Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1392 | 05 Oct 2024
Klinis : efusi pleura dekstra
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi efusi pleura dekstra:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J90
- Deskripsi: Efusi pleura, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.91
- Deskripsi: Torakosentesis; Prosedur ini melibatkan aspirasi cairan dari rongga pleura menggunakan jarum atau kateter untuk mengeluarkan cairan efusi pleura.
Penjelasan:
Efusi pleura dekstra adalah akumulasi cairan abnormal di rongga pleura sebelah kanan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, seperti infeksi, peradangan, atau neoplasma. Kode ICD-10 J90 digunakan untuk mengkodekan efusi pleura yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Jika diperlukan tindakan medis untuk mengatasi efusi pleura, prosedur torakosentesis (kode ICD-9-CM 34.91) dapat dilakukan. Prosedur ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan efusi pleura dengan memasukkan jarum atau kateter ke dalam rongga pleura untuk aspirasi cairan. -
Article No. 1393 | 05 Oct 2024
Klinis : efusi pleura dekstra
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi efusi pleura dekstra.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan efusi pleura dekstra
Penjelasan singkat:
Efusi pleura dekstra adalah kondisi akumulasi cairan di rongga pleura sebelah kanan. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada pola napas, seperti napas dangkal, sesak, dan peningkatan usaha napas. Diagnosa keperawatan ini berfokus pada identifikasi dan pengelolaan gangguan pola napas yang disebabkan oleh efusi pleura.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan irama dan kedalaman pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Faktor yang berhubungan: Efusi pleura, pembatasan mekanis pada ekspansi paru.
- Karakteristik: Napas dangkal, peningkatan usaha napas, sesak napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pola napas efektif, kemampuan ventilasi adekuat, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, amplitudo napas dalam, irama napas teratur, tidak ada retraksi otot bantu napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigen, manajemen efusi pleura (aspirasi atau drainase cairan), terapi posisional, latihan pernapasan.
Tujuan utama penanganan efusi pleura adalah mengatasi gangguan pola napas, memastikan ventilasi yang adekuat, dan mengurangi gejala terkait efusi pleura. -
Article No. 1394 | 05 Oct 2024
Klinis : Seorang ibu rumah tangga, usia 42 tahun, dikenal sangat religius di lingkungannya. Setelah suaminya meninggal lima tahun yang lalu, klien semakin mendekatkan diri pada agama, la memiliki dua anak yang sudah dewasa dan tinggal terpisah dari dirinya, Hingga akhirnya ia didiagnosis menderita kanker payudara stadium lanjut beberapa bulan yang lalu, dan saat ini sedang menjalani perawatan paliatif di rumah. Selama menjalani perawatan, ia mulai merasakan penurunan fisik yang signifikan, seperti rasa sakit yang terus-menerus, kelelahan, dan hilangnya nafsu makan, Seiring dengan penurunan kesehatannya, klien juga mulai merasakan keraguan terhadap keyakinannya. Ia mulai mempertanyakan mengapa ia harus mengalami penderitaan yang sangat berat padahal telah menjalankan ibadah dengan baik sepanjang hidupnya. Ia merasa tidak siap menghadapi kematian, dan perasaan ini membuatnya merasa terputus dari Tuhan. Ia mulai merasa bahwa mungkin Tuhan sedang menghukumnya, atau bahwa doanya selama ini tidak didengar.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Distress Spiritual (SDKI)
Penjelasan: Klien mengalami penurunan kemampuan untuk menemukan makna, tujuan, dan kekuatan dalam kehidupan, yang ditandai dengan perasaan terisolasi dari Tuhan, mempertanyakan keyakinan, dan merasa tidak siap menghadapi kematian.
2. Nyeri Kronis (SDKI)
Penjelasan: Klien mengalami rasa sakit yang terus-menerus akibat perkembangan penyakit kanker payudara stadium lanjut.
