Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18245 | 04 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan teling mengeluarkan nanah, bunyi berdengung sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu telinga mengeluarkan nanah dan bunyi berdengung selama 1 minggu, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Infeksi Telinga (INFEK)
Definisi: Proses patologis yang ditandai dengan adanya invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam telinga, menyebabkan kerusakan jaringan.
Karakteristik Utama:
- Telinga mengeluarkan cairan (nanah)
- Rasa nyeri pada telinga
- Rasa berdengung/berdenging pada telinga
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
a. Bebas Infeksi (BEBAS-INF)
Definisi: Bebas dari tanda-tanda dan gejala infeksi.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (seperti nanah, nyeri, demam)
- Tidak ada keluhan berdengung/berdenging pada telinga
- Tidak ada keterbatasan fungsi pendengaran
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu Bebas Infeksi (BEBAS-INF), maka Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Infeksi (MANJ-INF)
Tujuan: Mencegah dan mengendalikan infeksi.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji tanda dan gejala infeksi telinga (seperti nanah, nyeri, demam)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti dokter) untuk pemberian terapi antibiotik yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan telinga yang tepat, seperti menjaga kebersihan telinga, penggunaan tetes telinga, dan identifikasi tanda-tanda infeksi
- Pantau perkembangan kondisi telinga pasien secara berkala
b. Manajemen Nyeri (MANJ-NYR)
Tujuan: Mengurangi rasa nyeri pada telinga.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri pada telinga
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti dokter) untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat pada telinga
- Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri telinga
c. Manajemen Sensori Persepsi (MANJ-SPER)
Tujuan: Memulihkan fungsi pendengaran.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji kemampuan pendengaran pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti dokter atau audiolog) untuk pemeriksaan dan terapi yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik untuk membantu pemulihan fungsi pendengaran, seperti penggunaan alat bantu dengar
- Pantau perkembangan fungsi pendengaran pasien secara berkala
Dengan melaksanakan Intervensi Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu Bebas Infeksi (BEBAS-INF). Pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan akan memastikan keberhasilan Asuhan Keperawatan dalam mengatasi kondisi pasien. -
Article No. 18246 | 04 Jun 2025
Klinis : pemantauan nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi pemantauan nyeri:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pemantauan nyeri adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba dan dapat diramalkan, serta diharapkan untuk berakhir dalam waktu kurang dari 3 bulan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien mampu mengontrol nyeri yang dirasakan hingga dalam batas yang dapat ditoleransi.
2. Keluhan Nyeri Berkurang: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan.
3. Kemampuan Mengatasi Nyeri Meningkat: Pasien mampu menggunakan strategi-strategi untuk mengatasi nyeri yang dirasakan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri).
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti lingkungan, psikologis, dan fisiologis.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang tepat.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
- Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Edukasi Manajemen Nyeri:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebab, dan strategi penanganannya.
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk menggunakan alat pengukur nyeri, seperti Numeric Rating Scale (NRS).
- Bimbing pasien dan keluarga dalam mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor pemicu nyeri.
- Motivasi pasien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam manajemen nyeri.
3. Kolaborasi Interdisipliner:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, ahli fisioterapi, dan ahli gizi, untuk pendekatan komprehensif dalam penanganan nyeri.
- Lakukan koordinasi dengan tim kesehatan untuk memastikan kontinuitas dan kesinambungan asuhan keperawatan.
- Dokumentasikan hasil pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan secara jelas dan akurat.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri terkontrol, keluhan nyeri berkurang, dan kemampuan mengatasi nyeri meningkat. -
Article No. 18247 | 04 Jun 2025
Klinis : Diagnosa keperawatan SDKI: Ds:pasien mengatakan sering menggosokkan mata dan mengeluh mata kabur. Do:pasien tampak sering menggosokkan mata dan mengeluh mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Penglihatan (Kode: 00245)
Definisi: Pengalaman subjektif dan/atau objektif perubahan dalam kemampuan melihat.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menetapkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Kode dan Definisi:
SDKI Kode 00245 - Gangguan Penglihatan: Pengalaman subjektif dan/atau objektif perubahan dalam kemampuan melihat.
SLKI Kode L05202 - Penglihatan Membaik: Kemampuan melihat dengan baik.
SIKI Kode I05202 - Peningkatan Penglihatan: Upaya untuk meningkatkan kemampuan melihat.
Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan sering menggosokkan mata dan mata kabur, yang dapat didiagnosis sebagai Gangguan Penglihatan (SDKI Kode 00245). Perawat dapat memberikan intervensi berdasarkan SIKI Kode I05202 - Peningkatan Penglihatan untuk membantu meningkatkan kemampuan melihat pasien (SLKI Kode L05202 - Penglihatan Membaik). -
Article No. 18248 | 04 Jun 2025
Klinis : Diagnosa keperawatan SDKI: Ds:pasien mengatakan sering menggosokkan mata dan mengeluh mata kabur. Do:pasien tampak sering menggosokkan mata dan mengeluh mata kabur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan mengenai diagnosa keperawatan SDKI dengan gejala pasien sering menggosokkan mata dan mengeluh mata kabur, maka dapat diberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H10.9
- Deskripsi: Konjungtivitis, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.11
- Deskripsi: Pemeriksaan mata, visual, tidak termasuk refraksi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 H10.9 (Konjungtivitis, tidak spesifik):
- Kode ini mencakup kondisi di mana pasien mengeluhkan mata kabur dan sering menggosokkan mata, yang dapat mengarah pada gejala konjungtivitis atau peradangan pada lapisan mata yang terlihat.
- Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, alergi, iritasi, atau kondisi lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 95.11 (Pemeriksaan mata, visual, tidak termasuk refraksi):
- Kode ini sesuai untuk prosedur pemeriksaan mata yang dilakukan untuk mengevaluasi gejala mata kabur dan keluhan lainnya yang dialami pasien.
- Pemeriksaan visual ini dapat mencakup pemeriksaan visus, tes lapangan pandang, pemeriksaan refleks pupil, dan lain-lain, namun tidak termasuk pemeriksaan refraksi untuk mendapatkan koreksi kacamata.
Dengan demikian, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai dengan kondisi yang dijelaskan adalah H10.9 (Konjungtivitis, tidak spesifik) dan 95.11 (Pemeriksaan mata, visual, tidak termasuk refraksi). -
Article No. 18249 | 04 Jun 2025
Klinis : Diagnosa keperawatan SDKI: Ds:pasien mengatakan sering menggosokkan mata dan mengeluh mata kabur. Do:pasien tampak sering menggosokkan mata dan mengeluh mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Gangguan Penglihatan (00111)
Definisi:
Gangguan Penglihatan adalah keterbatasan dalam persepsi visual yang berdampak pada aktivitas sehari-hari.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Kode 00111 menunjukkan bahwa Gangguan Penglihatan adalah salah satu diagnosis keperawatan yang terdaftar dalam SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Luaran yang terkait dengan Gangguan Penglihatan antara lain Pemeliharaan Fungsi Penglihatan (1810) dan Kontrol Nyeri (1400).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan untuk Gangguan Penglihatan antara lain Manajemen Gangguan Penglihatan (6540) dan Perawatan Mata (3540).
Dengan demikian, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu pasien mengeluhkan sering menggosokkan mata dan mata kabur, maka diagnosis keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Gangguan Penglihatan (00111) dengan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah saya paparkan. -
Article No. 18250 | 04 Jun 2025
Klinis : pasien menderita malaria tropika
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang menderita malaria tropika, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan/diperlukan karena adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
3. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: 10028
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan/diperlukan karena adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. Hipertermia (00007)
Kode: 10003
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
3. Nyeri Akut (00132)
Kode: 10029
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas (00125)
Kode: 20033
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas harian yang diinginkan/diperlukan tanpa rasa lelah berlebihan.
2. Suhu Tubuh (00012)
Kode: 20020
Definisi: Tingkat panas tubuh.
3. Kontrol Nyeri (00046)
Kode: 20010
Definisi: Kemampuan untuk mengatur pengalaman nyeri dan ekspresi perilaku nyeri pada tingkat yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Energi (07920)
Kode: 30020
Definisi: Upaya untuk mengatur penggunaan energi untuk memelihara atau meningkatkan aktivitas.
2. Manajemen Hipertermia (07610)
Kode: 30014
Definisi: Intervensi untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas normal.
3. Manajemen Nyeri (07460)
Kode: 30018
Definisi: Upaya untuk mengendalikan rasa nyeri yang dialami pasien.
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasan SDKI-SLKI-SIKI di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk menangani pasien dengan kondisi malaria tropika. -
Article No. 18251 | 04 Jun 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 47 tahun P5A0 dirawat di bangsal ginekologi untuk melanjutkan program terapi eksternal radiasi. Pasien didiagnosis Ca Cerviks Stadium Illa. Pasien mengeluh nyeri pada daerah panggul, seperti ditusuk-tusuk, dirasakan terus menerus dengan skala 7. Pasien menanyakan kenapa rambutnya rontok dan mual, sehingga tiap makan hanya habis 1/3 porsi. Pasien khawatir karena pengobatan yang dijalani saat ini belum menunjukkan efek perbaikan terhadap kesehatannya, bahkan BB mengalami penurunan dari 60 kg menjadi 53 kg. Pasien cenderung tidur dan jarang berkomunikasi dengan pasien lainnya. Hasil pemeriksaan: wajah terlihat pucat, konjungtiva anemis, TD: 100/60 mmHg, frekuensi nadi: 95 x/menit, frekuensi napas: 19 x/menit, suhu: 36°C. Hasil pemeriksaan laboratorium nilai Hb: 9 gr/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri Kronis (10030)
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
c. Perubahan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional (00120)
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Nyeri Kronis (10030)
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang nyata atau potensial, atau yang dirasakan seperti kerusakan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, dapat melakukan aktivitas tanpa nyeri, dan dapat beradaptasi terhadap nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Nyeri, Terapeutik: Sentuhan, Distraksi.
