Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2039 | 12 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan umur 35 tahun dirawat di RS dengan keluhan sesak nafas kepala pusing dan terasa berputar dan tidak nyaman saat bernafas sambil berbaring hasil pemeriksaan klien tampak menggunakan otot bantu pernapasan fase ekspirasi memanjang nampak seperti dari segala-segel Saat bernapas pemeriksaan TD 145/95 mmhg Nad 100 kali per menit RR 34 kali per menit suhu tubuh 37 derajat celcius klien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak jatuh dari motor dan kepala membentur aspal keluarga mengatakan klien ada riwayat kejang sebelum masuk RS risiko cedera berdasarkan kasus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
2. Risiko Cedera Kepala
Penjelasan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang adekuat untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pola napas yang efektif, Pertukaran gas yang adekuat, Pengendalian pernapasan yang baik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Jalan Napas, Manajemen Pernapasan, Manajemen Oksigenasi.
Penjelasan: Pasien mengalami sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan fase ekspirasi yang memanjang, menunjukkan adanya gangguan pola napas tidak efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan jalan napas yang efektif, manajemen pernapasan, dan manajemen oksigenasi.
2. Risiko Cedera Kepala
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kerentanan terhadap cedera fisik pada kepala, yang dapat mengganggu integritas struktur atau fungsi otak.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Integritas struktur dan fungsi otak yang terjaga, Respons neurologis yang adekuat, Pemulihan cedera kepala yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Cedera Kepala, Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial, Manajemen Peningkatan Perfusi Serebral.
Penjelasan: Pasien memiliki riwayat jatuh dari motor dan membentur kepala di aspal, serta adanya riwayat kejang sebelum masuk rumah sakit, sehingga terdapat risiko cedera kepala. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cedera kepala, manajemen peningkatan tekanan intrakranial, dan manajemen peningkatan perfusi serebral.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk mengidentifikasi masalah, menetapkan luaran yang diharapkan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 2040 | 12 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia berusia 70 tahun mengeluh kakinya terasa sakit setiap dipakai berjalan. Memiliki riwayat jatuh 7 tahun yang lalu. Hasil pengkajian awal didapatkan data bahwa postur tubuh pendek, kifosis,cara berjalan berpegangan pada benda sekitarnya. Apakah masalah keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus tersebut. a. Nyeri akut b. Risiko cedera c. Cemas d. Gangguan mobilitas fisik e. Risiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Saya sebagai perawat profesional akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
d. Gangguan mobilitas fisik
Penjelasan:
Berdasarkan data yang Anda berikan, pasien lansia usia 70 tahun mengalami keluhan nyeri pada kaki setiap kali berjalan, postur tubuh pendek, kifosis, dan berjalan dengan berpegangan pada benda sekitar. Hal ini menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik pada pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan mobilitas fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat melakukan pergerakan fisik secara mandiri, tidak tergantung pada bantuan orang lain, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen nyeri
2. Latihan mobilitas fisik
3. Edukasi terkait alat bantu gerak (walker, tongkat)
4. Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh
Sehingga, berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Gangguan mobilitas fisik, dengan penjelasan dan rencana tindakan keperawatan sesuai standar SDKI - SLKI - SIKI. -
Article No. 2041 | 12 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia laki-laki berusia 76 tahun mengeluh nyeri pada lutut kanan dengan skala nyeri 6 terutama saat digerakkan. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan lutut kanan bengkak, merah, hangat dan sulit digerakkan. Berat badan klien 90 Kg dengan tinggi badan 150 cm. Apakah diagnosa keperawatan prioritas pada kasus tersebut. a. Nyeri b. Obesitas c. Hambatan mobilitas fisik d. Intoleransi aktivitas e. Keterbatasan aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, diagnosa keperawatan prioritas yang dapat ditegakkan adalah:
a. Nyeri
Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri pada lutut kanan dengan skala nyeri 6, terutama saat digerakkan. Hasil pemeriksaan fisik juga menunjukkan tanda-tanda peradangan seperti bengkak, kemerahan, dan panas. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akibat kerusakan jaringan.
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI:
- Mengkaji nyeri secara komprehensif (SIKI)
- Melakukan manajemen nyeri non-farmakologis (SIKI)
- Memantau respon terhadap terapi nyeri (SLKI)
- Memberikan edukasi terkait manajemen nyeri (SIKI)
b. Keterbatasan Aktivitas
Definisi SDKI: Keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
Penjelasan:
Dengan kondisi lutut yang bengkak, merah, hangat, dan sulit digerakkan, pasien kemungkinan akan mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik.
