Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3304 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah seorang perawat profesional yang akan memberikan pendapat mengenai diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan kelemahan batuk, yang ditandai dengan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan sesak napas.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, yang ditandai dengan kehilangan berat badan.
3. Hipertermia
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, yang ditandai dengan demam.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas untuk menjaga jalan napas tetap bebas.
- Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dan terbuka.
- Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Hipertermia: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Manajemen jalan napas, termasuk pemberian oksigen, fisioterapi dada, dan suction.
- Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Edukasi nutrisi, pemberian suplemen, dan pemantauan asupan nutrisi.
- Hipertermia: Manajemen demam, termasuk pemberian antipiretik dan kompres dingin.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 3305 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekresi dan penurunan kemampuan batuk efektif.
- Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Aktivitas Intoleransi
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik.
- Penyebab: Penurunan kapasitas fungsional, seperti sesak napas dan kelelahan.
- Gejala: Kelelahan dan penurunan nafsu makan.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- Penyebab: Penurunan pertahanan tubuh, paparan agen infeksius.
- Gejala: Demam, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengukur hasil atau tujuan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan atau luaran yang diharapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan standar-standar tersebut di Indonesia. -
Article No. 3306 | 23 Oct 2024
Klinis : -Kaki kesemutan seperti ditusuk-tusuk dan terasa kebal -Leher terasa kaku
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kaki kesemutan seperti ditusuk-tusuk dan terasa kebal:
- Kode ICD-10: G62.9 - Neuropati perifer, tidak diklasifikasikan di tempat lain
- Deskripsi: Kondisi ini menggambarkan gejala neuropati perifer, yaitu gangguan pada saraf di luar sistem saraf pusat, yang menyebabkan rasa kesemutan, rasa tusuk-tusuk, dan kebas pada kaki. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti diabetes, cedera, infeksi, atau penyakit autoimmun.
2. Leher terasa kaku:
- Kode ICD-10: M54.2 - Radikulopati servikal
- Deskripsi: Kondisi ini menunjukkan adanya radikulopati servikal, yaitu gangguan pada saraf yang berasal dari kolom saraf leher. Hal ini dapat menyebabkan rasa kaku dan kaku pada leher, serta gejala lain seperti nyeri menjalar ke bahu, lengan, atau tangan. Radikulopati servikal dapat disebabkan oleh hernia disk, osteofit, atau kondisi lain yang menekan saraf di wilayah leher.
Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi-kondisi di atas, karena biasanya penanganan dilakukan secara konservatif, seperti terapi fisik, pengobatan anti-inflamasi, atau perbaikan faktor penyebab (jika diketahui). Jika diperlukan tindakan lebih lanjut, seperti pembedahan, maka kode ICD-9-CM yang sesuai akan ditetapkan berdasarkan prosedur yang dilakukan. -
Article No. 3307 | 23 Oct 2024
Klinis : -Kaki kesemutan seperti ditusuk-tusuk dan terasa kebal -Leher terasa kaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Perubahan Sensasi
Penjelasan:
Kaki yang kesemutan dan terasa kebal merupakan tanda dari gangguan sensori persepsi, yaitu perubahan sensasi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan saraf, peredaran darah, atau komplikasi dari kondisi medis lainnya.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan untuk menerima, mengorganisir, dan menginterpretasikan stimuli sensorik.
- Karakteristik Definisi: Perubahan sensasi, perubahan kemampuan memproses stimuli sensorik, perubahan persepsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan sensasi yang normal.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat melaporkan sensasi normal, pasien dapat merasakan stimuli sensorik dengan normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Manajemen Nyeri, Manajemen Sensori.
- Intervensi Pendukung: Terapi Aktivitas, Terapi Relaksasi.
2. Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan Rentang Gerak
Penjelasan:
Leher yang terasa kaku dapat menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik, yaitu keterbatasan rentang gerak. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma, kondisi muskuloskeletal, atau komplikasi dari kondisi medis lainnya.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam rentang, kekuatan, kontrol, atau mobilitas sendi yang disengaja.
- Karakteristik Definisi: Keterbatasan rentang gerak, kekuatan otot berkurang, kontrol gerak berkurang, gangguan koordinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan mobilitas fisik.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat melakukan rentang gerak sendi normal, pasien dapat menggerakkan sendi dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Terapi Latihan Mobilisasi, Terapi Latihan Keseimbangan.
- Intervensi Pendukung: Terapi Aktivitas, Perawatan Nyeri. -
Article No. 3308 | 23 Oct 2024
Klinis : lemas, hb 8.0
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan: lemas, Hb 8,0.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.1
- Deskripsi: Malaise dan fatigue
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 85.11
- Deskripsi: Pemeriksaan darah, pengambilan sampel vena
Penjelasan:
Kode ICD-10 R53.1 (Malaise dan fatigue) menggambarkan kondisi lemas yang Anda deskripsikan. Lemas atau fatigue adalah gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk anemia.
Pada kasus ini, dengan nilai Hb 8,0 g/dL, menunjukkan adanya anemia. Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, yang dapat menyebabkan gejala seperti lemas, lemah, dan kelelahan.
Terkait dengan prosedur medis, kode ICD-9-CM 85.11 (Pemeriksaan darah, pengambilan sampel vena) sesuai dengan tindakan pengambilan sampel darah vena untuk memeriksa kadar hemoglobin (Hb). Pemeriksaan ini diperlukan untuk mendiagnosis dan menentukan derajat anemia yang dialami.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medik akan menggunakan kode-kode ini untuk mencatat diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan dalam rekam medis pasien. Hal ini penting untuk dokumentasi, coding, dan penagihan layanan kesehatan. -
Article No. 3309 | 23 Oct 2024
Klinis : lemas, hb 8.0
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu lemas dan kadar hemoglobin (Hb) 8,0 g/dL, dapat diidentifikasi diagnosis keperawatan yang sesuai yaitu:
1. Diagnosis Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan ideal, tidak mengalami komplikasi terkait malnutrisi, dan memiliki nilai laboratorium (misalnya Hb) dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status nutrisi, pemberian edukasi gizi, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet, dan pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosis keperawatan, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien untuk membantu mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 3310 | 23 Oct 2024
Klinis : lemas, hb 8.0, konjungtiva anemis, warna kulit pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Intrakorporeal Berlebih Ditandai dengan Lemas, Konjungtiva Anemis, dan Warna Kulit Pucat.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Kekurangan Volume Cairan adalah ketidakseimbangan antara asupan dan kehilangan cairan, yang menyebabkan penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, atau intrasellular.
- Kehilangan Intrakorporeal Berlebih adalah keadaan ketika kehilangan cairan dari tubuh melebihi asupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan yang Memadai, ditandai dengan Tanda-tanda Vital dalam Batas Normal, Mukosa Lembab, Turgor Kulit Baik, dan Tidak Ada Tanda-tanda Dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Pemantauan Cairan, Pemberian Cairan Intravena, dan Edukasi Manajemen Cairan.
Persona: Sebagai perawat, saya akan bekerja secara akademis dan menggunakan pendekatan pakar dalam menangani kondisi pasien ini. Saya akan melakukan penilaian menyeluruh, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memulihkan keseimbangan cairan pasien. -
Article No. 3311 | 23 Oct 2024
Klinis : Data subjektif: pasien mengatakan sakit dan nyeri pada bagian ekskremitas kanan Data objektif: Pasien tampak menangis tidak kuat menahan nyeri F: 2 L: menendang, kaki tertekuk A: menggeliat dan tidak bisa diam C:terus menangis, berteriak dan sering mengeluh C: dapat ditenangkan dengan sentuhan Skor: 9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik pada ekstremitas kanan.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Pemantauan dan kontrol pengalaman nyeri untuk memaksimalkan kenyamanan pasien.
- Kontrol Nyeri: Mencapai dan mempertahankan tingkat nyeri yang dapat diterima.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan pengkajian dan penatalaksanaan nyeri untuk memaksimalkan kenyamanan pasien.
- Terapi Nyeri: Tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Berdasarkan data yang Anda berikan, pasien mengalami nyeri yang cukup berat pada ekstremitas kanan, ditandai dengan menangis tidak kuat menahan nyeri, menendang, dan menggeliat. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Memberikan terapi farmakologis (sesuai indikasi) dan non-farmakologis (misalnya kompres hangat, massage, distraksi) untuk mengurangi nyeri.
3. Memantau efektivitas intervensi dan respon pasien terhadap terapi.
4. Memberikan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 3312 | 23 Oct 2024
Klinis : harga diri rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi harga diri rendah.
Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
Definisi:
Harga Diri Rendah adalah evaluasi negatif individu terhadap dirinya sendiri atau perasaan tidak berharga.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Harga Diri Rendah didefinisikan sebagai penilaian negatif yang konsisten terhadap diri sendiri atau evaluasi diri yang negatif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Harga Diri Rendah adalah peningkatan kemampuan klien dalam mengevaluasi diri secara positif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Harga Diri Rendah antara lain:
1. Terapi Harga Diri
2. Terapi Kelompok
3. Bimbingan Spiritual
4. Manajemen Stres
5. Latihan Asertivitas
Penjelasan singkat:
Harga Diri Rendah merupakan suatu kondisi dimana individu memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman negatif di masa lalu, kurangnya dukungan sosial, atau penerimaan diri yang buruk. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini meliputi terapi harga diri, terapi kelompok, bimbingan spiritual, manajemen stres, dan latihan asertivitas. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk membantu klien dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi diri secara positif dan membangun harga diri yang sehat. -
Article No. 3313 | 23 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hidrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman didaerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskopi, edema ekstrimitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalisis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hidrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan patomekanisme munculnya gejala dan komplikasi pada kondisi diatas, hingga muncul masalah keperawatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Tn. R yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
3. Hipertensi
4. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
5. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Kardiak
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Pasien tidak mematuhi regimen pengobatan yang diberikan, ditunjukkan dengan tidak meminum obat antihipertensi yang diresepkan.
- Pasien memiliki pemahaman yang kurang tentang kondisi dan pengobatannya, yang ditunjukkan oleh persepsinya bahwa obat dapat menyebabkan impoten dan merusak ginjal.
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
- Pasien menunjukkan keinginan untuk meningkatkan manajemen kesehatannya dengan menerima perawatan di rumah sakit.
- Pasien dapat dilibatkan dalam proses perencanaan dan implementasi perawatan untuk meningkatkan partisipasinya dalam pengelolaan kondisi kesehatannya.
3. Hipertensi
- Patomekanisme: Faktor risiko hipertensi pada pasien meliputi riwayat keluarga, merokok, dan pola makan tinggi garam.
- Komplikasi: Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan organ target seperti jantung, otak, ginjal, dan mata.
4. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
- Patomekanisme: Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perubahan aliran darah dan oksigenasi ke otak, meningkatkan risiko stroke.
- Komplikasi: Stroke dapat menyebabkan defisit neurologis, cacat permanen, dan kematian.
5. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Kardiak
- Patomekanisme: Hipertensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, yang dapat berdampak pada aliran darah ke jantung.
- Komplikasi: Perubahan perfusi jaringan jantung dapat menyebabkan angina, infark miokard, dan kematian.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus fokus pada edukasi kesehatan, manajemen hipertensi, dan pemantauan komplikasi potensial. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga penting untuk mencapai hasil perawatan yang optimal.