Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20187 | 29 Jul 2025
Klinis : gatak karena jamur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, yaitu gatak karena jamur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: B35.2
- Deskripsi: Tinea pedis (gatak kaki)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.2
- Deskripsi: Debridement of nail(s), manual
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 B35.2 (Tinea pedis) sesuai dengan kondisi gatak karena jamur pada kaki. Tinea pedis adalah infeksi jamur pada kulit kaki, sering disebut sebagai "gatak kaki".
2. Kode ICD-9-CM 86.2 (Debridement of nail(s), manual) dapat digunakan jika terdapat keterlibatan kuku pada kondisi gatak karena jamur. Debridement adalah tindakan pembersihan atau pemotongan jaringan yang rusak atau terinfeksi pada kuku, yang sering dilakukan pada kasus tinea pedis.
Sebagai dokter atau perekam medis, saya menggunakan kode-kode yang terstandarisasi secara internasional untuk mengidentifikasi dan mencatat diagnosis serta prosedur medis yang dilakukan pada pasien. Hal ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat, penagihan yang tepat, dan analisis epidemiologi yang efektif. -
Article No. 20188 | 29 Jul 2025
Klinis : Atherosclerotic heart disease
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis, jika ada, untuk kondisi atherosclerotic heart disease, dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I25.1
- Deskripsi: Penyakit jantung koroner aterosklerotik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 36.0x, 37.2x, 00.66
- Deskripsi: Revaskularisasi miokard melalui bypass arteri koroner, angioplasti koroner transluminal perkutan, dan pemasangan stent arteri koroner, bergantung pada jenis tindakan yang dilakukan.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I25.1 (Penyakit jantung koroner aterosklerotik) digunakan untuk mengkodekan kondisi atherosclerotic heart disease, yang merupakan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner akibat akumulasi plak aterosklerotik.
2. Terkait dengan prosedur atau tindakan medis, beberapa kode ICD-9-CM yang mungkin relevan adalah:
- 36.0x: Bypass arteri koroner, termasuk prosedur bypass aortokoroner dan bypass arteri mammaria interna.
- 37.2x: Angioplasti koroner transluminal perkutan, termasuk pengembangan balon dan pemasangan stent.
- 00.66: Pemasangan stent arteri koroner, baik dengan atau tanpa pengembangan balon.
Prosedur-prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki aliran darah ke otot jantung dengan melakukan revaskularisasi miokard.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini akan digunakan oleh dokter, perekam medis, dan profesional kesehatan lainnya untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung koroner aterosklerotik. -
Article No. 20189 | 29 Jul 2025
Klinis : S – Subjektif • Pasien mengatakan sesak nafas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit, memberat saat aktifitas, membaik saat istirahat • Pasien mengatakan nafsu makan menurun perut terasa mual seperti ingin muntah dan perut terasa perih • Pasien mengatakan buang air kecil sedikit • Pasien mengatakan dokter pernah menganjurkan untuk cuci darah namun pasien belum berani untuk melakukanya O – Objektif • Ku pasien tampak sakit sedang • kesadaran Composmentis GCS E4 M6 V5 • TD : 164/98 mmHg • Nasi : 102x/menit • RR : 38X/MENIT • Suhu : 36,7 derajat C • SPO2 : 94 % • BB 70 Kg TB 160 Cm • Terdapat suara nafas tambahan yaitu ronchi pada daerah lapan paru • Terpasang 02 4 lpm dengan menggunakan nasal canul • Udem di kedua tangan dan kaki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
S (Subjektif): Pasien mengeluhkan sesak napas yang memberat saat beraktivitas dan membaik saat istirahat.
O (Objektif): Ditemukan peningkatan frekuensi napas (38x/menit) dan terdapat suara napas tambahan berupa ronchi pada daerah lapangan paru.
2. Kurang Volume Cairan
S (Subjektif): Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan, mual, dan sedikit buang air kecil.
O (Objektif): Terdapat edema pada kedua tangan dan kaki.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Pasien mampu mempertahankan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20x/menit).
- Pasien mampu melakukan teknik pernapasan diafragma dengan baik.
- Pasien menunjukkan tidak ada suara napas tambahan.
2. Kurang Volume Cairan:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang membaik.
- Pasien mampu mempertahankan intake dan output cairan seimbang.
- Pasien menunjukkan penurunan edema pada ekstremitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan irama).
- Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara napas tambahan.
- Anjurkan pasien untuk melakukan teknik pernapasan diafragma.
- Pertahankan oksigenasi yang adekuat dengan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mengevaluasi kebutuhan terapi oksigen lebih lanjut.
2. Kurang Volume Cairan:
- Monitor intake dan output cairan pasien.
- Identifikasi tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mengevaluasi kebutuhan cairan pasien.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mengevaluasi kebutuhan terapi dialisis (cuci darah) bagi pasien.
