Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3759 | 27 Oct 2024
Klinis : kusta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat professional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kusta.
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Resiko Infeksi
4. Defisit Perawatan Diri
5. Ansietas
Penjelasan Singkat:
1. Integritas Kulit Terganggu
- Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan lebih dalam dari kulit.
- Penyebab: Perubahan patologis pada kulit akibat infeksi Mycobacterium leprae.
- Gejala: Timbulnya lesi, bercak putih, pembengkakan saraf tepi, dan kerusakan kulit.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor muskuloskeletal, neurologis, atau faktor lainnya.
- Penyebab: Kerusakan saraf tepi yang menyebabkan kelumpuhan dan kontraktur pada ekstremitas.
- Gejala: Kesulitan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari.
3. Resiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Penyebab: Kerusakan integritas kulit dan penurunan sistem imun akibat penyakit kusta.
- Gejala: Lesi kulit yang rentan terinfeksi sekunder dan komplikasi lainnya.
4. Defisit Perawatan Diri
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- Penyebab: Kerusakan saraf tepi dan kelumpuhan yang menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
- Gejala: Kesulitan dalam mandi, berpakaian, makan, dan aktivitas perawatan diri lainnya.
5. Ansietas
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Diagnosis penyakit kusta, stigma sosial, dan ketakutan akan kecacatan.
- Gejala: Rasa takut, khawatir, dan cemas terhadap kondisi kesehatan dan dampaknya.
Penerapan SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) digunakan untuk merencanakan dan menetapkan luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa dan luaran yang ditetapkan.
Penggunaan standar SDKI-SLKI-SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstruktur, dan sesuai dengan praktik keperawatan berbasis bukti. -
Article No. 3760 | 27 Oct 2024
Klinis : siki gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan mobilitas fisik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain (dan/atau) dari satu posisi ke posisi lain, yang dilakukan secara mandiri, dengan tujuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain (dan/atau) dari satu posisi ke posisi lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kemampuan Mobilitas
2. Integritas Jaringan Kulit
3. Nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Nyeri
3. Perawatan Luka
Penjelasan singkat:
Pasien dengan gangguan mobilitas fisik memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi, mencegah komplikasi (seperti luka tekan), dan mengelola nyeri yang mungkin menyertai kondisi tersebut. Perawat berperan penting dalam mengevaluasi tingkat mobilitas pasien, mengembangkan rencana perawatan yang sesuai, dan memberikan edukasi serta dukungan kepada pasien dan keluarga untuk memaksimalkan kemandirian pasien. -
Article No. 3761 | 27 Oct 2024
Klinis : siki gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Bapak/Ibu. Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan mobilitas fisik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen dan terarah, yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, kognitif, atau lingkungan.
Penyebab:
1. Faktor fisik: Cedera, penyakit, kelemahan otot, nyeri, deformitas, kekakuan sendi.
2. Faktor psikologis: Kecemasan, depresi, ketakutan, motivasi kurang.
3. Faktor kognitif: Gangguan koordinasi, gangguan persepsi, gangguan memori.
4. Faktor lingkungan: Akses yang terbatas, peralatan bantu yang tidak memadai.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen dan terarah, yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, kognitif, atau lingkungan.
- Kriteria diagnostik: Keterbatasan dalam pergerakan anggota tubuh, aktivitas sehari-hari terbatas, gangguan keseimbangan, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Mobilitas Fisik
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara independen dan terarah.
- Kriteria hasil: Kemampuan bergerak, rentang gerak sendi normal, kekuatan otot meningkat, dan lain-lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terapi Latihan Gerak
- Definisi: Pemberian latihan fisik untuk memelihara atau meningkatkan fungsi fisik.
- Intervensi: Latihan mobilitas, latihan kekuatan otot, latihan keseimbangan, dan lain-lain.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. Terima kasih. -
Article No. 3762 | 27 Oct 2024
Klinis : • Pingsan 1 jam SMRS • Tidak ada respon • Bibir pucat • Nadi karotis tidak teraba • Tidak ada nafas • Akral dingin • EKG Asistol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Henti Jantung
Penjelasan:
Henti Jantung merupakan keadaan di mana jantung berhenti berfungsi secara tiba-tiba, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terhenti. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya denyut nadi, tidak ada nafas, dan tidak ada respon.