3. Fatigue (SDKI)
Penjelasan: Klien merasakan kelelahan yang signifikan, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Gangguan Pola Makan (SDKI)
Penjelasan: Klien mengalami hilangnya nafsu makan, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan status gizi.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Distress Spiritual (SLKI)
- Fasilitasi ekspresi spiritual
- Kolaborasi dengan pemimpin spiritual/agama
- Berikan dukungan emosional
2. Manajemen Nyeri (SIKI)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri
3. Manajemen Kelelahan (SIKI)
- Kaji penyebab dan dampak kelelahan
- Kembangkan rencana manajemen kelelahan
- Berikan edukasi dan dukungan
4. Peningkatan Nutrisi (SIKI)
- Lakukan pengkajian status gizi
- Berikan intervensi nutrisi yang sesuai
- Pantau asupan dan outcome nutrisi
Penerapan rencana asuhan keperawatan yang holistik, termasuk aspek spiritual, diharapkan dapat membantu klien mengatasi berbagai hambatan yang dihadapinya dan meningkatkan kualitas hidupnya selama menjalani perawatan paliatif. -
Article No. 1395 | 05 Oct 2024
Klinis : Resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
Risiko Infeksi:
SDKI - Keadaan rentan individu terhadap infeksi yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI - Tingkat ketahanan tubuh terhadap infeksi.
SIKI - Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada individu.
Risiko infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana individu berada dalam keadaan rentan terhadap infeksi yang dapat membahayakan kesehatannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan sistem imun, prosedur invasif, atau lingkungan yang tidak higienis.
Perawat berperan penting dalam mengelola risiko infeksi melalui intervensi keperawatan yang komprehensif. Intervensi tersebut dapat meliputi peningkatan higiene, penggunaan tindakan aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi sehingga dapat meminimalkan dampak negatif pada kesehatan pasien.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas dalam mengelola risiko infeksi pada pasien. -
Article No. 1396 | 05 Oct 2024
Klinis : Pasien lemas mual muntah tidak mau makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi pasien yang mengalami kelemahan, mual, muntah, dan tidak mau makan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Individu dapat mempertahankan berat badan yang sehat, memiliki kadar nutrisi dalam batas normal, dan tidak mengalami komplikasi terkait malnutrisi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian status nutrisi, pemberian makanan atau suplemen yang sesuai, serta monitoring asupan dan output nutrisi.
Penjelasan Singkat:
Kondisi pasien yang mengalami kelemahan, mual, muntah, dan tidak mau makan dapat mengindikasikan adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Diagnosa ini mengarah pada perlunya intervensi keperawatan yang komprehensif untuk memastikan pasien mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat dan mencegah komplikasi terkait malnutrisi. -
Article No. 1397 | 05 Oct 2024
Klinis : Pasien lemas mual muntah tidak mau makan, umur 5 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang lemas, mual, muntah, dan tidak mau makan dengan usia 5 bulan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan Makan
Penjelasan:
Pasien usia 5 bulan mengalami gejala lemas, mual, muntah, dan tidak mau makan, yang dapat menyebabkan risiko malnutrisi. Masalah ini perlu ditangani segera untuk mencegah terjadinya malnutrisi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan berisiko mengalami ketidakseimbangan asupan zat gizi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
Faktor Risiko: Ketidakmampuan makan, anoreksia, dan gangguan pencernaan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi malnutrisi, Berat badan sesuai usia, dan Tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Pemantauan Status Nutrisi, dan Terapi Nutrisi.
