Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1701 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi Berat
Penjelasan:
Pasien mengalami muntah dan diare yang berlebihan, sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan. Hal ini ditandai dengan gejala seperti kulit kering, mata cekung, turgor kulit jelek, dan pasien belum buang air kecil sejak pagi.
2. Nyeri Akut
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri dan keram pada perut, yang merupakan gejala umum dari diare dan muntah yang dialami.
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Pasien tampak lemah dan kelelahan akibat kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga mempengaruhi toleransi aktivitas pasien.
Standar Dokumentasi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa Keperawatan: Risiko Dehidrasi Berat, Nyeri Akut, Intoleransi Aktivitas.
- Definisi, Faktor Risiko, Karakteristik Definisi, dan Klasifikasi Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan untuk masing-masing diagnosis, seperti:
- Risiko Dehidrasi Berat: Hidrasi Adekuat, Keseimbangan Cairan Terpelihara, Tekanan Darah Stabil.
- Nyeri Akut: Nyeri Terkontrol, Sensasi Nyeri Berkurang.
- Intoleransi Aktivitas: Toleransi Aktivitas Meningkat, Kelelahan Menurun.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang sesuai untuk masing-masing diagnosis, seperti:
- Risiko Dehidrasi Berat: Manajemen Cairan, Terapi Infus, Pemantauan Intake-Output.
- Nyeri Akut: Manajemen Nyeri, Terapi Analgetik, Distraksi.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Energi, Pembatasan Aktivitas.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang menetapkan standar-standar dokumentasi keperawatan di Indonesia, yaitu SDKI, SLKI, dan SIKI, yang digunakan sebagai acuan dalam praktik keperawatan. -
Article No. 1702 | 09 Oct 2024
Klinis : Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 12 13 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa I mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. K yang dideskripsikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas yang ditunjukkan dengan gejala batuk tidak produktif, suara nafas tambahan, dan perubahan pola napas yang dirasakan lebih sering pada malam hari.
Penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk memelihara dan memperbaiki aliran udara melalui saluran napas.
2. Manajemen Batuk: Tindakan untuk membantu pasien dalam mengeluarkan sekret dari saluran napas.
3. Pemberian Obat: Pemberian obat-obatan yang dapat membantu mengatasi masalah pernapasan pasien.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen penyakit, gaya hidup sehat, dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
Dengan adanya diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 1703 | 09 Oct 2024
Klinis : Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 12 13 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa I mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tn. K, seorang pekerja petani karet berusia 50 tahun, diperoleh diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Karakteristik: Batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan bunyi napas (ronkhi), dispnea.
b. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau persepsi.
- Karakteristik: Kelelahan, kelemahan, perubahan tanda-tanda vital, kurang motivasi.
c. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terpapar organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit.
- Faktor risiko: Riwayat kontak dengan penderita TB, pengetahuan yang kurang tentang penyakit, kebersihan lingkungan yang buruk.
2. Penjelasan Singkat Berdasarkan SLKI dan SIKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- SLKI: Tujuan - Pasien menunjukkan jalan napas yang bersih dan bebas dari sputum.
- SIKI: Intervensi - Auskultasi suara napas, observasi pola napas, lakukan suction jika perlu, atur posisi yang nyaman, berikan edukasi tentang teknik batuk efektif.
b. Intoleransi Aktivitas:
- SLKI: Tujuan - Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi - Identifikasi kemampuan dan keterbatasan pasien, monitor tanda-tanda vital, berikan latihan fisik dengan intensitas rendah, edukasi manajemen energi.
c. Risiko Infeksi:
- SLKI: Tujuan - Pasien tidak mengalami infeksi.
- SIKI: Intervensi - Kaji faktor risiko infeksi, berikan edukasi tentang pencegahan penularan TB, pantau tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai, diharapkan Tn. K dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan dapat mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 1704 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “saya muntah dan mencret sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare dan muntah, ditandai dengan ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, output urine menurun.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang berlebihan atau tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Diare, muntah, asupan cairan tidak adekuat.
- Karakteristik Mayor: Turgor kulit buruk, mukosa kering, ekstremitas dingin, output urine menurun.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
- Hasil yang Diharapkan: Pasien menunjukkan turgor kulit baik, mukosa lembab, ekstremitas hangat, output urine adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengatur asupan dan output cairan dalam upaya mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, input dan output cairan, berikan cairan intravena sesuai kebutuhan, pantau elektrolit, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kehilangan cairan.