SDKI:
Definisi: Hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
Karakteristik Definisi: Tidak ada denyut nadi, tidak ada nafas, tidak ada respon.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Perfusi jaringan kembali normal
2. Fungsi kardiovaskuler kembali normal
3. Tidak terjadi komplikasi akibat henti jantung
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
2. Berikan defibrillasi jika didapatkan irama asistol pada EKG
3. Berikan obat-obatan sesuai algoritme ACLS (Advanced Cardiac Life Support)
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
5. Berikan dukungan psikologis dan emosional pada keluarga
Sebagai perawat, saya akan segera melakukan tindakan resusitasi jantung paru dan berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk mengembalikan fungsi jantung dan pernafasan pasien. Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital dan komplikasi juga menjadi perhatian utama kami. Semoga penjelasan ini bermanfaat. -
Article No. 3763 | 27 Oct 2024
Klinis : • Pingsan 1 jam SMRS • Tidak ada respon • Bibir pucat • Nadi karotis tidak teraba • Tidak ada nafas • Akral dingin • EKG Asistol
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R96.0
- Deskripsi: Kematian tiba-tiba yang tidak terduga, tanpa penjelasan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.60
- Deskripsi: Resusitasi kardiopulmoner, tidak dispesifikasikan
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami pingsan selama 1 jam setelah SMRS (Setelah Makan Rasa Sakit), dengan tanda-tanda vital yang tidak normal, yaitu tidak ada respon, bibir pucat, nadi karotis tidak teraba, tidak ada nafas, akral dingin, dan EKG Asistol. Kondisi ini menunjukkan kematian tiba-tiba yang tidak terduga dan tanpa penjelasan, yang sesuai dengan kode ICD-10 R96.0.
Untuk tindakan medis, dilakukan resusitasi kardiopulmoner, yang sesuai dengan kode ICD-9-CM 99.60. Prosedur ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi darah pada pasien yang mengalami henti jantung atau henti napas.
Penegakkan diagnosis dan tindakan medis yang tepat sangat penting dalam menangani kasus kematian tiba-tiba seperti ini, guna memberikan perawatan yang sesuai dan meningkatkan kemungkinan pemulihan pasien. -
Article No. 3764 | 27 Oct 2024
Klinis : • Pingsan 1 jam SMRS • Tidak ada respon • Bibir pucat • Nadi karotis tidak teraba • Tidak ada nafas • Akral dingin • EKG Asistol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Henti jantung adalah keadaan gawat darurat medis di mana jantung berhenti memompa darah secara efektif. Tanda-tandanya termasuk tidak adanya respon, tidak ada nadi karotis, tidak ada napas, dan kulit yang dingin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan henti jantung adalah dapat mempertahankan sirkulasi darah dan ventilasi yang adekuat, mencegah komplikasi, dan mengembalikan fungsi jantung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen sirkulasi (Resusitasi Jantung Paru)
3. Monitoring tanda-tanda vital
4. Pemberian obat-obatan
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lanjutan
Secara akademis, sebagai seorang perawat, saya menyarankan segera melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan teknik yang benar dan menghubungi tim medis untuk penanganan lanjutan. Tindakan cepat dan tepat sangat diperlukan untuk mempertahankan hidup pasien. -
Article No. 3765 | 27 Oct 2024
Klinis : kejang, demam, sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi kejang, demam, dan sesak nafas dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, kelelahan otot pernapasan, nyeri, dan obstruksi jalan napas.
2. Hipertermia
- Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
- Penyebab: Infeksi, peningkatan metabolisme, lingkungan yang panas, dan gangguan sistem termoregulasi.
3. Risiko Kejang
- Definisi: Risiko mengalami perubahan aktivitas listrik otak yang abnormal dan tidak terkontrol.