Peran Perawat:
1. Mengevaluasi status nutrisi pasien dan mendeteksi adanya risiko malnutrisi.
2. Memberikan intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan pasien.
3. Memantau dan mencatat asupan dan output nutrisi pasien.
4. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi, untuk memastikan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Dengan penanganan yang tepat dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mempertahankan status nutrisinya dan terhindar dari komplikasi akibat malnutrisi. -
Article No. 1398 | 05 Oct 2024
Klinis : Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anak nya pun tidk tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengujunginya 2 minggu sekali. Ny. D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa penyakit stroke yang pernah dideritanya, tubuh sebelah kiri ny. D tidak bisa digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas. Selama di rumah, klien menghabiskan waktunya sendiri dan ia sulit diajak berkomunikasi oleh anak-anaknya dan tetangganya disekitar rumah. Pada saat dikajipun pasien sulit diajak berkomunikasi, pasien cendurung tidak pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun pasien merasa malu dan terkadang perkataannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaaannya saat ini pasien tidak mau mengungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain ikut campur dengan urusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari pemeriksaan fisik TD: 130/80 mmHg, S:36,5C, N: 76x/m, RR: 20x/m. kazt indeks pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel indeks pasien menunjukkan ketergantungan sebagian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. D yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Komunikasi Verbal Terganggu
- SDKI: Kemampuan individu untuk menyampaikan informasi secara lisan terganggu.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara verbal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi komunikasi verbal yang efektif.
b. Isolasi Sosial
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami pembatasan dalam hubungan sosial yang bermakna.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu meningkatkan keterlibatan dalam hubungan sosial.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi interaksi sosial yang efektif.
c. Harga Diri Rendah
- SDKI: Perasaan tidak berharga atau tidak berguna yang dialami individu.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu meningkatkan penerimaan diri dan harga diri.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi penerimaan diri dan peningkatan harga diri.
Penjelasan Singkat:
1. Komunikasi Verbal Terganggu:
- Ny. D mengalami gangguan berbicara, pelo, dan kesulitan mengekspresikan kata secara verbal sebagai sisa penyakit stroke yang pernah dideritanya.
- Hal ini berdampak pada kemampuan Ny. D untuk menyampaikan informasi secara lisan.
2. Isolasi Sosial:
- Ny. D tinggal sendiri di rumah, jarang berinteraksi dengan anak-anaknya dan tetangga sekitar.
- Ny. D sulit diajak berkomunikasi dan cenderung tidak aktif berinteraksi dengan lansia lain.
3. Harga Diri Rendah:
- Ny. D merasa malu saat berkomunikasi dan tidak suka jika lansia lain ikut campur dengan urusannya atau ingin tahu kehidupan masa lalunya.
- Hal ini menunjukkan adanya perasaan tidak berharga atau tidak berguna yang dialami oleh Ny. D.
Dalam penanganan kasus Ny. D, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan sesuai dengan standar SLKI dan SIKI untuk membantu mengatasi masalah komunikasi verbal, isolasi sosial, dan harga diri rendah yang dialami. -
Article No. 1399 | 05 Oct 2024
Klinis : Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anak nya pun tidk tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengujunginya 2 minggu sekali. Ny. D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa penyakit stroke yang pernah dideritanya, tubuh sebelah kiri ny. D tidak bisa digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas. Selama di rumah, klien menghabiskan waktunya sendiri dan ia sulit diajak berkomunikasi oleh anak-anaknya dan tetangganya disekitar rumah. Pada saat dikajipun pasien sulit diajak berkomunikasi, pasien cendurung tidak pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun pasien merasa malu dan terkadang perkataannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaaannya saat ini pasien tidak mau mengungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain ikut campur dengan urusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari pemeriksaan fisik TD: 130/80 mmHg, S:36,5C, N: 76x/m, RR: 20x/m. kazt indeks pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel indeks pasien menunjukkan ketergantungan sebagian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. D:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Komunikasi verbal terganggu
b. Isolasi sosial
c. Mobilitas fisik terganggu
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Komunikasi verbal terganggu
- SDKI: Gangguan Komunikasi Verbal
- SLKI: Komunikasi Efektif
- SIKI: Komunikasi
Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengekspresikan kata-kata secara verbal akibat sisa penyakit stroke yang pernah diderita. Hal ini menyebabkan pasien sulit berkomunikasi dengan anak-anak dan tetangganya.