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas dengan nada akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 20190 | 29 Jul 2025
Klinis : tortikolis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis tortikolis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M43.6
- Deskripsi: Tortikolis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 83.91
- Deskripsi: Prosedur operatif pada otot, tendon, atau fasia leher, termasuk tenotomi, miektomi, atau fasisektomi.
Penjelasan:
Tortikolis, yang juga dikenal sebagai leher bengkok, adalah kondisi di mana leher miring ke satu sisi secara menetap. Penyebabnya dapat berupa kelainan kongenital, trauma, atau ketegangan otot. Tanda-tanda klinis yang umum terlihat adalah kepala miring ke satu sisi, dagu terangkat, dan telinga mendekat ke bahu yang berlawanan.
Pada kasus tortikolis, kode ICD-10 yang digunakan adalah M43.6. Ini merupakan bagian dari kelompok kode M43, yang mencakup deformitas tulang belakang lainnya. Kode M43.6 secara spesifik menggambarkan kondisi tortikolis.
Sementara itu, jika diperlukan prosedur atau tindakan medis untuk menangani tortikolis, kode ICD-9-CM yang dapat digunakan adalah 83.91. Kode ini mencakup prosedur operatif pada otot, tendon, atau fasia leher, termasuk tenotomi (pemotongan tendon), miektomi (pengangkatan otot), atau fasisektomi (pemotongan fascia).
Pemilihan kode ICD-9-CM yang tepat akan bergantung pada jenis tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi kondisi tortikolis pada pasien. -
Article No. 20191 | 29 Jul 2025
Klinis : PASIEN DATANG DENGAN KELUHAN TELINGA TIDAK JELAS MENDENGAR DAN ADA RIWAYAT PECAH GENDANG TELINGA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan telinga tidak jelas mendengar dan riwayat pecah gendang telinga.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan atau perubahan dalam kemampuan pasien untuk menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimulus auditori secara akurat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pendengaran: Pasien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan mendengar dan memproses informasi auditori dengan akurat.
2. Pengetahuan: Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang kondisi pendengaran, penyebab, dan manajemen yang diperlukan.
3. Keterlibatan dalam Perawatan Kesehatan: Pasien terlibat aktif dalam perawatan dan pengobatan untuk memperbaiki kondisi pendengaran.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pendengaran:
- Mengkaji fungsi pendengaran pasien, termasuk riwayat pecah gendang telinga.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendengaran, seperti infeksi, trauma, atau kelainan anatomis.
- Membantu pasien menggunakan alat bantu dengar atau perangkat lain yang dapat meningkatkan pendengaran.
- Mengajarkan teknik komunikasi yang efektif, seperti meminta orang lain untuk berbicara dengan jelas dan menghadap ke arah pasien.
2. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi tentang struktur dan fungsi telinga normal.
- Menjelaskan penyebab dan gejala gangguan pendengaran, termasuk pecah gendang telinga.
- Mengajarkan cara perawatan telinga yang tepat, seperti cara membersihkan telinga dan menghindari infeksi.
- Memberikan informasi tentang pengobatan dan rehabilitasi yang tersedia untuk meningkatkan pendengaran.
3. Dukungan Emosional:
- Mengidentifikasi dampak psikologis dan sosial dari gangguan pendengaran pada pasien.
- Memberikan dukungan dan empati untuk membantu pasien menerima dan beradaptasi dengan kondisi pendengaran.
- Mengkaji dan mengatasi masalah komunikasi yang mungkin timbul akibat gangguan pendengaran.
- Melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam memberikan dukungan dan edukasi.
Dengan pendekatan yang komprehensif, mencakup manajemen pendengaran, edukasi kesehatan, dan dukungan emosional, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan mendengar, memahami kondisinya, dan terlibat aktif dalam perawatan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 20192 | 29 Jul 2025
Klinis : efusi pleura
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi efusi pleura:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi efusi pleura adalah "Gangguan Pertukaran Gas" (kode: 00030). Efusi pleura merupakan kondisi di mana cairan terakumulasi di ruang pleura, yang dapat menghambat proses pertukaran gas pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti sesak napas, nyeri dada, dan penurunan oksigenasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Membaik (kode: 0402)
- Indikator: Saturasi oksigen meningkat, frekuensi pernapasan membaik, dan gejala sesak napas berkurang.
- Target: Pasien mencapai nilai-nilai normal atau mendekati normal pada parameter-parameter terkait pertukaran gas.
2. Bebas Rasa Nyeri (kode: 1605)
- Indikator: Pasien melaporkan berkurangnya nyeri dada, skor nyeri menurun, dan tanda-tanda vital stabil.
- Target: Pasien mencapai skor nyeri 0-2 (skala 0-10) dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Pernapasan (kode: 3350)
- Tujuan: Mengidentifikasi perubahan pola pernapasan dan memantau efektivitas pertukaran gas.
- Aktivitas: Mengukur frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan, serta memantau saturasi oksigen.
2. Manajemen Jalan Napas (kode: 3140)
- Tujuan: Mempertahankan dan memperbaiki fungsi pernapasan.
- Aktivitas: Mengatur posisi tidur yang optimal, memberikan oksigen tambahan jika diperlukan, dan melakukan suction jika terdapat sputum yang mengganggu.
3. Manajemen Nyeri (kode: 1400)
- Tujuan: Mengurangi nyeri dada yang dialami oleh pasien.
- Aktivitas: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik sesuai resep, dan mengajarkan teknik relaksasi.
4. Terapi Cairan (kode: 4120)
- Tujuan: Mengurangi akumulasi cairan di ruang pleura.
- Aktivitas: Memantau intake dan output cairan, memberikan diuretik sesuai resep, dan mempertimbangkan tindakan drainase cairan pleura jika diperlukan.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Pertukaran Gas", dengan luaran yang diharapkan adalah Pertukaran Gas Membaik dan Bebas Rasa Nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Pemantauan Pernapasan, Manajemen Jalan Napas, Manajemen Nyeri, dan Terapi Cairan untuk mencapai tujuan tersebut. -
Article No. 20193 | 29 Jul 2025
Klinis : efusi pleura
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi efusi pleura, berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J90
- Deskripsi: Efusi pleura, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Efusi pleura adalah akumulasi abnormal cairan di rongga pleura, yang merupakan ruang di antara membran pleura visceral (yang melapisi paru-paru) dan pleura parietal (yang melapisi dinding dada). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit jantung, infeksi, kanker, atau trauma.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.91
- Deskripsi: Thorasentesis; aspirasi rongga pleura
Prosedur thorasentesis atau aspirasi rongga pleura dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan mengobati efusi pleura. Prosedur ini melibatkan penusukan dinding dada dengan jarum untuk mengambil cairan dari rongga pleura untuk analisis lebih lanjut, serta dapat membantu mengurangi jumlah cairan dan tekanan dalam rongga pleura. -
Article No. 20195 | 29 Jul 2025
Klinis : hipotiroid pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipotiroid pada bayi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hipertermia (00005)
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh di atas normal.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (00204)
Definisi: Keterbatasan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (10014)
Definisi: Keadaan di mana suhu tubuh meningkat di atas normal.
2. Kekurangan Nutrisi (10026)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Gangguan Perfusi Perifer (10079)
Definisi: Keterbatasan aliran darah ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Termoregulasi (20301)
Definisi: Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
2. Status Nutrisi (20305)
Definisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
3. Perfusi Jaringan (20103)
Definisi: Kecukupan aliran darah ke jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Hipertermia (30014)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
2. Manajemen Nutrisi (30026)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Peningkatan Perfusi Jaringan (30079)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan. -
Article No. 20196 | 29 Jul 2025
Klinis : Pasien pria usia 33 tahun, datang dengan keluhan tangan dan kaki kiri tiba-tiba lemas tidak bisa digerakkan, mulut merot dan pusing. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 130/100 pulmo Ves +/+ diagnosa awal susp CVA dan hemiparase sinistra. Hasil pemeriksaan terbaru tekanan darah 109/65 mulut sudah tidak merot, pusing tidak ada, tangan dan kaki sudah bisa digerakkan, dada kiri sakit saat tertawa atau batuk.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis (Kode: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan yang disengaja, yang mengganggu mobilitas fisik pada satu atau lebih ekstremitas.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Cedera Serebrovaskular (Kode: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang timbul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Kode: 10023
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan yang disengaja pada satu atau lebih ekstremitas.
2. Nyeri Akut
Kode: 10029
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas Fisik
Kode: 10023
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
2. Kontrol Nyeri
Kode: 10039
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan rasa sakit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mobilitas
Kode: 10023
Definisi: Pemberian bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik.
2. Manajemen Nyeri
Kode: 10029
Definisi: Pemberian bantuan untuk mengendalikan rasa sakit.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gejala hemiparesis (kelemahan satu sisi tubuh) yang merupakan salah satu tanda stroke (CVA). Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis. Selain itu, pasien juga mengalami nyeri di dada kiri yang timbul saat tertawa atau batuk, yang dapat disebabkan oleh komplikasi lanjut dari stroke. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut berhubungan dengan Cedera Serebrovaskular. -
Article No. 20197 | 29 Jul 2025
Klinis : pasien usia 46 tahun datang dgn keluahan nyeri lutut selama 1 tahun ini,,bb meningkat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis (00133)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
2. Kelebihan Berat Badan (00233)
- Definisi: Berat badan yang melebihi berat badan ideal yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri (1605)
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi rasa sakit.
2. Status Nutrisi: Berat Badan (1004)
- Definisi: Keadaan yang menggambarkan berat badan individu.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang tidak dapat dihilangkan.
2. Manajemen Berat Badan (1260)
- Definisi: Pengaturan asupan dan pengeluaran energi untuk mencapai berat badan yang diinginkan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Dalam memberikan penjelasan, saya berusaha untuk menyampaikan informasi secara objektif dan ilmiah sesuai dengan praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien dan rencana perawatannya.