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI:
- Mengkaji kemampuan fungsional pasien (SIKI)
- Memberikan latihan fisik yang sesuai (SIKI)
- Memfasilitasi aktivitas sehari-hari (SIKI)
- Memantau toleransi pasien terhadap aktivitas (SLKI)
Diagnosa keperawatan lainnya, seperti Obesitas dan Intoleransi Aktivitas, tidak menjadi prioritas utama dalam kasus ini. Hambatan Mobilitas Fisik dapat menjadi diagnosa sekunder yang terkait dengan Nyeri dan Keterbatasan Aktivitas. -
Article No. 2042 | 12 Oct 2024
Klinis : Ada benjolan di paha kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Perubahan Integritas Kulit
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perubahan Integritas Kulit adalah diagnosa keperawatan dengan karakteristik utama adanya perubahan pada lapisan kulit, mukosa, kornea, atau integumen lainnya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan integritas kulit yang optimal. Luaran yang dapat dicapai meliputi integritas kulit terpelihara, tidak terjadi perubahan lebih lanjut pada kulit, serta tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Observasi: Identifikasi karakteristik benjolan, lokasi, ukuran, warna, serta tanda-tanda infeksi.
b. Tindakan: Perawatan luka, debridement jika perlu, aplikasi krim/salep, dan edukasi tentang perawatan luka.
c. Kolaborasi: Konsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan yang sesuai.
Persona: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan singkat terkait diagnosa keperawatan dan intervensi yang dapat dilakukan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Saya akan memberikan rekomendasi perawatan yang sesuai dengan kondisi klien dan memastikan klien memahami langkah-langkah perawatannya. -
Article No. 2043 | 12 Oct 2024
Klinis : Lansia Ibu S (65 tahun) sejak 1 tahun ini, sering mengeluh sakit kepala. Suaminya (Bapak D) mengeluh terus tentang sakit dengkulnya. Respon Bapak D terhadap sakitnya terkadang mengakibatkan respon psikologis yang ditampilkan dengan ucapan “kalau saya meninggal, saya tidak akan merasa sakit lagi”, sehingga membuat ibu S semakin tidak nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ibu S (65 tahun) dan Bapak D yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Nyeri Kronis berhubungan dengan perubahan proses penuaan (kondisi Ibu S dengan keluhan sakit kepala)
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Respon Psikologis Tidak Efektif berhubungan dengan kecemasan akibat kemungkinan kehilangan pasangan (kondisi Bapak D dengan ucapan "kalau saya meninggal, saya tidak akan merasa sakit lagi")
- SDKI: Respon Psikologis Tidak Efektif
- SLKI: Koping
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Nyeri Kronis berhubungan dengan perubahan proses penuaan (kondisi Ibu S dengan keluhan sakit kepala)
- SDKI: Nyeri Kronis adalah kondisi di mana individu mengalami nyeri persisten atau berulang yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Kontrol Nyeri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan.
- SIKI: Manajemen Nyeri adalah serangkaian intervensi yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan.
2. Respon Psikologis Tidak Efektif berhubungan dengan kecemasan akibat kemungkinan kehilangan pasangan (kondisi Bapak D dengan ucapan "kalau saya meninggal, saya tidak akan merasa sakit lagi")
- SDKI: Respon Psikologis Tidak Efektif adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan psikologis yang tidak sesuai dengan harapan.
- SLKI: Koping adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dan mengatasi stresor.
- SIKI: Manajemen Kecemasan adalah serangkaian intervensi yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan yang dirasakan.
Dalam konteks ini, pendekatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah memberikan dukungan emosional dan psikologis bagi kedua pasien, serta mengembangkan strategi manajemen nyeri dan kecemasan yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup lansia Ibu S dan Bapak D, serta membantu mereka beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat proses penuaan. -
Article No. 2044 | 12 Oct 2024
Klinis : Lansia (60 tahun) datang ke RS dengan keluhan nyeri di ulu hati. Hasil pengkajian menunjukkan klien memiliki riwayat gastritis sejak 3 tahun lalu dan sering kambuh. Klien biasa mengkonsumsi kopi di pagi hari. Klien dapat makan dan minum, walaupun sedikit. Apa prioritas masalah yang terjadi pada klien? a. Nutrisi kurang dari kebutuhan b. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan c. Nyeri akut d. Defisiensi pengetahuan e. Risiko defisit volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi klien lansia dengan keluhan nyeri di ulu hati.
