Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18310 | 06 Jun 2025
Klinis : pasien kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi pasien kejang.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien kejang adalah "Risiko Cedera". Risiko Cedera merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana pasien berisiko mengalami cedera fisik akibat adanya gangguan neurologis yang menyebabkan kejang. Pasien dengan kejang memiliki risiko tinggi untuk mengalami cedera, terutama cedera kepala, gigi, lidah, atau cedera lainnya selama episode kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tidak terjadi cedera selama episode kejang.
2. Pasien dan keluarga memahami faktor pencetus, tanda gejala, dan tindakan pertolongan pertama saat terjadi kejang.
3. Pasien dapat mengenali tanda-tanda awal kejang dan melakukan tindakan pencegahan.
4. Pasien dan keluarga dapat mengelola faktor risiko terjadinya kejang.
5. Pasien menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi akibat kejang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan:
1. Manajemen Risiko Cedera
- Identifikasi faktor risiko dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan cedera selama episode kejang.
- Ciptakan lingkungan yang aman dengan memindahkan benda-benda tajam atau keras dari jangkauan pasien.
- Posisikan pasien pada tempat yang aman dan bersih saat terjadi kejang.
- Pastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan bebas hambatan.
- Berikan bantuan pernapasan jika diperlukan.
- Lakukan tindakan pertolongan pertama yang sesuai saat terjadi kejang.
2. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan mengenai penyebab, tanda gejala, dan faktor pencetus kejang.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengenali tanda awal kejang dan melakukan tindakan pencegahan.
- Berikan edukasi tentang manajemen faktor risiko, seperti menjaga pola tidur, menghindari stres, dan mengatur regimen pengobatan.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
3. Dukungan Psikologis
- Nilai respons psikologis pasien dan keluarga terhadap kondisi kejang.
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien serta keluarga untuk menghadapi perubahan kondisi.
- Fasilitasi diskusi dan tanya jawab untuk membantu pasien dan keluarga memahami kondisi dan proses perawatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikolog atau konselor, jika diperlukan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bebas dari cedera selama episode kejang, mampu mengelola faktor risiko, dan dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi akibat kejang. -
Article No. 18311 | 06 Jun 2025
Klinis : MUNTAH 10 KALI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi MUNTAH 10 KALI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi MUNTAH 10 KALI adalah Risiko Dehidrasi. Risiko Dehidrasi didefinisikan sebagai "Peningkatan risiko kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat membahayakan kesehatan" (SDKI, 2017). Kondisi muntah yang berulang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara signifikan, sehingga pasien berisiko mengalami dehidrasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Keseimbangan Cairan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, turgor kulit yang baik, dan tidak ada gejala dehidrasi.
b. Pengendalian Mual dan Muntah: Pasien dapat mengendalikan mual dan muntah, ditandai dengan frekuensi muntah yang berkurang dan tidak ada lagi keluhan mual.
c. Pengetahuan tentang Manajemen Mual dan Muntah: Pasien dan/atau keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen mual dan muntah, termasuk penyebab, pencegahan, dan penanganannya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
a. Pemantauan Tanda Vital dan Status Cairan:
- Ukur dan catat tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah) secara berkala.
- Pantau intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, dll).
- Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi status elektrolit.
b. Manajemen Mual dan Muntah:
- Berikan antiemetik sesuai dengan instruksi dokter untuk mengurangi frekuensi muntah.
- Hindari makanan dan minuman yang dapat memicu mual dan muntah.
- Berikan diet yang mudah dicerna dan rendah lemak.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan manajemen stres untuk mengurangi mual.
c. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Jelaskan penyebab, pencegahan, dan penanganan mual dan muntah.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengelola mual dan muntah di rumah.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu keseimbangan cairan yang adekuat, pengendalian mual dan muntah, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi tersebut. -
Article No. 18312 | 06 Jun 2025
Klinis : anemia, pasien mengatakan lemas, BAB hitam Mual, pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan anemia yang ditandai dengan pasien mengatakan lemas.
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Tanda dan gejala: Pasien mengatakan lemas, pusing, mual.
2. Perubahan Pola Eliminasi Gastrointestinal berhubungan dengan anemia yang ditandai dengan BAB hitam.
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, atau karakteristik eliminasi fekal yang tidak sesuai dengan pola normal individu.
- Tanda dan gejala: BAB hitam.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
- Pasien dapat mengelola kelelahan.
2. Perubahan Pola Eliminasi Gastrointestinal:
- Pola eliminasi normal kembali.
- Pasien dapat mengelola perubahan pola eliminasi.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda komplikasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi intoleransi aktivitas, seperti anemia.
- Lakukan pengkajian status fisiologis pasien, termasuk tanda-tanda vital.
- Atur aktivitas sesuai dengan toleransi pasien, berikan bantuan sebagaimana diperlukan.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen kelelahan, seperti pengaturan jadwal istirahat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi anemia, misalnya pemberian suplemen besi.
2. Perubahan Pola Eliminasi Gastrointestinal:
- Identifikasi penyebab perubahan pola eliminasi, yaitu anemia.
- Kaji pola eliminasi dan karakteristik feses pasien.
- Berikan nutrisi dan cairan yang sesuai untuk mengatasi perubahan pola eliminasi.
- Ajarkan pasien mengenali tanda-tanda komplikasi dan kapan harus mencari bantuan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi anemia sebagai penyebab utama.
Dengan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 18313 | 06 Jun 2025
Klinis : anemia, pasien, BAB hitam Mual, pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: anemia, pasien, BAB hitam, mual, pusing.
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu anemia, BAB hitam, mual, dan pusing, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Defisiensi Volume Cairan (00027)
Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Faktor yang berhubungan: Kehilangan cairan gastrointestinal (seperti BAB hitam), penurunan asupan cairan, mual.
Gejala dan tanda mayor: Mulut kering, pusing, kelelahan.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan (00028)
Definisi: Rentan mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor risiko: Anemia, penurunan asupan cairan, kehilangan cairan gastrointestinal.
Gejala dan tanda mayor: Mulut kering, pusing, letargi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Cairan (0601)
- Indikator:
- Intake cairan adekuat
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Berat badan stabil
- Turgor kulit baik
- Target: Pasien menunjukkan status cairan yang adekuat sesuai kebutuhan individual.
2. Kontrol Mual (1618)
- Indikator:
- Mual berkurang
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Asupan makanan dan cairan adekuat
- Target: Pasien dapat mengontrol mual dan mampu mempertahankan asupan makanan dan cairan yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Cairan (4120)
- Kaji status cairan pasien (intake, output, tanda-tanda dehidrasi)
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kehilangan cairan (misalnya pemberian antiemetik untuk mengatasi mual)
2. Manajemen Mual (1450)
- Identifikasi faktor penyebab mual (misalnya anemia, BAB hitam)
- Berikan antiemetik sesuai resep
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab mual
3. Manajemen Energi (0180)
- Kaji tingkat kelelahan pasien
- Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat
- Berikan nutrisi yang sesuai untuk meningkatkan energi
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk mengoptimalkan asupan nutrisi
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan yang adekuat dan kontrol mual yang optimal, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 18314 | 06 Jun 2025
Klinis : anemia, pasien, BAB hitam, pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan anemia, BAB hitam, dan pusing.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Defisiensi Volume Cairan (00027). Diagnosis ini didasarkan pada kondisi pasien yang mengalami anemia, BAB hitam, dan pusing, yang dapat menunjukkan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Hemodinamik (0801): Pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu) dalam rentang normal.
2. Keseimbangan Cairan (0601): Pasien menunjukkan keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan.
3. Pengendalian Nyeri (1605): Pasien melaporkan penurunan nyeri/pusing yang dirasakan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan Cairan (4120)
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan pasien secara akurat.
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keseimbangan cairan.
2. Manajemen Hipovolemia (4120)
- Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Monitor respons pasien terhadap pemberian cairan.
- Lakukan tindakan untuk mengatasi penyebab hipovolemia.
3. Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan kebutuhan dan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis kepada pasien.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI: Defisiensi Volume Cairan (00027)
- Anemia, BAB hitam, dan pusing dapat menjadi gejala dari defisiensi volume cairan, yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan, ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan, atau gangguan mekanisme regulasi cairan.
- Diagnosis ini berfokus pada ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien, yang memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
2. Luaran/Output SLKI:
- Stabilitas Hemodinamik (0801): Memastikan tanda-tanda vital pasien stabil dan berada dalam rentang normal, yang menandakan adanya keseimbangan cairan dan fungsi organ yang baik.
- Keseimbangan Cairan (0601): Memastikan asupan dan pengeluaran cairan pasien seimbang, sehingga tidak terjadi defisiensi atau kelebihan cairan.
- Pengendalian Nyeri (1605): Mengurangi atau menghilangkan gejala pusing yang dirasakan oleh pasien, sehingga meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup pasien.
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
- Pemantauan Cairan (4120): Memantau asupan dan pengeluaran cairan pasien secara akurat, serta tanda-tanda vital untuk mendeteksi adanya ketidakseimbangan cairan.
- Manajemen Hipovolemia (4120): Memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan pasien, serta melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab hipovolemia.
- Manajemen Nyeri (1400): Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberikan analgesik sesuai resep, dan mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis kepada pasien.
Dengan diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah, sehingga dapat mencapai stabilitas hemodinamik, keseimbangan cairan, dan pengendalian nyeri yang optimal. -
Article No. 18256 | 05 Jun 2025
Klinis : Terdaoat benjolan pada labia mayora kiri, nyeri skala 7, bengkak, merah,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N76.0
- Deskripsi: Abses vulva
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika diperlukan):
- Kode: 71.2X
- Deskripsi: Insisi dan drainase abses vulva
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N76.0 (Abses vulva) sesuai dengan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu adanya benjolan pada labia mayora kiri yang disertai dengan nyeri, bengkak, dan kemerahan. Kondisi ini menunjukkan adanya infeksi lokal pada area vulva yang menyebabkan pembentukan abses.
2. Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah insisi dan drainase abses vulva, yang dapat dikodekan dengan kode ICD-9-CM 71.2X. Prosedur ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan atau eksudat yang terkumpul di dalam abses, sehingga dapat membantu mengurangi gejala dan mempercepat proses penyembuhan.
Sebagai dokter atau perekam medis, kami menyarankan agar Anda segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang kompeten untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang sesuai. Penanganan yang cepat dan tepat dapat membantu mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 18257 | 05 Jun 2025
Klinis : Stabilisasi jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Stabilisasi Jalan Nafas":
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas (00030)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan/atau eliminasi karbon dioksida.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Ventilasi Spontan Memadai (0402)
Definisi: Kemampuan untuk bernapas secara efektif dan efisien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Stabilisasi Jalan Nafas (6240)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan menjaga jalan napas terbuka agar dapat memaksimalkan pertukaran gas.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Pertukaran Gas" menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan/atau eliminasi karbon dioksida. Tujuan dari intervensi "Stabilisasi Jalan Nafas" adalah untuk mempertahankan dan menjaga jalan napas terbuka agar dapat memaksimalkan pertukaran gas, sehingga dapat mencapai luaran keperawatan "Ventilasi Spontan Memadai" yang menggambarkan kemampuan pasien untuk bernapas secara efektif dan efisien. -
Article No. 18258 | 05 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri umur 17 tahun, diajak bicara menunduk. Muka tegang. Tidak berkomunikasi, sebutkan diagnosa Icd, Nanda, sdki, slki, siki, dan pemeriksaan penunjang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Seorang remaja putri umur 17 tahun, diajak bicara menunduk. Muka tegang. Tidak berkomunikasi.
Berdasarkan gejala yang Anda berikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Gangguan Komunikasi Verbal (SDKI: 00051)
Definisi: Kemampuan yang terganggu untuk menyampaikan pesan secara lisan.
Karakteristik Definisi:
- Kontak mata berkurang
- Berbicara dengan suara pelan
- Tidak merespon pertanyaan
- Menghindari kontak sosial
b. Kecemasan (SDKI: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang yang dirasakan individu dan sumber yang spesifik dapat diidentifikasi.
Karakteristik Definisi:
- Gelisah
- Tegang
- Muka tegang
- Menghindari kontak sosial
Diagnosa ICD-10: F41.1 Gangguan Kecemasan Generalisasi
Diagnosa NANDA: Kecemasan (00146)
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dicapai adalah:
a. Peningkatan Komunikasi Verbal (SLKI: 1302)
Kriteria Hasil:
- Kontak mata membaik
- Volume suara meningkat
- Menjawab pertanyaan
- Terlibat dalam percakapan
b. Penurunan Kecemasan (SLKI: 1402)
Kriteria Hasil:
- Tampak tenang
- Ekspresi wajah rileks
- Mampu mengungkapkan perasaan
- Melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
a. Intervensi untuk Peningkatan Komunikasi Verbal (SIKI: 5270)
- Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung komunikasi
- Memberikan kesempatan kepada klien untuk berbicara dan mengungkapkan perasaannya
- Menggunakan komunikasi terapeutik yang efektif
- Memberikan umpan balik positif atas upaya komunikasi klien
b. Intervensi untuk Penurunan Kecemasan (SIKI: 5820)
- Mengenali penyebab kecemasan klien
- Membantu klien mengidentifikasi strategi koping yang efektif
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis
- Mengajarkan teknik relaksasi
- Memfasilitasi aktivitas yang menyenangkan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
- Pemeriksaan psikologis (seperti tes kepribadian, tes kecemasan)
- Pemeriksaan laboratorium (jika diperlukan untuk menyingkirkan kondisi medis)
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan remaja putri tersebut dapat meningkatkan komunikasi verbal, menurunkan kecemasan, dan mencapai kondisi yang lebih baik. -
Article No. 18259 | 05 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri umur 17 tahun, diajak bicara menunduk. Muka tegang. Tidak berkomunikasi, sebutkan diagnosa Icd, Nanda, sdki, slki, siki, dan pemeriksaan penunjang.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan, yakni seorang remaja putri berusia 17 tahun yang diajak bicara menunduk, muka tegang, dan tidak berkomunikasi, maka dapat diidentifikasi diagnosis dan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F93.8
- Deskripsi: Gangguan emosional masa kanak-kanak, lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 90801
- Deskripsi: Evaluasi psikiatrik komprehensif
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, seperti muka tegang, menunduk, dan tidak berkomunikasi, remaja ini menunjukkan adanya gangguan emosional masa kanak-kanak lainnya (F93.8). Kondisi ini dapat mencerminkan masalah psikologis atau emosional yang sedang dihadapi oleh remaja tersebut.
