Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1955 | 11 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan nueri perut menjalar ke pingang rencana persalinan normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan proses persalinan normal ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut yang menjalar ke pinggang.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
2. Pasien mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif
3. Pasien mempertahankan aktivitas sesuai toleransi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
2. Persiapan Persalinan
- Kaji kesiapan ibu untuk proses persalinan
- Edukasi ibu tentang proses persalinan dan manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memfasilitasi proses persalinan
Harapannya, dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk mengelola nyeri akut yang dialami pasien serta mempersiapkan ibu secara komprehensif menghadapi proses persalinan normal. -
Article No. 1956 | 11 Oct 2024
Klinis : Manajemen trauma perkosaan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Manajemen Trauma Perkosaan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Trauma psikologis berhubungan dengan perkosaan, ditandai dengan gejala-gejala kecemasan, depresi, dan stres pasca-trauma.
2. Risiko cidera berhubungan dengan trauma fisik akibat perkosaan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka-luka akibat perkosaan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma dan luka-luka akibat perkosaan.
Penjelasan Singkat:
1. Trauma Psikologis berhubungan dengan Perkosaan:
- SDKI: Trauma Psikologis
- SLKI: Pemulihan Trauma Psikologis
- SIKI: Terapi Kognitif, Terapi Relaksasi, Konseling Krisis
2. Risiko Cidera berhubungan dengan Trauma Fisik Akibat Perkosaan:
- SDKI: Risiko Cidera
- SLKI: Integritas Fisik
- SIKI: Manajemen Nyeri, Perawatan Luka, Perlindungan Diri
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Luka-luka Akibat Perkosaan:
- SDKI: Gangguan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Luka, Terapi Nutrisi
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan Trauma dan Luka-luka Akibat Perkosaan:
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi, Edukasi Kebersihan Diri
Sebagai perawat, saya akan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu korban perkosaan dalam proses pemulihan fisik dan psikologis. -
Article No. 1957 | 11 Oct 2024
Klinis : Manajemen trauma perkosaan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan Perkosaan
2. Trauma Emosional berhubungan dengan Perkosaan
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan Perkosaan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan Perkosaan
- Definisi: Kerentanan terhadap luka fisik yang dapat mengancam integritas jaringan tubuh akibat tindakan perkosaan.
- Penyebab: Perkosaan, kekerasan fisik.
- Faktor Risiko: Ketidakmampuan untuk membela diri, lokasi dan waktu terjadinya perkosaan.
2. Trauma Emosional berhubungan dengan Perkosaan
- Definisi: Pengalaman emosional yang sangat menyakitkan dan mengganggu fungsi psikologis akibat tindakan perkosaan.
- Penyebab: Perkosaan, kekerasan seksual.
- Faktor Risiko: Riwayat trauma sebelumnya, dukungan sosial yang kurang, koping yang tidak efektif.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan Perkosaan
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perbanyakan mikroorganisme patogen yang dapat mengancam kesehatan akibat tindakan perkosaan.
- Penyebab: Perkosaan, luka pada organ genitalia.
- Faktor Risiko: Kebersihan yang buruk, riwayat infeksi sebelumnya, imunitas yang lemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Jaringan Membaik
2. Pemulihan Trauma Emosional
3. Bebas Infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Trauma Fisik
2. Terapi Trauma Emosional
3. Pencegahan Infeksi
Peran perawat dalam manajemen trauma perkosaan adalah memberikan perawatan komprehensif yang meliputi aspek fisik, psikologis, dan sosial. Perawat harus mampu memberikan dukungan emosional, intervensi terapeutik, serta memfasilitasi akses ke layanan kesehatan dan layanan sosial lainnya untuk membantu korban dalam proses pemulihan. -
Article No. 1958 | 11 Oct 2024
Klinis : MUNTAH
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi 'Muntah'.
Diagnosa Keperawatan:
Mual dan Muntah
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mual dan muntah adalah sensasi tidak nyaman yang dirasakan di perut yang dapat menyebabkan pengeluaran isi perut melalui mulut secara tidak terkendali.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan mual dan muntah adalah pasien dapat mengendalikan frekuensi dan durasi mual dan muntah, tidak terjadi dehidrasi, serta pasien merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Monitor tanda-tanda vital, intake-output cairan, dan berat badan pasien.
2. Berikan antiemetik sesuai resep dokter.
3. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan cairan yang mudah dicerna.
4. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa mual.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih untuk mencegah terjadinya infeksi.
