/dl (normal 3,8-5,1 gr/dl).
Indikator biokimia pada pengkajian ABCD untuk aspek nutrisi yang terkait dengan data tersebut adalah:
a. Albumin = 3 gr/dl
Kadar albumin yang rendah (3 gr/dl) merupakan indikator biokimia yang menunjukkan adanya malnutrisi atau defisiensi protein pada pasien. Albumin adalah salah satu parameter penting dalam menilai status nutrisi pasien.