Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20208 | 30 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing terasa muter muter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengatakan pusing terasa berputar-putar.
Diagnosa Keperawatan:
Bingung Sensorik (BINGUNG) [00173]
Definisi:
Pengalaman subjektif dan objektif dari disorientasi dan kurangnya atensi, kesadaran, dan pemahaman terhadap lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: BINGUNG
Definisi: Pengalaman subjektif dan objektif dari disorientasi dan kurangnya atensi, kesadaran, dan pemahaman terhadap lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: KESA-1
Definisi: Peningkatan fungsi kognitif yang ditandai dengan mempertahankan tingkat kesadaran, atensi, dan orientasi yang baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: STIM-S
Definisi: Upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan daya tanggap pasien terhadap lingkungan.
Dalam kondisi pasien yang mengatakan pusing terasa berputar-putar, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bingung Sensorik (BINGUNG) [00173]. Hal ini dikarenakan pasien mengalami pengalaman subjektif dan objektif dari disorientasi dan kurangnya atensi, kesadaran, dan pemahaman terhadap lingkungan, yang dapat disebabkan oleh gangguan sensorik, seperti pusing berputar-putar. -
Article No. 20209 | 30 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing terasa muter muter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pusing [00786]
Definisi:
Sensasi tidak nyaman atau tidak enak di kepala yang dapat disertai dengan rasa berputar, tidak seimbang, atau mual.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00786
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau tidak enak di kepala yang dapat disertai dengan rasa berputar, tidak seimbang, atau mual.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00786-1
Definisi: Pasien melaporkan tidak lagi mengalami sensasi tidak nyaman atau tidak enak di kepala yang disertai dengan rasa berputar, tidak seimbang, atau mual.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00786-1
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi tidak nyaman atau tidak enak di kepala yang disertai dengan rasa berputar, tidak seimbang, atau mual.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Pusing" [00786] mengacu pada sensasi tidak nyaman atau tidak enak di kepala yang dapat disertai dengan rasa berputar, tidak seimbang, atau mual. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) memberikan definisi yang lebih rinci tentang diagnosa ini. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjelaskan hasil yang diharapkan, yaitu pasien melaporkan tidak lagi mengalami sensasi pusing. Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menjelaskan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala pusing. -
Article No. 20210 | 30 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing terasa muter muter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengatakan pusing terasa muter-muter.
Diagnosa Keperawatan:
Pusing (00013)
Definisi SDKI:
Pusing adalah sensasi tidak enak yang dirasakan di kepala, dapat disertai dengan rasa mual, muntah, dan ketidakseimbangan.
Kode SDKI: 00013
Definisi SDKI: Pusing adalah sensasi tidak enak yang dirasakan di kepala, dapat disertai dengan rasa mual, muntah, dan ketidakseimbangan.
Kode SLKI: S-PUS
Definisi SLKI: Kemampuan individu untuk mengenali, mengatasi, dan mencegah pusing.
Kode SIKI: I-PUS
Definisi SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau mengatasi pusing.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan keluhan pusing, perawat dapat melakukan intervensi-intervensi seperti:
1. Mengkaji tanda dan gejala pusing
2. Mengidentifikasi faktor penyebab pusing
3. Memantau tanda-tanda vital
4. Memberikan kenyamanan fisik, seperti mengatur posisi tidur
5. Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing
6. Memberikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter
7. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pusing dan penatalaksanaannya.
Perawat berperan penting dalam mengelola keluhan pusing pada pasien, baik melalui pengkajian yang komprehensif, intervensi yang tepat, serta edukasi yang efektif untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 20211 | 30 Jul 2025
Klinis : Luka gangren
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi luka gangren.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Risiko Infeksi
Luka gangren merupakan kondisi di mana terjadi kematian jaringan akibat gangguan aliran darah dan oksigenasi. Kondisi ini menyebabkan risiko infeksi yang tinggi, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi. Pada diagnosa ini, perawat perlu mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya infeksi, seperti penurunan sistem imun, paparan patogen, dan kerusakan integritas kulit.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai kontrol infeksi yang optimal. Hal ini ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, erythema, edema, nyeri, dan eksudat pada luka.
