Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3577 | 25 Oct 2024
Klinis : A.R., seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, tinggal di kota Malang bersama kedua orang tuanya. A.R. dikenal sebagai anak yang pendiam dan lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman-teman sebayanya. Di lingkungan sekitar, A.R. sering terlihat cemas dan enggan berinteraksi dengan anak-anak lain. Ketika diajak bermain di tempat umum, ia cenderung menolak dan menangis jika ditinggalkan, bahkan oleh orang tuanya. Orang tua A.R., Bapak D. dan Ibu N., merasa khawatir karena anak mereka terlihat penakut dan tidak mandiri, berbeda dengan anak-anak seusianya. Keluarga A.R. berasal dari latar belakang Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kekeluargaan. Selama masa kehamilan dan kelahiran, tidak ada masalah medis yang berarti. Riwayat kesehatan A.R. juga baik, dan ia telah menerima imunisasi secara lengkap. Secara fisik, A.R. sehat dengan status gizi yang baik. Namun, dalam hal perkembangan sosial dan emosional, A.R. menunjukkan tanda-tanda kecemasan sosial yang menghambat interaksinya dengan orang lain. Di rumah, A.R. lebih nyaman berada dekat dengan orang tuanya, yang cenderung protektif dan selalu ada di sekitarnya. Orang tua A.R. merasa sulit membiarkan anak mereka bereksplorasi sendiri, sering kali lebih memilih untuk mendampingi setiap aktivitas yang dilakukan A.R. Pola asuh yang over protektif ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan A.R. menjadi lebih cemas dan bergantung pada orang tuanya dalam situasi sosial. Meskipun A.R. tertarik pada permainan dan kegiatan kreatif, ia jarang menunjukkan inisiatif untuk terlibat dengan anak lain. Anak ini mungkin merasa tidak nyaman ketika berada di lingkungan yang baru atau ketika harus berinteraksi dengan orang asing, termasuk anak-anak sebayanya. Orang tuanya mulai menyadari bahwa perlunya dukungan tambahan untuk membantu A.R. mengatasi rasa cemas dan membangun kepercayaan diri, terutama dalam situasi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Sosial Berhubungan dengan Pengalaman Negatif Berinteraksi Sosial
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kecemasan sosial adalah perasaan takut atau cemas yang berlebihan dalam situasi sosial atau saat berinteraksi dengan orang lain, yang menghambat kemampuan untuk bersosialisasi secara normal.
- Faktor yang berkontribusi dalam kasus ini adalah pengalaman negatif dalam berinteraksi sosial dan pola asuh orang tua yang over-protektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah anak dapat berinteraksi sosial dengan lebih baik, memiliki rasa percaya diri yang meningkat, dan mampu mengelola kecemasan dalam situasi sosial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain terapi bermain, latihan keterampilan sosial, dan konseling untuk orang tua dalam mengembangkan pola asuh yang lebih adaptif.
- Tujuannya adalah membantu anak mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial, mengelola kecemasan, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, anak, dan orang tua, diharapkan A.R. dapat mengatasi kecemasan sosialnya dan dapat bersosialisasi dengan baik sesuai tahap perkembangannya. -
Article No. 3578 | 25 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan iritasi/inflamasi pada mata.
Penjelasan Singkat:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat adanya keterbatasan fisik, psikologis, sosial, atau lingkungan. Pada kasus pasien dengan mata merah, iritasi atau inflamasi pada mata dapat menyebabkan rasa sakit, tidak nyaman, dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan, dibutuhkan, atau dimandatkan.
Karakteristik Utama: Rapor diri keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
Faktor Berhubungan: Gangguan fisik (iritasi/inflamasi mata).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.
Indikator:
1. Pasien melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keterbatasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi toleransi aktivitas.
2. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri akibat iritasi/inflamasi pada mata sehingga dapat meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Edukasi Aktivitas: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien tentang aktivitas yang dapat dilakukan dan cara melakukannya dengan memperhatikan kondisi mata.