Prioritas masalah yang terjadi pada klien adalah:
c. Nyeri akut
Penjelasan:
Berdasarkan data pengkajian, klien memiliki riwayat gastritis dan sering mengkonsumsi kopi di pagi hari, yang dapat menyebabkan nyeri di ulu hati. Klien juga dapat makan dan minum, meskipun sedikit, menunjukkan adanya masalah nyeri yang terjadi.
Diagnosa keperawatan:
SDKI: Nyeri akut
SLKI: Pengurangan nyeri
SIKI: Manajemen nyeri
Penjelasan singkat:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Pada kasus ini, nyeri di ulu hati disebabkan oleh riwayat gastritis dan konsumsi kopi yang dapat memicu kekambuhan gejala. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, yang meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. -
Article No. 2045 | 12 Oct 2024
Klinis : Lansia 72 tahun, tinggal di panti baru 2 minggu yang lalu diantar oleh kelurganya karena sudah tidak mau mengurus lansia tersebut. Saat pengkajian didapatkan data lansia mengeluh sulit tidur, selalu terbangun tengah malam, terlihat murung menyendiri dan tidak mau berosisalisasi dengan teman-teman yang ada di panti. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus diatas? a. Insomnia b. Gangguan pola tidur c. Cemas d. Perubahan waktu tidur e. Depresi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah:
e. Depresi
Penjelasan:
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Depresi didefinisikan sebagai perasaan sedih, putus asa, kehilangan minat atau kesenangan yang menetap dan mengganggu fungsi sehari-hari. Gejala yang ditunjukkan pada lansia dalam kasus ini, seperti sulit tidur, terbangun tengah malam, murung, menyendiri, dan tidak mau bersosialisasi, mengarah pada diagnosa keperawatan Depresi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk Depresi mencakup luaran seperti tingkat depresi menurun, motivasi meningkat, dan kemampuan beradaptasi meningkat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk menangani Depresi pada lansia di panti dapat meliputi intervensi seperti terapi aktivitas, terapi reminiscence, terapi kelompok, serta pemberian dukungan sosial dan psikologis.
Jadi, diagnosis keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan adalah Depresi, dengan rencana asuhan keperawatan yang mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2046 | 12 Oct 2024
Klinis : Lansia perempuan 60 tahun menderita kanker payudara dan sedang menjalani pengobatan kemoterapi, mengeluh lemas, mual, dan tidak mau makan. klien terlihat lemas, BB saat ini : 64 kg, TB : 170 cm. Tanda-tanda vital : TD:160/100 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 20x/mnt, S:36 ºC. Setelah diperiksa Hasil labolatorium menunjukkan leukosit : 5,3 rb/uL, eritrosit: 2,7 jt/ul, Hb: 9,2 g/dL, Ht:26%, GDS : 143 mg/dL. Apakah diagnose keperawatan utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Malnutrisi berhubungan dengan penurunan intake nutrisi karena mual dan anoreksia akibat efek samping kemoterapi.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Malnutrisi: Keadaan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang dapat menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan, dan komplikasi lain.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan intake nutrisi, efek samping pengobatan, mual, anoreksia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat mempertahankan status gizi yang adekuat, tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan, dan tidak mengalami komplikasi terkait malnutrisi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Pemantauan status nutrisi, pengelolaan mual dan anoreksia, pemberian edukasi dan konseling terkait nutrisi, kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian suplemen nutrisi yang sesuai.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang komprehensif, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk mengatasi risiko malnutrisi pada lansia perempuan yang menderita kanker payudara dan menjalani kemoterapi. -
Article No. 2047 | 12 Oct 2024
Klinis : Lansia laki-laki 70 tahun mengalami penurunan fungsi penglihatan, saat berjalan mengunakan tongkat. Penerangan didalam kamar remang-remang dan terlihat licin. Apakah diagnose yang kemungkinan ada pada kasus diatas? a. Hambatan mobilitas fisik b. Gangguan rasa aman dan nyaman c. Resiko jatuh d. Intoleran aktifitas e. Gangguan peresepsi sensori penglihatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kasus yang Anda berikan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang paling mungkin adalah:
c. Risiko jatuh
Penjelasan:
Risiko jatuh adalah kerentanan individu untuk terjatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik dan psikologis. Pada kasus ini, lansia laki-laki 70 tahun mengalami penurunan fungsi penglihatan, menggunakan tongkat saat berjalan, dan lingkungan kamar yang remang-remang serta terlihat licin, meningkatkan risiko jatuh pada pasien.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko jatuh: Rentan mengalami jatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Risiko jatuh: Tingkat kerentanan individu untuk terjatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik dan psikologis.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Identifikasi faktor risiko jatuh
2. Manajemen lingkungan untuk mencegah jatuh
3. Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko jatuh dan pencegahannya
Dengan diagnosa keperawatan "Risiko jatuh", perawat dapat melakukan intervensi yang tepat untuk mencegah dan meminimalkan risiko jatuh pada pasien, sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pasien. -
Article No. 1889 | 11 Oct 2024
Klinis : Riwayat Kesehatan Saat Ini: • Keluhan Utama: o Batuk berdahak yang berlangsung selama lebih dari 3 minggu, kadang-kadang berdarah (hemoptisis). • Gejala Tambahan: o Demam ringan, terutama di sore dan malam hari. o Keringat malam. o Penurunan berat badan sekitar 6 kg dalam 2 bulan terakhir. o Nafsu makan menurun. o Sesak nafas ringan hingga sedang, terutama setelah aktivitas fisik. Riwayat Kesehatan Masa Lalu: • Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat penyakit kronis sebelumnya. • Kebiasaan: Merokok sejak usia 20 tahun, sekitar 1 bungkus sehari. Tidak ada riwayat konsumsi alkohol. • Kontak dengan Penderita TB: Pernah kontak dengan rekan kerja yang didiagnosis TB sekitar 6 bulan yang lalu. Pemeriksaan Fisik: • Keadaan Umum: Tampak kurus, dengan kulit kering dan pucat. • Suhu tubuh: 37,8°C • Tekanan darah: 110/70 mmHg • Nadi: 88 kali/menit • Pernafasan: 22 kali/menit • Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk dada, namun pergerakan dada tampak berkurang di sisi kanan. • Palpasi: Fremitus taktil meningkat di bagian apeks paru kanan. • Perkusi: Dullness (suara perkusi redup) pada area paru kanan atas. • Auskultasi: Terdengar ronki kasar pada area paru kanan atas, serta bunyi nafas bronkial. Pemeriksaan Laboratorium: • Sputum BTA (Basil Tahan Asam): o Pemeriksaan Mikroskopis (Ziehl-Neelsen Stain): Positif 3+ (banyak BTA terlihat di bawah mikroskop). o Tes Cepat Molekuler (TCM): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis, tanpa deteksi resistensi terhadap rifampisin. • Tes Darah: o Hb: 12,0 g/dL (sedikit rendah, mungkin karena anemia ringan). o Leukosit: 10.200/mm³ (normal, meskipun bisa sedikit meningkat pada infeksi kronis). o Trombosit: 220.000/mm³ (normal). o ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate): 45 mm/jam (meningkat, menandakan adanya proses inflamasi kronis). o CRP (C-Reactive Protein): 20 mg/L (meningkat, menunjukkan peradangan aktif). • Tes Fungsi Hati dan Ginjal: o ALT: 35 IU/L (normal). o AST: 30 IU/L (normal). o Creatinine: 0,9 mg/dL (normal). o Urea: 20 mg/dL (normal). Pemeriksaan Penunjang: • Rontgen Dada: o Temuan: Infiltrat paru kanan di area lobus atas, terlihat kavitas (lubang) berdiameter sekitar 2 cm. Ada bayangan konsolidasi yang menandakan area infeksi aktif. • Mantoux Test (Tes Tuberkulin): o Hasil: Diameter indurasi 18 mm, menunjukkan reaksi positif terhadap infeksi TB. • CT Scan Dada (jika diperlukan): o Temuan: Mengonfirmasi adanya kavitas di lobus atas paru kanan dengan tanda-tanda bronkiektasis sekitarnya dan infiltrat yang tersebar.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini memiliki diagnosis keperawatan Tuberculosis Paru. Berikut penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
3. Kelelahan
4. Gangguan Citra Tubuh
5. Intoleransi Aktivitas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
3. Pemulihan Energi
4. Penerimaan Citra Tubuh
5. Toleransi Aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Batuk
3. Manajemen Kelelahan
4. Terapi Aktivitas
5. Konseling Kesehatan
Penjelasan singkat:
- Pola Napas Tidak Efektif dan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif terkait dengan gejala sesak napas dan batuk berdahak yang dialami pasien.
- Kelelahan terkait dengan penurunan berat badan dan nafsu makan yang menurun.
- Gangguan Citra Tubuh terkait dengan tampilan kurus dan pucat pada pasien.
- Intoleransi Aktivitas terkait dengan sesak napas setelah aktivitas fisik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, manajemen batuk, manajemen kelelahan, terapi aktivitas, dan konseling kesehatan untuk mendukung pemulihan pasien.