2. Penyembuhan Luka
Selain kontrol infeksi, luaran yang diharapkan adalah tercapainya penyembuhan luka yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna, ukuran, kedalaman, dan karakteristik luka yang mengarah pada penyembuhan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka
Intervensi utama dalam penanganan luka gangren adalah perawatan luka yang komprehensif. Ini meliputi debridement untuk menghilangkan jaringan mati, irigasi luka untuk membersihkan debris dan eksudat, serta aplikasi balutan yang sesuai untuk menjaga kelembaban luka dan mencegah infeksi.
2. Manajemen Infeksi
Selain perawatan luka, intervensi keperawatan yang penting adalah manajemen infeksi. Ini mencakup pemberian antibiotik sesuai indikasi, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan edukasi pasien serta keluarga tentang pencegahan infeksi.
3. Peningkatan Perfusi Jaringan
Mengingat gangren terjadi akibat gangguan aliran darah, intervensi keperawatan juga perlu diarahkan untuk meningkatkan perfusi jaringan. Ini dapat dilakukan melalui posisi elevasi ekstremitas, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab dasar gangguan sirkulasi.
4. Manajemen Nyeri
Luka gangren sering disertai dengan nyeri yang harus dikelola dengan baik. Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian analgesik, teknik distraksi, dan manajemen lingkungan untuk mengurangi nyeri.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pencegahan infeksi, penyembuhan luka, peningkatan perfusi jaringan, serta manajemen nyeri, diharapkan pasien dengan luka gangren dapat mencapai luaran yang optimal, yaitu kontrol infeksi dan penyembuhan luka yang efektif. -
Article No. 20212 | 30 Jul 2025
Klinis : Luka gangren
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi luka gangren, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Resiko Kerusakan Integritas Kulit (00047)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00047
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 03041
Definisi: Pemulihan integritas kulit yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 00047
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengatasi kerusakan pada struktur dan fungsi kulit yang normal.
Penjelasan:
Luka gangren merupakan kondisi di mana terjadi kerusakan jaringan kulit dan jaringan di bawahnya akibat buruknya suplai darah ke area tersebut. Hal ini dapat menyebabkan risiko terjadinya kerusakan integritas kulit yang lebih luas. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Resiko Kerusakan Integritas Kulit (00047)".
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mendefinisikan diagnosa ini sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mengharapkan luaran pemulihan integritas kulit yang optimal, sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menetapkan tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengatasi kerusakan pada struktur dan fungsi kulit yang normal.
Penanganan yang komprehensif diperlukan untuk mengelola luka gangren dan mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi atau amputasi. Perawat memainkan peran penting dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan menerapkan intervensi yang tepat untuk mendukung pemulihan integritas kulit pasien. -
Article No. 20213 | 30 Jul 2025
Klinis : badan kaku sejak 30 menit yang lalu pasien datang dengan keluhan badan kaku sejak tadi pagi, sering seperti ini namun biasanya hilang sendiri, namun saat ini tidak hilang sejak tadi pagi, mual -, muntah -, agak sesak +, di igd ke 4 ekstremitas sempat gerak2 sendiri sekitar 1 menit namun kondisi pasien masih sadar, di igd ke 4 eksteritas sempat gerak2 sendiri tidak beraturan < 1 menit namun kodisi pasien masih sadar, bab dbn, batuk pilek disangkal, sering anyang2 en namun dalam1 minggu ini tidak ada keluhan, demam -, pasien sedang menstruasi hari ke 7, mentruasi tidak teratur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Resiko Komplikasi Neurovaskular
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu badan kaku sejak tadi pagi, gerak-gerak tidak beraturan di 4 ekstremitas, mual, sesak napas, dan kondisi sadar, dapat diidentifikasi bahwa pasien mengalami risiko komplikasi neurovaskular. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan neurologis atau vaskular yang mempengaruhi sistem saraf dan aliran darah. Risiko komplikasi neurovaskular perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan dampak yang serius jika tidak segera ditangani.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh yang berada dalam batas normal.