Dalam kondisi ini, pasien membutuhkan intervensi segera untuk mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah yang dialaminya. Pemberian cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab utama merupakan tindakan yang perlu dilakukan. -
Article No. 1705 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare dan muntah, ditandai dengan ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, dan kelompak mata tampak cekung.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler.
Faktor yang berhubungan: Kehilangan cairan melalui diare, muntah, perdarahan, dan luka.
Karakteristik Mayor: Ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompok mata cekung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan hidrasi yang adekuat, ditandai dengan ekstremitas hangat, turgor kulit baik, dan kelompok mata tidak cekung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan:
1. Hitung intake dan output cairan
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Lakukan rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan dan elektrolit
2. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi gastrointestinal, ditandai dengan pasien memegang perut dan mengeluh sakit perut.
SDKI:
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor yang berhubungan: Iritasi gastrointestinal.
Karakteristik Mayor: Pasien memegang perut dan mengeluh sakit perut.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Pasien akan mencapai kontrol nyeri yang optimal, ditandai dengan pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
Intervensi keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Berikan analgesik sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi hipovolemia dan nyeri akut pada pasien. -
Article No. 1706 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah kemungkinan diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta keterkaitan dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Sirkulasi Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan cairan ekstravaskular dan penurunan intake cairan dan nutrisi.
b. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan abdomen dan perdarahan gastrointestinal.
c. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan ascites dan edema.
d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan dan mual.
2. Penjelasan Singkat:
a. Gangguan Sirkulasi Cairan dan Elektrolit: Pasien mengalami peningkatan cairan ekstravaskular yang ditandai dengan ascites dan edema, serta penurunan intake cairan dan nutrisi yang menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
b. Nyeri: Pasien mengalami nyeri perut akibat pembengkakan abdomen dan perdarahan gastrointestinal.
c. Gangguan Pola Napas: Ascites dan edema menyebabkan sesak napas dan gangguan ventilasi.
d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Penurunan intake makanan dan mual menyebabkan malnutrisi.
3. Keterkaitan dengan Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Sirkulasi Cairan dan Elektrolit: Kode 00027
- Nyeri: Kode 00132
- Gangguan Pola Napas: Kode 00032
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Kode 00002
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Kontrol Nyeri
- Perbaikan Pola Napas
- Keseimbangan Nutrisi
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Nutrisi
Dengan mempertimbangkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi pasien tersebut. -
Article No. 1707 | 09 Oct 2024
Klinis : MENYENDIRI, TIDAK MAU BICARA, TIDAK MAU MENATAP LAWAN BICARA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Menyendiri, Tidak Mau Bicara, Tidak Mau Menatap Lawan Bicara" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Isolasi Sosial didefinisikan sebagai pengalaman individu yang merasa terpisah dari orang lain, baik secara fisik maupun psikologis, yang dapat berkembang menjadi perasaan sendirian dan keterasingan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Isolasi Sosial adalah peningkatan kemampuan individu dalam berinteraksi dengan orang lain, peningkatan rasa memiliki dan diterima, serta penurunan perasaan kesepian dan terasing.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Isolasi Sosial antara lain:
1. Memfasilitasi interaksi sosial
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi
3. Memberikan dukungan emosional
4. Membantu mengembangkan jaringan sosial
5. Melibatkan keluarga atau significant other dalam proses perawatan
Dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien, perawat dapat membantu pasien dalam mengatasi kondisi isolasi sosial, meningkatkan kemampuan berinteraksi, dan memperoleh dukungan yang diperlukan. -
Article No. 1708 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (SDKI)
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
3. Nyeri (SDKI)
4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
5. Ketidakseimbangan cairan (SDKI)
6. Resiko ketidakstabilan fungsi hati (SIKI)
Penjelasan Singkat:
1. Mual (SDKI)
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di daerah perut yang dapat menimbulkan dorongan untuk muntah.
- Faktor Penyebab: Penurunan nafsu makan, nyeri perut, dan pembengkakan abdomen.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Penyebab: Mual, anoreksia, dan penurunan berat badan.
3. Nyeri (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor Penyebab: Inflamasi pada saluran cerna, tekanan pada perut, dan batuk.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan secret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Penyebab: Sesak napas, batuk produktif, dan adanya sumbatan pada jalan napas.