Untuk mengetahui diagnosis yang lebih spesifik dan rencana penanganan yang tepat, diperlukan evaluasi psikiatrik komprehensif (kode ICD-9-CM 90801). Pemeriksaan ini dapat mencakup:
- Anamnesis yang mendalam untuk mengidentifikasi faktor-faktor pencetus dan riwayat kondisi kesehatan mental.
- Pemeriksaan mental untuk menilai status kognitif, afektif, dan perilaku.
- Pemeriksaan fisik untuk mengecludenkan kemungkinan penyebab organik.
- Tes psikologis atau tes kepribadian untuk mengkaji profil psikologis.
- Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium atau pencitraan otak jika diperlukan.
Berdasarkan hasil evaluasi komprehensif tersebut, dokter dapat menegakkan diagnosis dan menyusun rencana penanganan yang sesuai, baik secara farmakologis maupun psikoterapi. -
Article No. 18260 | 05 Jun 2025
Klinis : Keluarga Bapak Arman tinggal di daerah pinggiran kota Padang. Ia tinggal bersama istrinya (Ny. Arman) dan dua anak yang masih sekolah. Saat kunjungan pertama, perawat menemukan bahwa Bapak Arman didiagnosis menderita diabetes melitus tipe 2 sejak satu tahun lalu, namun tidak rutin memeriksakan diri ke puskesmas. Istrinya menyatakan bahwa mereka tidak terlalu paham cara mengatur pola makan yang sesuai, dan terkadang lupa memberi obat. Anak-anak tidak terlalu peduli dengan kondisi ayah mereka. Lingkungan rumah cukup bersih, namun tidak ada tempat khusus untuk menyimpan obat dengan baik. Keluarga ini belum pernah menerima penyuluhan tentang manajemen penyakit kronis. Apa diagnosa pembunuhan keluarga yang paling tepat berdasarkan situasi di atas? Pertanyaan 6Menjawab A. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit menular terkait kondisi lingkungan rumah B. Risiko konflik peran dalam keluarga berhubungan dengan ketidakhadiran anggota keluarga C. Gangguan rasa aman keluarga berhubungan dengan kedalaman rumah D. Ketidakefektifan manajemen terapeutik keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan situasi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan SDKI yang paling sesuai adalah:
D. Ketidakefektifan manajemen terapeutik keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga
Penjelasan:
Diagnosis ini tepat karena memuat berbagai permasalahan yang terjadi pada keluarga Bapak Arman, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan diabetes melitus tipe 2, seperti pengaturan pola makan yang sesuai dan pemberian obat secara teratur.
2. Kurangnya dukungan keluarga, terutama dari anak-anak, dalam memantau kondisi kesehatan Bapak Arman.
3. Lingkungan rumah yang kurang mendukung, seperti tidak adanya tempat khusus untuk menyimpan obat dengan baik.
4. Belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang manajemen penyakit kronis, sehingga keluarga belum memiliki kemampuan yang memadai.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keluarga mampu mengenali tanda dan gejala komplikasi diabetes melitus.
2. Keluarga mampu melakukan pengaturan pola makan yang sesuai untuk Bapak Arman.
3. Keluarga mampu memberikan obat-obatan secara teratur dan tepat.
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan rumah yang mendukung pengelolaan diabetes melitus.
5. Keluarga mampu memantau kondisi kesehatan Bapak Arman secara berkala.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Berikan pendidikan kesehatan tentang diabetes melitus tipe 2, termasuk tanda-tanda komplikasi dan pengelolaannya.
2. Ajarkan keluarga tentang pengaturan pola makan yang sesuai untuk Bapak Arman.
3. Ajarkan keluarga tentang cara pemberian obat-obatan secara teratur dan tepat.
4. Bantu keluarga untuk menyediakan tempat khusus penyimpanan obat-obatan yang aman dan mudah diakses.
5. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam memantau kondisi kesehatan Bapak Arman dan memberikan dukungan.
6. Lakukan kunjungan rumah secara berkala untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan pengelolaan diabetes melitus oleh keluarga.