2. Integritas Fungsi Saraf: Pasien menunjukkan peningkatan atau pemulihan fungsi saraf, seperti kemampuan koordinasi gerak, sensasi, dan refleks yang normal.
3. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang lebih buruk, seperti kejang, kehilangan kesadaran, atau kerusakan organ lainnya.
4. Pengetahuan Manajemen Kondisi: Pasien dan keluarga memahami kondisi pasien, faktor penyebab, serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah atau mengelola kekambuhan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.
2. Pemantauan Fungsi Saraf: Melakukan pemeriksaan dan pemantauan fungsi saraf, termasuk kemampuan koordinasi gerak, sensasi, dan refleks.
3. Manajemen Nyeri: Memberikan intervensi untuk mengelola rasa kaku atau nyeri yang dialami pasien, seperti pemberian analgesik atau teknik relaksasi.
4. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Memastikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat untuk mencegah komplikasi.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien, faktor penyebab, dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah atau mengelola kekambuhan.
6. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam penanganan pasien, seperti neurolog, untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Resiko Komplikasi Neurovaskular
- Definisi: Risiko gangguan fungsi saraf atau aliran darah yang dapat menimbulkan komplikasi, seperti kerusakan organ, kecacatan, atau kematian.
- Karakteristik Definisi:
- Gejala neurologis: Badan kaku, gerakan tidak beraturan di 4 ekstremitas, gangguan kesadaran.
- Gejala vaskular: Mual, sesak napas.
- Faktor Risiko: Riwayat gangguan neurologis atau vaskular, perubahan tanda-tanda vital, infeksi, dehidrasi, gangguan elektrolit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Pemantauan dan stabilisasi tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh, untuk mencegah komplikasi.
- Integritas Fungsi Saraf: Pemantauan dan pemulihan fungsi saraf, seperti koordinasi gerak, sensasi, dan refleks, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Tidak Terjadi Komplikasi: Upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk, seperti kejang, kehilangan kesadaran, atau kerusakan organ lainnya.
- Pengetahuan Manajemen Kondisi: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi, penyebab, dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah atau mengelola kekambuhan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Pemeriksaan dan pencatatan tanda-tanda vital secara berkala, serta interpretasi dan tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan.
- Pemantauan Fungsi Saraf: Pemeriksaan dan pemantauan fungsi saraf, seperti koordinasi gerak, sensasi, dan refleks, untuk mendeteksi adanya gangguan atau perbaikan.
- Manajemen Nyeri: Pemberian analgesik atau teknik relaksasi untuk mengurangi rasa kaku atau nyeri yang dialami pasien.
- Manajemen Cairan dan Elektrolit: Pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat untuk menjaga keseimbangan dan mencegah komplikasi.
- Edukasi Pasien dan Keluarga: Pemberian informasi tentang kondisi pasien, faktor penyebab, dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah atau mengelola kekambuhan.
- Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Koordinasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain, seperti neurolog, untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai. -
Article No. 20214 | 30 Jul 2025
Klinis : badan kaku sejak 30 menit yang lalu pasien datang dengan keluhan badan kaku sejak tadi pagi, sering seperti ini namun biasanya hilang sendiri, namun saat ini tidak hilang sejak tadi pagi, mual -, muntah -, agak sesak +, di igd ke 4 ekstremitas sempat gerak2 sendiri sekitar 1 menit namun kondisi pasien masih sadar, di igd ke 4 eksteritas sempat gerak2 sendiri tidak beraturan < 1 menit namun kodisi pasien masih sadar, bab dbn, batuk pilek disangkal, sering anyang2 en namun dalam1 minggu ini tidak ada keluhan, demam -, pasien sedang menstruasi hari ke 7, mentruasi tidak teratur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G25.8
- Deskripsi: Bentuk lain gangguan ekstrapiramdal dan kelainan fungsi pergerakan, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Penjelasan:
- Pasien datang dengan keluhan utama badan kaku sejak tadi pagi, yang merupakan gejala umum dari gangguan ekstrapiramdal.