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mencapai berat badan ideal, dapat mempertahankan berat badan, dan dapat memperbaiki status nutrisi.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Edukasi Gizi, Monitoring Nutrisi.
c. Perubahan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional (00120)
- SDKI: Penilaian negatif terhadap diri sendiri yang dipengaruhi oleh situasi saat ini.
- SLKI: Pasien dapat menunjukkan penerimaan diri, dapat mengidentifikasi kekuatan diri, dan dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan konsep diri yang positif.
- SIKI: Terapi Individu, Terapi Kelompok, Manajemen Stres.
Kode dan definisi di atas sesuai dengan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 18252 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien stroke dan pelo
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi pasien stroke dengan pelo, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Gangguan Perfusi Serebral (00205)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Risiko Gangguan Perfusi Serebral (00205)
Definisi: Keadaan berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Perfusi Serebral Adekuat (1810)
Definisi: Tercapainya aliran darah yang sesuai ke otak untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Perfusi Serebral (6400)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan aliran darah ke otak.
b. Pemantauan Neurologis (6680)
Definisi: Pengumpulan dan analisis data untuk memantau status neurologis pasien.
Penjelasan singkat:
- Pasien stroke dengan pelo berisiko mengalami gangguan perfusi serebral, yaitu penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
- Tujuan keperawatan adalah mencapai perfusi serebral yang adekuat, yaitu aliran darah yang sesuai ke otak untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen perfusi serebral, yaitu tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan aliran darah ke otak, serta pemantauan neurologis untuk memantau status neurologis pasien. -
Article No. 18253 | 04 Jun 2025
Klinis : Gangguan komunikasi verbal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi "Gangguan komunikasi verbal" dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Komunikasi Verbal Terganggu (00051)
Definisi SDKI:
Kemampuan untuk bertukar informasi secara lisan yang terganggu.
Definisi SLKI:
Kemampuan individu untuk menyampaikan informasi secara lisan dengan jelas, terstruktur, dan mudah dipahami.
Definisi SIKI:
Tindakan profesional perawat dalam memfasilitasi kemampuan individu untuk bertukar informasi secara lisan.
Kode SDKI: 00051
Kode SLKI: CP002
Kode SIKI: K0043
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Komunikasi Verbal Terganggu" menjelaskan adanya masalah pada kemampuan individu untuk bertukar informasi secara lisan. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam menyampaikan informasi secara lisan dengan jelas, terstruktur, dan mudah dipahami. Perawat dapat melakukan berbagai intervensi seperti memberikan edukasi, latihan komunikasi, serta memastikan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi efektif. -
Article No. 18254 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien mempunyai gangguan komunikasi verbal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi pasien dengan gangguan komunikasi verbal, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 00051 - Komunikasi Verbal Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan atau pemahaman bahasa lisan.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
Kode SLKI: 1805 - Komunikasi
Definisi: Kemampuan untuk menyampaikan dan menerima informasi secara efektif.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Kode SIKI: I0083 - Manajemen Komunikasi
Definisi: Upaya meningkatkan atau mempertahankan kemampuan berkomunikasi verbal dan non-verbal.
Penjelasan singkat:
- Diagnosa Keperawatan "Komunikasi Verbal Terganggu" menggambarkan adanya keterbatasan dalam penggunaan atau pemahaman bahasa lisan pada pasien.
- Luaran Keperawatan "Komunikasi" menggambarkan kemampuan pasien untuk menyampaikan dan menerima informasi secara efektif.
- Intervensi Keperawatan "Manajemen Komunikasi" merupakan upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan berkomunikasi verbal dan non-verbal pada pasien.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi verbal pasien.
- Menggunakan teknik komunikasi verbal yang sesuai dengan kemampuan pasien.
- Memfasilitasi lingkungan yang kondusif untuk komunikasi.
- Melibatkan keluarga/significant other dalam proses komunikasi.
- Memberikan edukasi dan pelatihan komunikasi kepada pasien dan keluarga.