Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1229 | 03 Oct 2024
Klinis : resiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I84
- Deskripsi: Hemoroid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.33
- Deskripsi: Prosedur skleroterapeutik untuk hemoroid
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 I84 (Hemoroid) mencakup kondisi risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid. Hemoroid merupakan pembengkakan pembuluh darah di dalam atau di sekitar anus dan rektum, yang dapat menyebabkan perdarahan, nyeri, dan ketidaknyamanan.
2. Jika diperlukan, kode ICD-9-CM 45.33 (Prosedur skleroterapeutik untuk hemoroid) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk menangani hemoroid, seperti penyuntikan bahan sklerotik ke dalam pembuluh darah hemoroid untuk menyebabkan penyusutan dan penyembuhan.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, penentuan kode diagnosa dan prosedur medis yang tepat sangat penting untuk dokumentasi yang akurat dan pengkodean yang konsisten, sehingga dapat mendukung proses perawatan pasien, penagihan, dan analisis data kesehatan yang andal. -
Article No. 1230 | 03 Oct 2024
Klinis : resiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan berhubungan dengan Hemoroid
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perdarahan: Keadaan di mana individu memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Hemoroid, di mana pembuluh darah di sekitar anus menjadi bengkak dan dapat menyebabkan perdarahan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan Perdarahan: Individu mencapai dan mempertahankan status hemodinamik yang stabil.
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif, dan tidak ada komplikasi yang terkait dengan perdarahan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Risiko Perdarahan:
- Identifikasi faktor risiko perdarahan, seperti hemoroid.
- Pantau tanda-tanda perdarahan aktif.
- Berikan perawatan lokal untuk hemoroid, seperti penggunaan obat topikal, kompres dingin, dan elevasi area.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan, untuk penanganan hemoroid.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan perdarahan terkait hemoroid.
Sebagai perawat, saya akan bekerja secara komprehensif untuk mengelola risiko perdarahan yang terkait dengan hemoroid pada pasien. Melalui pendekatan berbasis bukti dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, saya akan memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 1231 | 03 Oct 2024
Klinis : Klien infeksi saluran kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Saluran Kemih
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi Saluran Kemih: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen ke saluran kemih, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Integritas Kulit dan Membran Mukosa: Keutuhan struktur dan fungsi kulit dan membran mukosa.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Infeksi: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi.
- Perawatan Traktus Urinarius: Intervensi untuk mempertahankan fungsi dan mencegah komplikasi sistem urinarius.
Penjelasan:
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi di mana terjadi invasi dan multiplikasi organisme patogen ke saluran kemih, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Infeksi Saluran Kemih", yang mengacu pada kerentanan klien terhadap ISK. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen infeksi (untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi) serta perawatan traktus urinarius (untuk mempertahankan fungsi dan mencegah komplikasi sistem urinarius). Luaran yang diharapkan adalah kemampuan klien untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, serta menjaga integritas kulit dan membran mukosa. -
Article No. 1232 | 03 Oct 2024