- Kondisi ini sering terjadi pada pasien, namun biasanya hilang sendiri. Namun, pada kali ini, keluhan tidak hilang sejak tadi pagi.
- Pasien juga mengalami gejala tambahan seperti agak sesak dan di IGD sempat mengalami gerakan tidak beraturan pada 4 ekstremitas selama kurang dari 1 menit, namun masih sadar.
- Tidak ditemukan gejala infeksi seperti demam, batuk, atau pilek, serta tidak ada riwayat trauma.
- Dengan mempertimbangkan gejala utama, gejala tambahan, dan riwayat pasien, diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan ekstrapiramdal yang tidak diklasifikasikan di tempat lain (G25.8).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis yang tercatat dalam kasus ini.
Secara keseluruhan, diagnosis yang sesuai adalah gangguan ekstrapiramdal yang tidak diklasifikasikan di tempat lain (ICD-10 kode G25.8), tanpa ada tindakan medis spesifik yang tercatat (tidak ada kode ICD-9-CM). -
Article No. 20215 | 30 Jul 2025
Klinis : Keputihan 1 bulan, uterus normal, tampak kista dan kista fungsional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan (00027)
SDKI:
Kode: 00027
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami pengurangan, penambahan, atau perubahan komposisi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SLKI:
Kode: D-2209
Definisi: Hasil yang diharapkan setelah intervensi keperawatan untuk mengatasi ketidakseimbangan cairan.
SIKI:
Kode: I-2302
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan cairan pada pasien.
2. Nyeri Akut (00132)
SDKI:
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI:
Kode: D-1416
Definisi: Hasil yang diharapkan setelah intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut.
SIKI:
Kode: I-1402
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri akut pada pasien.
Dalam konteks kasus yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah Ketidakseimbangan Cairan dan Nyeri Akut. Penjelasan singkatnya adalah bahwa pasien mengalami perubahan komposisi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler, serta pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. -
Article No. 20216 | 30 Jul 2025
Klinis : Mengamuk memecah barang seminggu tidak minum obat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (Kode: 00138)
Definisi: Perilaku yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
Penjelasan Singkat:
Kondisi pasien yang mengamuk dan memecah barang selama seminggu tanpa minum obat menunjukkan adanya risiko perilaku kekerasan. Perilaku ini dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, sehingga perlu penanganan yang tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00138
Definisi: Perilaku yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1405
Judul: Kontrol Perilaku
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan dan mengatur perilaku yang dapat menimbulkan bahaya pada diri sendiri atau orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 5340
Judul: Manajemen Perilaku
Definisi: Upaya untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengendalikan perilaku yang tidak adaptif atau merusak.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan perspektif perawat, penjelasan singkat di atas dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan. -
Article No. 20217 | 30 Jul 2025
Klinis : Mual muntah 2 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sesuai dengan format yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode R11.2 dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait Lainnya, Revisi Kesepuluh (ICD-10) digunakan untuk mengkodekan kondisi mual dan muntah yang tidak terspesifikasi. Kode ini digunakan ketika tidak ada penyebab yang jelas atau ketika penyebab tidak dapat ditentukan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk kondisi ini.
- Deskripsi: Dalam kasus mual dan muntah yang tidak memerlukan intervensi medis, tidak ada tindakan atau prosedur yang dikodekan menggunakan Klasifikasi Internasional Penyakit, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM). Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemberian antiemetik atau dukungan cairan, yang tidak memiliki kode prosedur yang spesifik.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan mempertimbangkan riwayat pasien, gejala, dan hasil pemeriksaan untuk menentukan diagnosis yang sesuai dan tindakan yang tepat untuk mengelola kondisi mual dan muntah pada pasien.