b. Isolasi sosial
- SDKI: Isolasi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial
- SIKI: Interaksi Sosial
Penjelasan: Pasien menghabiskan waktunya sendiri di rumah dan sulit diajak berkomunikasi oleh anak-anak dan tetangga. Pasien juga cenderung tidak aktif berinteraksi dengan lansia lain. Hal ini menunjukkan adanya isolasi sosial pada pasien.
c. Mobilitas fisik terganggu
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik
- SIKI: Mobilitas Fisik
Penjelasan: Akibat sisa penyakit stroke, tubuh sebelah kiri pasien tidak dapat digerakkan secara normal, sehingga aktivitas sehari-hari pasien menjadi terbatas. Hal ini menggambarkan adanya gangguan mobilitas fisik pada pasien.
Secara umum, diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi pasien Ny. D yang mengalami gangguan komunikasi, isolasi sosial, dan mobilitas fisik terganggu akibat sisa penyakit stroke yang pernah diderita. Perawatan yang diberikan harus memperhatikan aspek-aspek tersebut untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 1400 | 05 Oct 2024
Klinis : Seorang parempuan berusia 62 tahun ke rumah sakit, klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya karena kurangnya informasi, klien juga mengatakan kadang-kadang merasa pusing dan sakit di belakang kepala, nyeri seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 3-4 dari skala nyeri yang diberikan dan lama nyeri 15 detik, klien juga mengatakan sudah lebih dari 2 tahun yang lalu menderita hipertensi. Setelah diperiksa GCS: E4V5M6, suhu:36c, Nadi: 86x/mnt, RR: 21x/mnt, TD: 130/90 mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala Kronis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1979).
- Penyebab: Stres, penyakit kronis, cedera/trauma, dan faktor psiologis.
- Karakteristik: Klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3-4, nyeri hilang timbul, dan durasi 15 detik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengontrol rasa nyeri.
- Manajemen Nyeri: Kemampuan individu dalam mengelola rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk membantu klien mengurangi nyeri yang dialami.
- Edukasi Kesehatan: Informasi yang diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman klien tentang penyakitnya.
Persona: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan singkat tentang diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang dialami klien dengan nada akademis dan bertindak sebagai pakar di bidang keperawatan. -
Article No. 1401 | 05 Oct 2024
Klinis : Seorang parempuan berusia 62 tahun ke rumah sakit, klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya karena kurangnya informasi, klien juga mengatakan kadang-kadang merasa pusing dan sakit di belakang kepala, nyeri seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 3-4 dari skala nyeri yang diberikan dan lama nyeri 15 detik, klien juga mengatakan sudah lebih dari 2 tahun yang lalu menderita hipertensi. Setelah diperiksa GCS: E4V5M6, suhu:36c, Nadi: 86x/mnt, RR: 21x/mnt, TD: 130/90 mmhg.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.209
- Deskripsi: Nyeri kepala tipe tegang, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan/prosedur medis yang dilaporkan, hanya pemeriksaan fisik dan wawancara pasien.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang disampaikan oleh pasien, yaitu rasa pusing, nyeri di belakang kepala seperti tertimpa benda berat, dan nyeri hilang timbul dengan skala 3-4, hal ini mengarah pada diagnosis Nyeri Kepala Tipe Tegang (Tension-Type Headache). Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang dicatat dalam anamnesis.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, termasuk tekanan darah yang masih dalam kategori hipertensi. Tidak ada indikasi tindakan atau prosedur medis yang dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan.
Dalam kasus ini, kode ICD-10 yang sesuai adalah G44.209 (Nyeri Kepala Tipe Tegang, Tidak Spesifik) karena pasien tidak memiliki karakteristik spesifik lainnya yang dapat digunakan untuk memilih kode yang lebih rinci.
Harap diperhatikan bahwa diagnosis dan kode yang diberikan adalah berdasarkan informasi yang disediakan. Evaluasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan professional mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis yang tepat dan memberikan perawatan yang sesuai.