- Penyebab: Cedera otak, gangguan keseimbangan elektrolit, dan gangguan metabolik.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengelolaan Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang paten dan ventilasi yang adekuat.
- Intervensi: Observasi status pernapasan, pemberian oksigen, dan pengelolaan sekresi.
2. Manajemen Hipertermia
- Tujuan: Menurunkan suhu tubuh ke dalam rentang normal.
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, pemberian obat antipiretik, dan manajemen lingkungan.
3. Pencegahan Kejang
- Tujuan: Mencegah terjadinya kejang dan komplikasi yang mungkin timbul.
- Intervensi: Identifikasi faktor risiko, monitor tanda-tanda kejang, dan pemberian terapi antikonvulsan.
Implementasi dan Evaluasi (SIKI):
1. Mempertahankan Jalan Napas
- Tindakan: Mengobservasi status pernapasan, memberikan oksigen, dan mengelola sekresi.
- Evaluasi: Pasien menunjukkan jalan napas yang paten dan ventilasi yang adekuat.
2. Menurunkan Suhu Tubuh
- Tindakan: Memantau tanda-tanda vital, memberikan obat antipiretik, dan mengatur lingkungan.
- Evaluasi: Suhu tubuh pasien kembali dalam rentang normal.
3. Mencegah Kejang
- Tindakan: Mengidentifikasi faktor risiko, memantau tanda-tanda kejang, dan memberikan terapi antikonvulsan.
- Evaluasi: Pasien tidak mengalami kejang dan tidak terjadi komplikasi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menerapkan standar praktik profesional yang berlandaskan pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. Hal ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan keamanan dalam memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 3610 | 26 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Malnutrisi Risiko Tinggi
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan secret/cairan dari saluran napas dengan efektif.
- SLKI: Peningkatan kemampuan batuk, penurunan sekresi jalan napas, dan perbaikan suara napas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan permeabilitas jalan napas, mengeluarkan secret/cairan dari saluran napas, dan meningkatkan ventilasi.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas dan perbaikan kemampuan fungsional.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi, memonitor, dan mempertahankan toleransi aktivitas pasien.
3. Malnutrisi Risiko Tinggi
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan berat badan, asupan nutrisi tidak adekuat, dan perubahan komposisi tubuh.
- SLKI: Perbaikan status nutrisi dan pencegahan komplikasi akibat malnutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengidentifikasi faktor risiko, memantau status nutrisi, dan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta diagnosis awal tuberkulosis paru, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah bersihan jalan napas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan malnutrisi risiko tinggi. Intervensi keperawatan akan difokuskan pada pengelolaan jalan napas, peningkatan toleransi aktivitas, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien. -
Article No. 3611 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 45 Tahun bernama Ny.S datang ke Rumah Sakit Respati dengan keluhan nyeri abdomen bagian bawah, pusing, dan mengeluarkan darah dari kemaluannya sejak 1 minggu yang lalu dan saat periksa kerumah sakit perdarahan sudah berhenti. Hasil anamnesa perawat maternitas menunjukkan hasil Ny.S mengalami riwayat leukorrhea sejak 6 bulan yang lalu. Leukorrhea berwarna kuning dan menyebabkan rasa gatal dan panas pada kemaluan. Klien juga mengeluhkan mengalami post coital bleeding sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat obstetri klien P4A0. Dokter obsgyn menyarankan untuk melakukan pap smear pada klien. Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan Displasia Level Tinggi atau CIC (carcinoma in- situ; kanker tapi tidak invasif). Membutuhkan kolposkopi dengan biopsi kerucut . Dokter menyarankan klien utuk menjalani Kemoterapi. Dalam pengobatan kemoterapi pasien harus menjalani enam seri pengobatan dan setiap masing – masing seri pengobatan kemo berjarak tiga minggu. Sebagai awal dari pengobatan, pasien mendapat obat untuk kemo yaitu Cisplatin seri I 80 mg dan 5FU5 60 mg selama empat hari dan dilakukan cek lab 2 minggu setelah kemoterapi untuk mengetahui apakah awal kemoterapi berhasil dilakukan, kemudian setelah tiga minggu dilakukan kemo seri ke dua dengan obat kemo Cisplatin II dengan dosis 80 mg dan 5FU560 mg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. S sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (kanker serviks)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek samping kemoterapi
3. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker serviks dan kemoterapi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (kanker serviks)
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Pengelolaan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan: Pasien Ny. S mengalami nyeri abdomen bagian bawah yang merupakan gejala dari kanker serviks yang dideritanya. Perawat perlu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek samping kemoterapi
- SDKI: Risiko infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi
Penjelasan: Pasien Ny. S akan menjalani kemoterapi, yang dapat menyebabkan penurunan sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi. Perawat perlu melakukan pencegahan infeksi secara proaktif, memantau tanda-tanda infeksi, dan memberikan edukasi kepada pasien.
3. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker serviks dan kemoterapi
- SDKI: Ansietas
- SLKI: Manajemen Ansietas
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan: Pasien Ny. S menghadapi diagnosis kanker serviks dan harus menjalani kemoterapi, yang dapat menimbulkan kecemasan. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan pasien, memberikan intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan, dan memberikan dukungan emosional kepada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti nutrisi, sistem eliminasi, konseling, dan edukasi terkait pengobatan, serta melibatkan keluarga dalam proses perawatan. -
Article No. 3612 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 45 Tahun bernama Ny.S datang ke Rumah Sakit Respati dengan keluhan nyeri abdomen bagian bawah, pusing, dan mengeluarkan darah dari kemaluannya sejak 1 minggu yang lalu dan saat periksa kerumah sakit perdarahan sudah berhenti. Hasil anamnesa perawat maternitas menunjukkan hasil Ny.S mengalami riwayat leukorrhea sejak 6 bulan yang lalu. Leukorrhea berwarna kuning dan menyebabkan rasa gatal dan panas pada kemaluan. Klien juga mengeluhkan mengalami post coital bleeding sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat obstetri klien P4A0. Dokter obsgyn menyarankan untuk melakukan pap smear pada klien. Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan Displasia Level Tinggi atau CIC (carcinoma in- situ; kanker tapi tidak invasif). Membutuhkan kolposkopi dengan biopsi kerucut . Dokter menyarankan klien utuk menjalani Kemoterapi. Dalam pengobatan kemoterapi pasien harus menjalani enam seri pengobatan dan setiap masing – masing seri pengobatan kemo berjarak tiga minggu. Sebagai awal dari pengobatan, pasien mendapat obat untuk kemo yaitu Cisplatin seri I 80 mg dan 5FU5 60 mg selama empat hari dan dilakukan cek lab 2 minggu setelah kemoterapi untuk mengetahui apakah awal kemoterapi berhasil dilakukan, kemudian setelah tiga minggu dilakukan kemo seri ke dua dengan obat kemo Cisplatin II dengan dosis 80 mg dan 5FU560 mg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan efek samping kemoterapi.
c. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit dan pengobatan kemoterapi.
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi:
- SDKI: Risiko terganggunya kemampuan tubuh dalam mencegah dan/atau menangkal masuknya agen infeksi dari lingkungan internal dan eksternal.
- SLKI: Kemampuan individu untuk mencegah atau menangani infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengenali, mencegah, dan menangani infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan efek samping kemoterapi:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Kemampuan individu untuk mengenali, melaporkan, dan mengelola nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengelola nyeri.
c. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit dan pengobatan kemoterapi:
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya yang tidak jelas.
- SLKI: Kemampuan individu untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengelola kecemasan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengelola kecemasan.
Dalam konteks kasus ini, pasien menghadapi risiko infeksi akibat efek samping kemoterapi, nyeri akut yang mungkin timbul, serta kecemasan terkait prognosis penyakit dan pengobatan yang akan dijalani. Peran perawat adalah mengidentifikasi, memantau, dan mengelola masalah-masalah tersebut sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku.