Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1670 | 09 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien yang datang dengan keluhan demam:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh di atas 38°C.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya di atas 38°C. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti proses infeksi, peradangan, atau reaksi imunologi. Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa demam, menggigil, dan peningkatan laju pernapasan.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama penanganan hipertermia adalah menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam rentang normal. Luaran yang diharapkan mencakup stabilnya tanda-tanda vital, tidak ada komplikasi, serta peningkatan kenyamanan dan kesejahteraan pasien.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia meliputi:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
b. Pemberian kompres hangat atau dingin untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Pemberian obat penurun demam sesuai dengan resep dokter.
d. Manajemen cairan dan elektrolit untuk mencegah dehidrasi.
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen hipertermia.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani pasien dengan keluhan demam. -
Article No. 1671 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki 60 tahun dibawa ke poli bedah. pasen adalah penderita fraktur kruris yang telah dipasang gips dan yang saat ini kontrol. Pasien dapat berjalan dengan dipapah oleh keluarga. Bila akan bangun dari duduk pasien dibantu oleh keluargnya atau berpegangan pada benda benda disekitarnya, pasien menggunakan kursi roda dan kruk dalam mobilisasi. Pasien sering lupa bila dari duudk/tiduran langsung berdiri, lupa dengan keterbatasannya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami cedera akibat keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Keterbatasan fisik, gangguan muskuloskeletal, gangguan sensorik, dan kurang pengetahuan tentang keamanan.
- Gejala dan Tanda: Keterbatasan dalam rentang gerak, kelemahan otot, dan kesulitan dalam berpindah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan mobilisasi secara mandiri, tidak mengalami cedera, dan memahami pentingnya keamanan saat mobilisasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen mobilitas, peningkatan pengetahuan tentang keamanan mobilisasi, dan konseling tentang risiko cedera.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan fraktur kruris yang telah dipasang gips saat ini memiliki risiko cedera karena keterbatasan dalam melakukan mobilisasi. Pasien masih membutuhkan bantuan keluarga atau alat bantu seperti kursi roda dan kruk saat berpindah. Selain itu, pasien sering lupa akan keterbatasannya dan langsung berdiri dari duduk/tidur, meningkatkan risiko jatuh dan cedera. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen mobilitas, peningkatan pengetahuan pasien tentang keamanan mobilisasi, dan konseling terkait risiko cedera yang dapat terjadi. -
Article No. 1672 | 09 Oct 2024
Klinis : muntah dan mencret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Diare dan Muntah
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diare dan muntah dapat diklasifikasikan sebagai "Diare" dan "Mual/Muntah." Berikut penjelasan singkatnya:
1. Diare
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal, baik dalam frekuensi, konsistensi, maupun volume, yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Penyebab: Infeksi, malabsorpsi, iritasi usus, obat-obatan, stres, dll.
Tanda dan Gejala: Frekuensi defekasi meningkat, konsistensi feses cair, volume feses meningkat, dapat disertai nyeri perut, mual, dan dehidrasi.
2. Mual/Muntah
Definisi: Sensasi tidak nyaman di epigastrium yang mungkin diikuti oleh upaya untuk mengeluarkan isi lambung melalui mulut.
Penyebab: Infeksi, obat-obatan, iritasi lambung, gangguan vestibular, dll.
Tanda dan Gejala: Rasa mual, keinginan untuk muntah, dan muntah aktual.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan panduan komprehensif untuk perawatan pasien dengan diare dan muntah, meliputi:
- Manajemen cairan dan elektrolit
- Kontrol gejala (nyeri, mual, dan muntah)
- Edukasi terkait diet dan perawatan diri
- Pencegahan komplikasi (dehidrasi, malnutrisi)
- Monitoring dan evaluasi status kesehatan pasien
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan menyusun rencana perawatan yang terpadu berdasarkan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 1673 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare, dibuktikan dengan ekstremitas dingin, turgor kulit jelek, mata cekung, mukosa kering, dan belum ada produksi urin sejak pagi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada gastrointestinal, dibuktikan dengan pasien memegang perut dan mengeluh sakit pada perut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, dibuktikan dengan pasien tampak lemah dan kesulitan melakukan aktivitas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Penurunan jumlah cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
2. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Tercapainya keseimbangan cairan yang adekuat.
2. Nyeri akut: Pengurangan rasa nyeri.
3. Intoleransi aktivitas: Peningkatan toleransi aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Pemberian cairan secara parenteral, pemantauan intake dan output cairan, serta edukasi terkait kebutuhan cairan.
2. Nyeri akut: Pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan manajemen nyeri.
3. Intoleransi aktivitas: Peningkatan aktivitas secara bertahap, manajemen energi, dan edukasi terkait aktivitas.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu dalam mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 1674 | 09 Oct 2024
Klinis : 3.Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Retensi Urin
Penjelasan:
Retensi urin adalah kondisi di mana klien tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara normal. Gejala yang dialami oleh klien dalam kasus ini adalah tidak dapat berkemih selama beberapa jam.
