Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1397 | 05 Oct 2024
Klinis : Pasien lemas mual muntah tidak mau makan, umur 5 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang lemas, mual, muntah, dan tidak mau makan dengan usia 5 bulan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan Makan
Penjelasan:
Pasien usia 5 bulan mengalami gejala lemas, mual, muntah, dan tidak mau makan, yang dapat menyebabkan risiko malnutrisi. Masalah ini perlu ditangani segera untuk mencegah terjadinya malnutrisi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan berisiko mengalami ketidakseimbangan asupan zat gizi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
Faktor Risiko: Ketidakmampuan makan, anoreksia, dan gangguan pencernaan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi malnutrisi, Berat badan sesuai usia, dan Tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Pemantauan Status Nutrisi, dan Terapi Nutrisi.
Peran Perawat:
1. Mengevaluasi status nutrisi pasien dan mendeteksi adanya risiko malnutrisi.
2. Memberikan intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan pasien.
3. Memantau dan mencatat asupan dan output nutrisi pasien.
4. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi, untuk memastikan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Dengan penanganan yang tepat dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mempertahankan status nutrisinya dan terhindar dari komplikasi akibat malnutrisi. -
Article No. 1398 | 05 Oct 2024
Klinis : Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anak nya pun tidk tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengujunginya 2 minggu sekali. Ny. D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa penyakit stroke yang pernah dideritanya, tubuh sebelah kiri ny. D tidak bisa digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas. Selama di rumah, klien menghabiskan waktunya sendiri dan ia sulit diajak berkomunikasi oleh anak-anaknya dan tetangganya disekitar rumah. Pada saat dikajipun pasien sulit diajak berkomunikasi, pasien cendurung tidak pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun pasien merasa malu dan terkadang perkataannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaaannya saat ini pasien tidak mau mengungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain ikut campur dengan urusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari pemeriksaan fisik TD: 130/80 mmHg, S:36,5C, N: 76x/m, RR: 20x/m. kazt indeks pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel indeks pasien menunjukkan ketergantungan sebagian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. D yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Komunikasi Verbal Terganggu
- SDKI: Kemampuan individu untuk menyampaikan informasi secara lisan terganggu.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara verbal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi komunikasi verbal yang efektif.
b. Isolasi Sosial
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami pembatasan dalam hubungan sosial yang bermakna.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu meningkatkan keterlibatan dalam hubungan sosial.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi interaksi sosial yang efektif.
c. Harga Diri Rendah
- SDKI: Perasaan tidak berharga atau tidak berguna yang dialami individu.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu meningkatkan penerimaan diri dan harga diri.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi penerimaan diri dan peningkatan harga diri.
Penjelasan Singkat:
1. Komunikasi Verbal Terganggu:
- Ny. D mengalami gangguan berbicara, pelo, dan kesulitan mengekspresikan kata secara verbal sebagai sisa penyakit stroke yang pernah dideritanya.
- Hal ini berdampak pada kemampuan Ny. D untuk menyampaikan informasi secara lisan.
2. Isolasi Sosial:
- Ny. D tinggal sendiri di rumah, jarang berinteraksi dengan anak-anaknya dan tetangga sekitar.
- Ny. D sulit diajak berkomunikasi dan cenderung tidak aktif berinteraksi dengan lansia lain.
3. Harga Diri Rendah:
- Ny. D merasa malu saat berkomunikasi dan tidak suka jika lansia lain ikut campur dengan urusannya atau ingin tahu kehidupan masa lalunya.
- Hal ini menunjukkan adanya perasaan tidak berharga atau tidak berguna yang dialami oleh Ny. D.
Dalam penanganan kasus Ny. D, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan sesuai dengan standar SLKI dan SIKI untuk membantu mengatasi masalah komunikasi verbal, isolasi sosial, dan harga diri rendah yang dialami. -
Article No. 1399 | 05 Oct 2024
Klinis : Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anak nya pun tidk tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengujunginya 2 minggu sekali. Ny. D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa penyakit stroke yang pernah dideritanya, tubuh sebelah kiri ny. D tidak bisa digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas. Selama di rumah, klien menghabiskan waktunya sendiri dan ia sulit diajak berkomunikasi oleh anak-anaknya dan tetangganya disekitar rumah. Pada saat dikajipun pasien sulit diajak berkomunikasi, pasien cendurung tidak pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun pasien merasa malu dan terkadang perkataannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaannya tidak dimengerti. Dan saat ditanya perasaaannya saat ini pasien tidak mau mengungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain ikut campur dengan urusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari pemeriksaan fisik TD: 130/80 mmHg, S:36,5C, N: 76x/m, RR: 20x/m. kazt indeks pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel indeks pasien menunjukkan ketergantungan sebagian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. D:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Komunikasi verbal terganggu
b. Isolasi sosial
c. Mobilitas fisik terganggu
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Komunikasi verbal terganggu
- SDKI: Gangguan Komunikasi Verbal
- SLKI: Komunikasi Efektif
- SIKI: Komunikasi
Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengekspresikan kata-kata secara verbal akibat sisa penyakit stroke yang pernah diderita. Hal ini menyebabkan pasien sulit berkomunikasi dengan anak-anak dan tetangganya.