Harap diperhatikan bahwa diagnosis keperawatan dan rencana asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi pasien secara keseluruhan. Informasi ini hanya merupakan contoh untuk kondisi pasien dengan mata merah. -
Article No. 3579 | 25 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan jempol kaki kiri bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu jempol kaki kiri yang bengkak, terdapat kemungkinan risiko infeksi. Risiko infeksi adalah kondisi di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Kondisi di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Integritas kulit/jaringan terganggu, sistem imun terganggu, prosedur invasif, paparan patogen, malnutrisi, usia ekstrem, dan riwayat infeksi sebelumnya.
- Gejala dan Tanda: Peningkatan suhu tubuh, peningkatan jumlah leukosit, peradangan lokal, dan tanda-tanda infeksi lokal (bengkak, kemerahan, nyeri, dan panas).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Kriteria Hasil: Infeksi tidak terjadi, tanda-tanda infeksi berkurang, dan tidak ada komplikasi infeksi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, pemberian antibiotik, manajemen lingkungan, dan edukasi pasien/keluarga.
Dengan demikian, berdasarkan keluhan pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi, yang dapat ditangani melalui intervensi keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3580 | 25 Oct 2024
Klinis : seluruh badan gatal sejak 3 hari smrs, setelah pasien suntik dexamethasone dan minum ctm. Pasien mengeluhkan sedikit sesak, bibir bengkak dan muncul ruam kemerahan di seluruh tubuh mulai wajah hingga kaki. pusing + TD = 142/87 mmHg N = 79 x/mnt RR = 22 x/mnt GCS : E = 4 V = 5 M = 6 Suhu tubuh = 36 °C SP02 = 99 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Reaksi alergi akut
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Gangguan sistem imun yang ditandai dengan gejala-gejala seperti iritasi kulit, gatal-gatal, dan pembengkakan sebagai respon terhadap paparan alergen.
Faktor Risiko: Paparan alergen, reaksi simpang obat, riwayat alergi sebelumnya.
Karakteristik Utama: Gatal-gatal di seluruh tubuh, eritema, edema, urtikaria.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Tidak terjadi komplikasi yang mengancam jiwa
2. Gejala alergi berkurang
3. Pasien mampu mengenali dan menghindari pemicu alergi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor tanda-tanda vital dan gejala alergi secara berkala
2. Berikan terapi farmakologis sesuai resep, seperti antihistamin dan kortikosteroid
3. Kaji riwayat alergi dan edukasi pasien untuk menghindari pemicu alergi
4. Lakukan perawatan kulit untuk mengurangi gejala gatal-gatal dan kemerahan
5. Pantau fungsi pernapasan dan berikan oksigen, jika diperlukan
6. Siapkan tindakan darurat jika terjadi reaksi anafilaksis
Penjelasan singkat:
Kondisi pasien menunjukkan adanya reaksi alergi akut yang ditandai dengan gejala gatal-gatal di seluruh tubuh, eritema, edema, dan urtikaria setelah pemberian obat. Diperlukan pemantauan ketat, terapi farmakologis, serta edukasi untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Intervensi keperawatan diarahkan untuk mengatasi gejala, memantau fungsi vital, dan mencegah reaksi yang lebih berat. -
Article No. 3581 | 25 Oct 2024
Klinis : seluruh badan gatal sejak 3 hari smrs, setelah pasien suntik dexamethasone dan minum ctm. Pasien mengeluhkan sedikit sesak, bibir bengkak dan muncul ruam kemerahan di seluruh tubuh mulai wajah hingga kaki TD = 142/87 mmHg N = 79 x/mnt RR = 22 x/mnt GCS : E = 4 V = 5 M = 6 Suhu tubuh = 36 °C SP02 = 99 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan sesak napas
2. Resiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi alergi (gatal dan ruam kemerahan)
3. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan reaksi alergi (bibir bengkak)
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan sesak napas:
- Tanda & Gejala: Pasien mengeluhkan sesak napas
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, berikan oksigen, latihan napas dalam, dan istirahat yang cukup.
2. Resiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi alergi (gatal dan ruam kemerahan):
- Tanda & Gejala: Pasien mengalami gatal di seluruh tubuh dan muncul ruam kemerahan
- Intervensi: Berikan antihistamin, kompres dingin, dan jaga kebersihan kulit.
3. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan reaksi alergi (bibir bengkak):
- Tanda & Gejala: Pasien mengalami bibir bengkak
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, berikan antihistamin, dan jaga posisi kepala agar tidak terjadi obstruksi jalan napas.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3582 | 25 Oct 2024
Klinis : seluruh badan gatal sejak 3 hari smrs, setelah pasien suntik dexamethasone dan minum ctm. Pasien mengeluhkan sedikit sesak, bibir bengkak dan muncul ruam kemerahan di seluruh tubuh mulai wajah hingga kaki. dispepsia TD = 142/87 mmHg N = 79 x/mnt RR = 22 x/mnt GCS : E = 4 V = 5 M = 6 Suhu tubuh = 36 °C SP02 = 99 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Penjelasan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas:
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya kondisi fisik atau psikologis.
SLKI: Intervensi untuk membantu pasien beradaptasi dan mengatasi keterbatasan aktivitas.
SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan pelatihan teknik pernapasan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi:
SDKI: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis kulit.
SLKI: Intervensi untuk memelihara dan memperbaiki integritas kulit.
SIKI: Perawatan luka, pemberian obat topikal, dan edukasi tentang perawatan kulit.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan:
SDKI: Respon individu terhadap ancaman yang dirasakan terhadap integritas diri yang ditandai dengan perasaan gelisah, khawatir, dan takut.
SLKI: Intervensi untuk membantu pasien mengatasi kecemasan.
SIKI: Pemberian informasi, dukungan emosional, dan teknik relaksasi.
Dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI di atas, diharapkan dapat memberikan gambaran terkait kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan. Jangan ragu untuk bertanya jika membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 3583 | 25 Oct 2024
Klinis : seluruh badan gatal sejak 3 hari smrs, setelah pasien suntik dexamethasone dan minum ctm. Pasien mengeluhkan sedikit sesak, bibir bengkak dan muncul ruam kemerahan di seluruh tubuh mulai wajah hingga kaki. pasien mengalami dispepsia TD = 142/87 mmHg N = 79 x/mnt RR = 22 x/mnt GCS : E = 4 V = 5 M = 6 Suhu tubuh = 36 °C SP02 = 99 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Baik, mari kita bahas diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yakni seluruh badan gatal, sedikit sesak, bibir bengkak, ruam kemerahan di seluruh tubuh, dan dispepsia setelah mendapatkan suntikan deksametason dan minum CTM, diagnosis keperawatan yang muncul adalah:
1. Reaksi alergi akut (SDKI)
- Definisi: Respons imun tubuh yang berlebihan terhadap alergen yang menyebabkan perubahan fisiologis.
- Gejala yang muncul sesuai dengan kondisi pasien, yaitu gatal-gatal, bibir bengkak, ruam kemerahan, dan sesak napas.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Pasien mengeluhkan gatal-gatal di seluruh tubuh, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
3. Risiko perubahan perfusi jaringan (SDKI)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
- Adanya reaksi alergi dapat menyebabkan perubahan perfusi jaringan, sehingga perlu diwaspadai.
4. Gangguan nutrisi: Intoleransi (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi zat gizi tertentu yang menyebabkan timbulnya gejala.
- Pasien mengalami dispepsia, yang dapat mengganggu proses pencernaan.
Rencana asuhan keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI:
1. Manajemen alergi akut
- Intervensi: Observasi tanda-tanda vital, kontrol lingkungan, berikan antihistamin, dan lakukan edukasi.
2. Manajemen nyeri
- Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, berikan analgesik, dan lakukan terapi nonfarmakologis.
3. Manajemen perfusi jaringan
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, observasi perubahan kulit, dan kolaborasi pemberian terapi.
4. Manajemen nutrisi
- Intervensi: Identifikasi faktor penyebab intoleransi, monitor asupan nutrisi, dan berikan edukasi diet.
Evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat dari perbaikan kondisi pasien, seperti berkurangnya gatal-gatal, sesak napas, dan dispepsia, serta tidak terjadi perburukan kondisi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 3328 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien sering bak ketika dimalam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yakni pasien sering buang air kecil (bak) di malam hari, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin.
- Karakteristik Utama: Pengeluaran urin yang tidak terkendali.
- Faktor Berhubungan: Penuaan, gangguan neurologis, penyakit kronis, infeksi saluran kemih.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mengendalikan pengeluaran urin.
- Indikator:
- Frekuensi buang air kecil menurun.
- Tidak ada kebocoran urin.
- Pasien merasa nyaman dan percaya diri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Inkontinensia Urin
- Latihan Otot Dasar Panggul
- Edukasi Inkontinensia Urin
- Pemantauan Intake dan Output Cairan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, melaksanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil yang dicapai. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai kemandirian dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 3329 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan sering bak kegika malam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang sering buang air kecil di malam hari:
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia urin
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin secara tidak disengaja.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas kulit perianal terjaga
2. Pola berkemih terkendali
3. Kenyamanan terpenuhi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen inkontinensia
2. Terapi latihan otot dasar panggul
3. Edukasi tentang inkontinensia
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan inkontinensia urin mengacu pada ketidakmampuan pasien untuk menahan pengeluaran urin secara tidak disengaja, terutama di malam hari. Luaran yang diharapkan adalah integritas kulit perianal terjaga, pola berkemih terkendali, dan kenyamanan pasien terpenuhi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen inkontinensia, terapi latihan otot dasar panggul, serta edukasi tentang inkontinensia itu sendiri. -
Article No. 3330 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang bayi perempuan usia 6 hari dirawat di RS.G dengan diagnosis medis NKB-SMK (neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan), RDS (respiratory distress syndrome) dan SNAD (sepsis neonatus awitan dini). Bayi lahir pada UG 29 minggu dengan BBL 1500 gram. Saat lahir bayi mengalami distres napas dengan AS (APGAR Score) 5/6. Saat ini bayi mendapat alat bantu napas menggunakan nasal canul 2L/menit. Nutrisi enteral yang didapat adalah susu formula BBLR 8x20 ml (OGT), dan nutrisi parenteral yaitu PG2 (1,5 gram) 2,7 ml/jam, reflek hisap belum adA. BB bayi saat ini 1630 gram. TTV: nadi: 137x/mnt, RR 58x/menit, suhu 37,5oC, Sa O2 92%, dan terdapat retraksi ringan pada intercostal. Bayi mengalami riwayat instabilitas suhu (peningkatan suhu 3x maksimal 37,3 oC - 38,1oC). Hasil pemeriksaan laboratorium: trombosit 12000µ/L (150-400x103), Hb: 8,4gr/dL (10,5-14), Albumin:2,8 (2,8-4,4) gr/dL, CRP: 19,5 (<5), leukosit: 5,6x103µ/l(6-14x103), I:T rasio: 0,48. Berdasarkan uraian kasus di atas, diagnosis utama pada bayi tersebut yaitu… Select one: a. Defisit nutrisi b. Risiko syok c. Risiko perdarahan d. Pola napas tidak efektif e. Termoregulasi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan uraian kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan utama pada bayi tersebut adalah:
e. Termoregulasi tidak efektif
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Termoregulasi tidak efektif" didasarkan pada beberapa data berikut:
1. Riwayat instabilitas suhu dengan peningkatan suhu hingga 38,1°C.
2. Berat badan lahir yang rendah (1500 gram) dan usia gestasi yang prematur (29 minggu), yang meningkatkan risiko gangguan termoregulasi.
3. Penggunaan alat bantu pernapasan berupa nasal kanul, yang dapat mempengaruhi kemampuan bayi untuk mempertahankan suhu tubuh.
Diagnosis keperawatan ini sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah termoregulasi tidak efektif meliputi pemantauan suhu tubuh secara ketat, pengaturan suhu lingkungan, pemberian nutrisi yang adekuat, serta tindakan pencegahan kehilangan panas.