Klinis : An.P, usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas. Ibu mengatakan bahwa anak sudah sebulan ini batuk-batuk. Berat badan 10 kg dengan tinggi badan 75cm. Menurut ibunya, berat badan anaknya dalam 3 bulan tidak naik-naik. “Anak saya kurang nafsu makan, biasanya dia makan mie dan bakso habis. Tapi belakangan ini tidak habis. Apa karena badannya panas ya?” Hasil pengkajian anak letargis, mata cekung, nadi 100x/menit, teraba lemah dan teratur, pernafasan 30x/menit, suhu 38°C. Anak rewel, dan kalau tidur sering terbangun karena batuk. An. P sering berkeringat pada malam hari hingga bajunya basah. Auskultasi paru didapatkan wheezing (mengi). Tes Mantoux positif. Menurut ibunya, belakangan ini An. P minta digendong terus dan kelihatan lelah. Rontgen paru terlihat adanya infiltrasi pada kedua paru. Menurut ibu, An. P jarang sakit. Imunisasi yang diberikan lengkap. Setiap hari An. P bermain dengan anak tetangga. Tetapi karena batuk dan kurang enak badan, An P sudah 3 hari tidak bermain-main. Ibu An. P seorang lulusan tingkat Sekolah Dasar. Mampu membaca dan menulis dengan baik. Ketika ditanya apakah di sekitar rumah ada yang sedang menderita batuk. Ia mengatakan di daerahnya batuk adalah sakit yang umum dan biasa terjadi. Ketika ditanya apakah mengerti tentang penyakit TBC, ia menjawab pernah mendengar tetapi tidak mengetahui secara pasti. Ibu An. P malah bertanya, “Emangnya anak saya sakit TBC, kan cuma batuk saja.” Ibu An. P mengatakan mereka tinggal di rumah kecil. Rumah itu berisikan lima orang, karena ada kakek dan nenek yang ikut bersama mereka. Obat yang diberikan pada An. P adalah obat antituberkulosa. Dokter mengatakan bahwa obat itu harus diminum setiap hari. Lama pengobatan adalah 6 bulan. Ibu An. P sangat terkejut dan berkata, “Lama sekali minum obat nya, 6 bulan?” Dokter mengatakan, iya selama 6 bulan dan tidak boleh putus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan batuk yang mengganggu
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Malnutrisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan berat badan, massa otot, dan cadangan lemak karena asupan nutrisi tidak adekuat.
2. Gangguan Pola Tidur: Terganggunya kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi.
3. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan, kelemahan, atau keterbatasan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Status Gizi: Hasil yang diharapkan adalah tercapainya status gizi yang optimal.
2. Pola Tidur Terjaga: Hasil yang diharapkan adalah tercapainya kuantitas dan kualitas tidur yang adekuat.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Hasil yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan melakukan aktivitas tanpa rasa lelah berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan menjaga status gizi.
2. Manajemen Tidur: Intervensi untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
3. Manajemen Energi: Intervensi untuk memfasilitasi aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih. -
Article No. 1233 | 03 Oct 2024
Klinis : An.P, usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas. Ibu mengatakan bahwa anak sudah sebulan ini batuk-batuk. Berat badan 10 kg dengan tinggi badan 75cm. Menurut ibunya, berat badan anaknya dalam 3 bulan tidak naik-naik. “Anak saya kurang nafsu makan, biasanya dia makan mie dan bakso habis. Tapi belakangan ini tidak habis. Apa karena badannya panas ya?” Hasil pengkajian anak letargis, mata cekung, nadi 100x/menit, teraba lemah dan teratur, pernafasan 30x/menit, suhu 38°C. Anak rewel, dan kalau tidur sering terbangun karena batuk. An. P sering berkeringat pada malam hari hingga bajunya basah. Auskultasi paru didapatkan wheezing (mengi). Tes Mantoux positif. Menurut ibunya, belakangan ini An. P minta digendong terus dan kelihatan lelah. Rontgen paru terlihat adanya infiltrasi pada kedua paru. Menurut ibu, An. P jarang sakit. Imunisasi yang diberikan lengkap. Setiap hari An. P bermain dengan anak tetangga. Tetapi karena batuk dan kurang enak badan, An P sudah 3 hari tidak bermain-main. Ibu An. P seorang lulusan tingkat Sekolah Dasar. Mampu membaca dan menulis dengan baik. Ketika ditanya apakah di sekitar rumah ada yang sedang menderita batuk. Ia mengatakan di daerahnya batuk adalah sakit yang umum dan biasa terjadi. Ketika ditanya apakah mengerti tentang penyakit TBC, ia menjawab pernah mendengar tetapi tidak mengetahui secara pasti. Ibu An. P malah bertanya, “Emangnya anak saya sakit TBC, kan cuma batuk saja.” Ibu An. P mengatakan mereka tinggal di rumah kecil. Rumah itu berisikan lima orang, karena ada kakek dan nenek yang ikut bersama mereka. Obat yang diberikan pada An. P adalah obat antituberkulosa. Dokter mengatakan bahwa obat itu harus diminum setiap hari. Lama pengobatan adalah 6 bulan. Ibu An. P sangat terkejut dan berkata, “Lama sekali minum obat nya, 6 bulan?” Dokter mengatakan, iya selama 6 bulan dan tidak boleh putus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan proses penyakit Tuberkulosis (TBC) yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi) pada auskultasi paru.
2. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat yang ditandai dengan tidak ada peningkatan berat badan dalam 3 bulan terakhir dan kurang nafsu makan.
3. Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit Tuberkulosis (TBC) yang ditandai dengan anak terlihat letargis, rewel, dan sering terbangun karena batuk.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Pola Napas: Ketidakmampuan mempertahankan pola napas yang efektif untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
2. Risiko Malnutrisi: Keadaan berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat yang dapat menyebabkan malnutrisi.
3. Kelelahan: Pengalaman subjektif yang berkelanjutan dan tidak menyenangkan terkait dengan menurunnya kapasitas fisik dan mental untuk melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif: Kemampuan mempertahankan pola napas yang dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh.
2. Status Gizi Membaik: Keadaan yang menunjukkan perbaikan status gizi ke arah yang lebih baik.
3. Tidak Mengalami Kelelahan: Keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan lelah yang berkelanjutan dan tidak menyenangkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan melancarkan pernapasan.
2. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
3. Manajemen Energi: Intervensi untuk meningkatkan dan mempertahankan energi yang adekuat.
Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan intervensi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi untuk membantu proses pemulihan kondisi kesehatan anak. -
Article No. 1234 | 03 Oct 2024
Klinis : Ny. S, seorang ibu berusia 37 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan inpartu kala III. Iamerupakan seorang G5P3A1 dan baru saja melahirkan anak kelimanya pada tanggal 30 September 2024 pukul 07.15 WIB. Meskipun bayi telah lahir, Ny. S melaporkan bahwa ari-arinya belum juga keluar. Setelah melahirkan, Ny. S mengaku merasa cemas karena plasentanya belum lahir. Ia merasa letih, dengan badan terasa dingin, dan perutnya masih mules. Data vital menunjukkan bahwa tekanan darahnya 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Kontraksi yang dirasakannya cukup keras, dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Dari pengeluaran per vaginam tercatat sebanyak 200 cc, dan pada pemeriksaan vulva terlihat tali pusat terjulur sepanjang 30 cm.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Ny. S yang anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Retensi plasenta berhubungan dengan kala III yang memanjang, ditandai dengan ari-ari belum lahir setelah 30 menit pasca persalinan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Retensi plasenta adalah kondisi di mana plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
- Faktor penyebabnya antara lain kontraksi uterus yang tidak adekuat, robekan uterus, dan anomali plasenta.
- Tanda dan gejala yang muncul adalah perdarahan pervaginam, perut terasa mules, dan tinggi fundus uteri masih tinggi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Plasenta lahir dalam waktu yang tepat, perdarahan minimal, dan kondisi ibu stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Kala III Persalinan, yang meliputi: Memantau tanda-tanda vital, Menilai kontraksi uterus, Mengajarkan teknik mengedan, Pemberian oksitosik, dan Melakukan tindakan manual jika plasenta tidak lahir.