b. Isolasi sosial
- SDKI: Isolasi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial
- SIKI: Interaksi Sosial
Penjelasan: Pasien menghabiskan waktunya sendiri di rumah dan sulit diajak berkomunikasi oleh anak-anak dan tetangga. Pasien juga cenderung tidak aktif berinteraksi dengan lansia lain. Hal ini menunjukkan adanya isolasi sosial pada pasien.
c. Mobilitas fisik terganggu
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik
- SIKI: Mobilitas Fisik
Penjelasan: Akibat sisa penyakit stroke, tubuh sebelah kiri pasien tidak dapat digerakkan secara normal, sehingga aktivitas sehari-hari pasien menjadi terbatas. Hal ini menggambarkan adanya gangguan mobilitas fisik pada pasien.
Secara umum, diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi pasien Ny. D yang mengalami gangguan komunikasi, isolasi sosial, dan mobilitas fisik terganggu akibat sisa penyakit stroke yang pernah diderita. Perawatan yang diberikan harus memperhatikan aspek-aspek tersebut untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 1400 | 05 Oct 2024
Klinis : Seorang parempuan berusia 62 tahun ke rumah sakit, klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya karena kurangnya informasi, klien juga mengatakan kadang-kadang merasa pusing dan sakit di belakang kepala, nyeri seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 3-4 dari skala nyeri yang diberikan dan lama nyeri 15 detik, klien juga mengatakan sudah lebih dari 2 tahun yang lalu menderita hipertensi. Setelah diperiksa GCS: E4V5M6, suhu:36c, Nadi: 86x/mnt, RR: 21x/mnt, TD: 130/90 mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala Kronis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1979).
- Penyebab: Stres, penyakit kronis, cedera/trauma, dan faktor psiologis.
- Karakteristik: Klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3-4, nyeri hilang timbul, dan durasi 15 detik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengontrol rasa nyeri.
- Manajemen Nyeri: Kemampuan individu dalam mengelola rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk membantu klien mengurangi nyeri yang dialami.
- Edukasi Kesehatan: Informasi yang diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman klien tentang penyakitnya.
Persona: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan singkat tentang diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang dialami klien dengan nada akademis dan bertindak sebagai pakar di bidang keperawatan. -
Article No. 1401 | 05 Oct 2024
Klinis : Seorang parempuan berusia 62 tahun ke rumah sakit, klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya karena kurangnya informasi, klien juga mengatakan kadang-kadang merasa pusing dan sakit di belakang kepala, nyeri seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 3-4 dari skala nyeri yang diberikan dan lama nyeri 15 detik, klien juga mengatakan sudah lebih dari 2 tahun yang lalu menderita hipertensi. Setelah diperiksa GCS: E4V5M6, suhu:36c, Nadi: 86x/mnt, RR: 21x/mnt, TD: 130/90 mmhg.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.209
- Deskripsi: Nyeri kepala tipe tegang, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan/prosedur medis yang dilaporkan, hanya pemeriksaan fisik dan wawancara pasien.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang disampaikan oleh pasien, yaitu rasa pusing, nyeri di belakang kepala seperti tertimpa benda berat, dan nyeri hilang timbul dengan skala 3-4, hal ini mengarah pada diagnosis Nyeri Kepala Tipe Tegang (Tension-Type Headache). Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang dicatat dalam anamnesis.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, termasuk tekanan darah yang masih dalam kategori hipertensi. Tidak ada indikasi tindakan atau prosedur medis yang dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan.
Dalam kasus ini, kode ICD-10 yang sesuai adalah G44.209 (Nyeri Kepala Tipe Tegang, Tidak Spesifik) karena pasien tidak memiliki karakteristik spesifik lainnya yang dapat digunakan untuk memilih kode yang lebih rinci.
Harap diperhatikan bahwa diagnosis dan kode yang diberikan adalah berdasarkan informasi yang disediakan. Evaluasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan professional mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis yang tepat dan memberikan perawatan yang sesuai. -
Article No. 1402 | 05 Oct 2024
Klinis : Seorang parempuan berusia 62 tahun ke rumah sakit, klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya karena kurangnya informasi, klien juga mengatakan kadang-kadang merasa pusing dan sakit di belakang kepala, nyeri seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 3-4 dari skala nyeri yang diberikan dan lama nyeri 15 detik, klien juga mengatakan sudah lebih dari 2 tahun yang lalu menderita hipertensi. Setelah diperiksa GCS: E4V5M6, suhu:36c, Nadi: 86x/mnt, RR: 21x/mnt, TD: 130/90 mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa klien mengalami gejala yang mengarah pada kondisi sakit kepala. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisiologis, ditandai dengan klien mengeluh nyeri di belakang kepala dengan skala nyeri 3-4 dari 10 dan lama nyeri 15 detik.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik.
- Kontrol Nyeri: Pengurangan atau pengendalian rasa sakit yang dialami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau mengendalikan rasa sakit yang dialami klien.
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, dan edukasi tentang manajemen nyeri.
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab sakit kepala klien, dan diberikan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 1403 | 05 Oct 2024
Klinis : bersihan jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari penanganan masalah ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan nafas yang terbuka dan mampu mengeluarkan sekret dengan efektif. Luaran keperawatan yang dapat dicapai antara lain: Bersihan Jalan Nafas, Pertukaran Gas, dan Pola Napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: Pemantauan Jalan Nafas, Manajemen Jalan Nafas, Terapi Batuk, Fisioterapi Dada, Manajemen Obstruksi Jalan Nafas, dan Edukasi Manajemen Jalan Nafas.
Peran perawat dalam penanganan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif adalah mengkaji kondisi pasien, merencanakan intervensi yang tepat, melaksanakan tindakan keperawatan, serta mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan dalam upaya mempertahankan jalan nafas yang terbuka dan memfasilitasi pengeluaran sekret secara efektif. -
Article No. 1404 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko cidera pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera pada Bayi
Definisi:
Rentan mengalami luka fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan internal atau eksternal yang tidak dapat diantisipasi.
Karakteristik Definisi:
1. Usia bayi
2. Keterbatasan kognitif
3. Keterbatasan kemampuan motorik
4. Lingkungan yang tidak aman
5. Pengasuhan yang tidak memadai
Faktor Risiko:
1. Usia bayi yang rentan
2. Perkembangan motorik yang belum matang
3. Pengawasan orang tua yang kurang
4. Lingkungan yang berbahaya (seperti kabel, benda tajam, permukaan yang kasar)
5. Riwayat cedera sebelumnya
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bayi bebas dari cedera
2. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi bayi
3. Keluarga mampu mengawasi dan melindungi bayi dari bahaya
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi faktor risiko cedera pada bayi
2. Edukasi keluarga tentang pencegahan cedera pada bayi
3. Supervisi lingkungan untuk identifikasi bahaya
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah cedera
5. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kondisi bayi
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 1405 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada bayi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan risiko cedera pada bayi, dengan penjelasan yang rinci dalam format yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z91.81
- Deskripsi: Faktor risiko pribadi lainnya, risiko cedera pada bayi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V20.2
- Deskripsi: Pemeriksaan kesehatan rutin bayi/anak
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z91.81 digunakan untuk mengidentifikasi adanya faktor risiko pribadi lainnya, yaitu risiko cedera pada bayi. Ini merupakan suatu kondisi yang perlu diwaspadai dan dikelola dengan tepat untuk mencegah terjadinya cedera pada bayi.
Kode ICD-9-CM V20.2 mengacu pada pemeriksaan kesehatan rutin pada bayi/anak. Hal ini penting dilakukan untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan bayi, serta mengidentifikasi secara dini adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan cedera, seperti yang tercakup dalam kode ICD-10 Z91.81. Pemeriksaan rutin ini dapat mencakup evaluasi fisik, riwayat kesehatan, dan konseling untuk orang tua terkait pencegahan cedera pada bayi.
Dengan identifikasi dan pengelolaan yang tepat terhadap faktor risiko cedera pada bayi, diharapkan dapat dilakukan upaya pencegahan yang efektif untuk melindungi kesehatan dan keselamatan bayi. -
Article No. 1406 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada ibu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi risiko cedera pada ibu, kode ICD-10 dan ICD-9-CM procedure yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O66.5
- Deskripsi: Kesulitan tindakan pada kelahiran, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Ekstraksi vakum, dengan atau tanpa episiotomi
Penjelasan:
Kode ICD-10 O66.5 menggambarkan kondisi kesulitan tindakan pada kelahiran, seperti risiko cedera pada ibu yang dapat terjadi selama proses persalinan. Kondisi ini tidak diklasifikasikan di tempat lain dalam klasifikasi ICD-10.
Terkait dengan prosedur medis yang mungkin dilakukan, kode ICD-9-CM 72.1 merujuk pada ekstraksi vakum, dengan atau tanpa episiotomi. Prosedur ini dapat dilakukan untuk membantu kelahiran dan mengurangi risiko cedera pada ibu saat persalinan.
Sebagai catatan, penggunaan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis sudah tidak digunakan lagi di Indonesia. Saat ini, sistem klasifikasi yang digunakan adalah ICD-10-PCS (Procedure Coding System). Namun, untuk keperluan pencatatan dan pelaporan medis, kode ICD-9-CM prosedur masih dapat digunakan sebagai referensi.