SDKI:
Retensi Urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penanganan retensi urin adalah klien dapat berkemih secara normal dan tidak ada tanda-tanda retensi urin.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi retensi urin meliputi:
1. Pantau tanda-tanda vital, volume, dan karakteristik urin
2. Berikan kenyamanan dan lingkungan yang kondusif untuk berkemih
3. Berikan edukasi tentang pentingnya berkemih secara teratur
4. Lakukan tindakan kateterisasi jika perlu, dengan memperhatikan prinsip aseptik
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi masalah retensi urin yang dialami oleh klien. -
Article No. 1675 | 09 Oct 2024
Klinis : turgor kulit jelek, kelompok mata tampak cekung, mukosa bibir kering
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu turgor kulit jelek, mata tampak cekung, dan mukosa bibir kering, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kekurangan Volume Cairan. Kekurangan volume cairan adalah kondisi di mana terdapat penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kekurangan Volume Cairan didefinisikan sebagai penurunan total cairan tubuh yang disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan atau asupan yang tidak adekuat. Kriteria diagnostik utama meliputi penurunan turgor kulit, mata tampak cekung, dan mukosa kering.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan Kekurangan Volume Cairan adalah tercapainya volume cairan yang adekuat, yang ditandai dengan peningkatan turgor kulit, mata tidak tampak cekung, dan mukosa lembab.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kekurangan Volume Cairan adalah:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
3. Anjurkan asupan makanan dan minuman yang mengandung cairan
4. Lakukan perawatan kulit untuk mencegah dehidrasi
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan pendekatan akademis dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi Kekurangan Volume Cairan pada pasien. -
Article No. 1676 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi yang dapat didiagnosis sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare dan Muntah Akut
2. Defisiensi Volume Cairan
3. Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. Diare dan Muntah Akut
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Diare Akut
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Diare, Manajemen Muntah
2. Defisiensi Volume Cairan
- SDKI: Defisiensi Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan, Pemantauan Cairan
3. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
1. Diare dan Muntah Akut: Pasien mengalami diare dan muntah sejak subuh, menunjukkan gejala klinis seperti tampak lemah, ekstremitas dingin, turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, dan suhu tubuh tinggi. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi.
2. Defisiensi Volume Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah, seperti cekung mata, turgor kulit jelek, dan tidak ada produksi urin sejak pagi.
3. Nyeri Akut: Pasien mengeluhkan nyeri perut yang terasa melilit, sehingga perlu diatasi dengan manajemen nyeri yang tepat.
Pendekatan asuhan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam mengelola kondisi pasien secara komprehensif, mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi untuk memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 1677 | 09 Oct 2024
Klinis : Kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi kejang berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera (RISK-CDER)
Penjelasan: Pasien dengan kejang berisiko mengalami cedera, baik cedera fisik (seperti trauma kepala, luka akibat jatuh, atau gigitan lidah) maupun cedera psikologis. Perawat perlu memantau dan mencegah terjadinya cedera selama episode kejang.
2. Gangguan Pola Tidur (POLA-TIDUR)
Penjelasan: Kejang dapat menyebabkan gangguan pola tidur pada pasien, seperti sulit memulai atau mempertahankan tidur. Perawat perlu mengkaji pola tidur pasien dan memberikan intervensi yang sesuai untuk membantu memperbaiki kualitas tidur.
3. Ansietas (ANSI)
Penjelasan: Pasien dengan kejang sering mengalami perasaan cemas, takut, atau khawatir terkait kondisi kesehatannya. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan pasien dan memberikan dukungan emosional serta intervensi yang sesuai untuk mengurangi kecemasan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Standar SDKI yang terkait dengan diagnosa di atas adalah:
1. RISK-CDER: Definisi, faktor risiko, karakteristik definisi, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
2. POLA-TIDUR: Definisi, karakteristik definisi, faktor yang mempengaruhi, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
3. ANSI: Definisi, penyebab, tanda dan gejala, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran keperawatan yang dapat digunakan untuk pasien dengan kejang, antara lain:
1. Bebas Cedera
2. Pola Tidur Terpelihara
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan, antara lain:
1. Pencegahan Cedera
2. Manajemen Tidur
3. Pengurangan Kecemasan
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan utama untuk pasien dengan kejang adalah Risiko Cedera, Gangguan Pola Tidur, dan Ansietas. Perawat dapat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 1678 | 09 Oct 2024
Klinis : Kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan kejang
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera Fisik adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan keadaan di mana individu rentan mengalami kerusakan fisik yang dapat mengganggu integritas tubuh.
- Pada kondisi kejang, terdapat risiko cedera fisik karena adanya gerakan yang tidak terkontrol dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan luka, memar, atau bahkan fraktur.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat mencapai kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan kejang, serta mencegah cedera fisik yang mungkin timbul akibat kejang.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Monitoring tanda-tanda vital secara teratur
b. Menjaga lingkungan yang aman bagi klien
c. Memberikan terapi antikonvulsan sesuai resep
d. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stress
e. Melibatkan keluarga dalam perawatan
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memantau kondisi klien, menerapkan intervensi yang sesuai, serta melibatkan keluarga dalam proses perawatan untuk mencegah terjadinya cedera fisik akibat kejang. Prioritas utama adalah memastikan keselamatan dan kenyamanan klien. -
Article No. 1679 | 09 Oct 2024
Klinis : Pencegahan kejang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi pencegahan kejang, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z29.3
- Deskripsi: Terapi antikonvulsan
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z29.3 (Terapi antikonvulsan) digunakan untuk mengkodekan tindakan pencegahan kejang melalui penggunaan obat-obat antikonvulsan. Ini mencakup pemberian obat-obatan antiepileptik atau antikonvulsan sebagai tindakan pencegahan, misalnya pada pasien dengan riwayat epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.22
- Deskripsi: Pemberian obat antikonvulsan
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 99.22 (Pemberian obat antikonvulsan) digunakan untuk mengkodekan tindakan medis berupa pemberian obat-obatan antikonvulsan atau antiepileptik sebagai upaya pencegahan kejang. Ini dapat mencakup pemberian obat oral, intravena, atau bentuk sediaan lainnya untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya episode kejang pada pasien.