Tujuan intervensi adalah untuk mencegah komplikasi perdarahan post partum akibat retensi plasenta dan memastikan plasenta lahir dalam waktu yang tepat. -
Article No. 1235 | 03 Oct 2024
Klinis : Ny. S, seorang ibu berusia 37 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan inpartu kala III. Iamerupakan seorang G5P3A1 dan baru saja melahirkan anak kelimanya pada tanggal 30 September 2024 pukul 07.15 WIB. Meskipun bayi telah lahir, Ny. S melaporkan bahwa ari-arinya belum juga keluar. Setelah melahirkan, Ny. S mengaku merasa cemas karena plasentanya belum lahir. Ia merasa letih, dengan badan terasa dingin, dan perutnya masih mules. Data vital menunjukkan bahwa tekanan darahnya 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Kontraksi yang dirasakannya cukup keras, dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Dari pengeluaran per vaginam tercatat sebanyak 200 cc, dan pada pemeriksaan vulva terlihat tali pusat terjulur sepanjang 30 cm. Untuk mengatasi ansietasnya, apa intervensi yang tepat ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. S yang diuraikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan dengan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
1. Cemas akut
SDKI: Cemas akut
SLKI: Kontrol kecemasan
SIKI: Manajemen kecemasan
Penjelasan:
Ny. S mengalami cemas akut terkait dengan retensio plasenta yang belum lahir. Pasien merasa cemas dan khawatir karena plasenta belum keluar sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan tersebut.
Intervensi yang tepat untuk mengatasi ansietasnya adalah:
1. Manajemen kecemasan
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien
- Berikan informasi yang akurat tentang kondisi dan proses persalinan yang sedang dialami
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan distraksi
- Ajarkan teknik relaksasi dan visualisasi positif
- Berikan obat anti-kecemasan jika diperlukan dan sesuai indikasi
Dengan intervensi ini, diharapkan Ny. S dapat mengelola kecemasan yang dialami sehingga dapat fokus pada proses persalinan dan pengeluaran plasenta. -
Article No. 1236 | 03 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan ca mamae sudah 8 bulan nyeri tidak hilang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang mengatakan kanker payudara (ca mamae) sudah 8 bulan dengan nyeri yang tidak hilang, maka diagnosa keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit kanker payudara, berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
Penjelasan singkat:
- SDKI: Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan nyeri, meningkatkan kemampuan beraktivitas, dan mencapai kualitas hidup yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, terapi komplementer, dan pendidikan kesehatan terkait pengelolaan nyeri.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar, perawat dapat memberikan penjelasan lebih detail mengenai diagnosa keperawatan, penyebab, tanda-tanda, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi nyeri kronis pada pasien dengan kanker payudara. -
Article No. 1237 | 03 Oct 2024
Klinis : tidak bisa tidur karena sesak nafas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi tidak bisa tidur karena sesak napas, dengan format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Oksigenasi, kontinu
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien mengalami gejala tidak bisa tidur karena sesak napas. Berdasarkan informasi yang tersedia, kode ICD-10 yang paling sesuai adalah J06.9, yang menggambarkan infeksi akut saluran pernapasan atas yang tidak spesifik. Hal ini dapat menyebabkan gejala sesak napas, yang dapat mengganggu tidur pasien.
Selanjutnya, kode ICD-9-CM prosedur 93.94 untuk oksigenasi kontinu dapat dipertimbangkan, jika pasien membutuhkan bantuan oksigen untuk mengatasi sesak napasnya. Pemberian oksigen secara kontinu dapat membantu meningkatkan oksigenasi dan memfasilitasi tidur yang lebih nyenyak.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis dan tindakan yang tepat harus ditentukan oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi yang komprehensif terhadap pasien. -
Article No. 1238 | 03 Oct 2024
Klinis : tidak bisa tidur karena sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "tidak bisa tidur karena sesak nafas".
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Gangguan Pola Tidur adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai pola tidur yang adekuat dan berkualitas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi sesak nafas yang dialami oleh pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, diagnosa keperawatan "Gangguan Pola Tidur" memiliki definisi sebagai berikut: "Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa ini meliputi:
1. Kualitas Tidur
2. Durasi Tidur
3. Efisiensi Tidur
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini antara lain:
1. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan yang kondusif untuk tidur
2. Terapi Relaksasi: Teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi terkait pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas
Dalam pendekatan asuhan keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien mencapai pola tidur yang optimal.