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment menyeluruh, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mengatasi mual dan muntah secara efektif. -
Article No. 1959 | 11 Oct 2024
Klinis : MUNTAH
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "MUNTAH" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual dan muntah
Penjelasan:
Kode ICD-10 R11.0 digunakan untuk menggambarkan kondisi mual dan muntah. Ini merupakan salah satu gejala yang umum ditemukan dalam berbagai kondisi medis, seperti:
- Gastroenteritis
- Infeksi saluran cerna
- Obat-obatan tertentu
- Kehamilan (mual dan muntah pada awal kehamilan)
- Kondisi medis lainnya yang melibatkan saluran cerna
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.0
- Deskripsi: Injeksi atau infusi obat anti-mual dan anti-muntah
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 94.0 digunakan untuk mencatat pemberian injeksi atau infusi obat anti-mual dan anti-muntah. Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengatasi gejala muntah yang terjadi akibat berbagai kondisi medis, seperti:
- Efek samping pengobatan (misalnya kemoterapi)
- Gastroenteritis
- Kehamilan (mual dan muntah pada awal kehamilan)
- Kondisi medis lainnya yang menyebabkan muntah
Pemberian obat anti-mual dan anti-muntah ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala muntah, sehingga dapat membantu meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 1960 | 11 Oct 2024
Klinis : Nausea
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis nausea dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Nausea
Nausea merupakan sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat menyebabkan dorongan untuk muntah. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, obat-obatan, kehamilan, atau kondisi medis lainnya. Kode ICD-10 R11.0 digunakan untuk mengkodekan nausea sebagai diagnosis utama atau kondisi yang menjadi perhatian.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.1
- Deskripsi: Pemberian anti-emetik
Prosedur umum yang mungkin dilakukan dalam penanganan nausea adalah pemberian obat anti-emetik, yang dapat membantu mengurangi atau menghilangkan rasa mual. Kode ICD-9-CM 94.1 digunakan untuk mengkodekan pemberian anti-emetik sebagai tindakan medis yang dilakukan dalam penanganan kondisi nausea.
Catatan: Kode ICD-9-CM digunakan dalam sistem klasifikasi penyakit dan tindakan medis yang sebelumnya digunakan di Amerika Serikat, sedangkan kode ICD-10 merupakan sistem klasifikasi yang saat ini digunakan secara global. -
Article No. 1961 | 11 Oct 2024
Klinis : ketidakstabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait dengan kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R73.9
- Deskripsi: Hiperglikemia, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R73.9 digunakan untuk mengkodekan kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah, di mana terdapat peningkatan kadar glukosa dalam darah yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain yang lebih spesifik, seperti diabetes melitus.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.28
- Deskripsi: Pemantauan kadar glukosa darah
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 99.28 digunakan untuk mengkodekan tindakan pemantauan kadar glukosa darah, yang merupakan salah satu prosedur yang sering dilakukan dalam penatalaksanaan kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium atau penggunaan alat pengukur glukosa darah. -
Article No. 1962 | 11 Oct 2024
Klinis : sakit mata ketika melihat cahaya sampai sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sakit mata ketika melihat cahaya sampai sakit kepala, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan nyeri mata akibat cahaya.
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik, psikologis, atau lingkungan. Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri mata ketika terkena cahaya, yang dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, dibutuhkan, atau diharapkan. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien antara lain kelelahan, nyeri, dan perubahan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan Intoleransi Aktivitas adalah peningkatan toleransi terhadap aktivitas, penurunan kelelahan, dan peningkatan kemampuan beraktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan edukasi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk membantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
Dengan adanya standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk membantu pasien dengan kondisi sakit mata ketika melihat cahaya sampai sakit kepala. -
Article No. 1963 | 11 Oct 2024
Klinis : data subjektif : pasien mengatakan batuk berdahak data objektif : pasien terlihat batuk terus menerus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien dapat batuk efektif.
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
3. Pasien dapat bernafas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pemeriksaan fisik, identifikasi penyebab, dan auskultasi bunyi napas.
2. Berikan edukasi kepada pasien tentang teknik batuk efektif.
3. Fasilitasi pasien untuk melakukan drainase sekret, seperti postural drainage.
4. Berikan terapi oksigen jika diperlukan.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat, jika diperlukan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat -
Article No. 1964 | 11 Oct 2024
Klinis : data subjektif : pasien mengatakan batuk berdahak data objektif : pasien terlihat batuk terus menerus
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J40
- Deskripsi: Bronkitis, tidak ditentukan apakah akut atau kronis
Penjelasan:
Kode ICD-10 J40 (Bronkitis, tidak ditentukan apakah akut atau kronis) sesuai dengan gejala pasien yang mengeluhkan batuk berdahak dan terlihat batuk terus-menerus. Bronkitis merupakan peradangan pada saluran pernapasan besar (bronkus) yang dapat menyebabkan batuk, produksi dahak, dan sesak napas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM procedure yang spesifik untuk kondisi ini. Penatalaksanaan yang mungkin dilakukan adalah pengobatan simptomatik, seperti pemberian obat pereda batuk, ekspektoran, atau kortikosteroid inhalasi, serta terapi lainnya sesuai kebutuhan pasien.