5. Ketidakseimbangan cairan (SDKI)
- Definisi: Kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intraselular.
- Faktor Penyebab: Edema, penurunan intake cairan, dan peningkatan kehilangan cairan.
6. Resiko ketidakstabilan fungsi hati (SIKI)
- Definisi: Ancaman penurunan kemampuan hati untuk melakukan fungsi metabolik, sekretorik, dan ekskretorik.
- Faktor Penyebab: Penyakit hati kronis, peningkatan bilirubin, dan peningkatan enzim hati.
Standar SDKI, SLKI, SIKI merupakan panduan resmi dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan. -
Article No. 1709 | 09 Oct 2024
Klinis : muntah dan berak sejak subuh tadi, badan terasa lemas dan perut terasa sakit melilit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang Anda alami, yaitu muntah dan berak sejak subuh, badan terasa lemas, serta perut terasa sakit melilit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diare akut
- Definisi: Pengeluaran feses cair atau encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
- Penyebab: Infeksi bakteri, virus, atau parasit; intoleransi makanan; obat-obatan; atau kondisi medis lainnya.
2. Risiko dehidrasi
- Definisi: Rentan mengalami kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare, muntah, dan asupan cairan yang tidak adekuat.
- Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare, muntah, dan kurangnya asupan cairan.
3. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Kontraksi otot abdomen, inflamasi pada saluran pencernaan.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Diare
- Intervensi: Memantau tanda-tanda vital, mengukur jumlah dan karakteristik diare, menjaga kebersihan, dan memberikan rehidrasi oral atau intravena jika perlu.
2. Manajemen Risiko Dehidrasi
- Intervensi: Memantau tanda-tanda dehidrasi, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan memberikan asupan cairan sesuai kebutuhan.
3. Manajemen Nyeri
- Intervensi: Melakukan pengkajian nyeri, memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta memantau efektivitasnya.
Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi dan pemantauan terkait diare, risiko dehidrasi, dan nyeri.
2. Pemberian cairan oral atau intravena untuk rehidrasi.
3. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi (misal, antidiare, antiemetik, analgesik).
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen diare, pencegahan dehidrasi, dan penanganan nyeri.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, farmasis) untuk penanganan yang komprehensif.
Pemantauan dan Evaluasi:
1. Penurunan frekuensi dan perubahan konsistensi diare.
2. Tanda-tanda vital dan status hidrasi stabil.
3. Penurunan intensitas nyeri yang dirasakan.
4. Pasien dan keluarga dapat melakukan manajemen mandiri yang efektif.
Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda alami. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 1710 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosis Keperawatan (SDKI):
1. Diare (00013): Pengeluaran feses cair yang terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus, disertai dengan perdarahan.
2. Pembatasan cairan (00027): Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Gangguan nutrisi: asupan kurang dari kebutuhan tubuh (00002): Asupan makanan dan cairan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Intoleransi aktivitas (00092): Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan yang dirasakan.
Penjelasan Singkat (SDKI, SLKI, SIKI):
1. Diare (00013):
- SDKI: Pengeluaran feses cair yang terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus, disertai dengan perdarahan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi diare, seperti pemantauan tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit, diet sesuai kondisi, dan terapi farmakologis.
- SIKI: Kegiatan perawat dalam mengatasi diare, seperti pengkajian, perawatan, evaluasi, dan edukasi terkait pencegahan dan penanganan diare.
2. Pembatasan cairan (00027):
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi pembatasan cairan, seperti pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan sesuai kebutuhan, dan penanganan komplikasi.
- SIKI: Kegiatan perawat dalam mengatasi pembatasan cairan, seperti pengkajian, perawatan, evaluasi, dan edukasi terkait pentingnya keseimbangan cairan.
3. Gangguan nutrisi: asupan kurang dari kebutuhan tubuh (00002):
- SDKI: Asupan makanan dan cairan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan nutrisi, seperti pemantauan status nutrisi, pemberian diet sesuai kondisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
- SIKI: Kegiatan perawat dalam mengatasi gangguan nutrisi, seperti pengkajian, perawatan, evaluasi, dan edukasi terkait kebutuhan nutrisi.
4. Intoleransi aktivitas (00092):
- SDKI: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan yang dirasakan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan fisioterapi.
- SIKI: Kegiatan perawat dalam mengatasi intoleransi aktivitas, seperti pengkajian, perawatan, evaluasi, dan edukasi terkait manajemen aktivitas.