Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2116 | 12 Oct 2024
Klinis : D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif. Pendekatan yang saya gunakan adalah akademis dan persona saya sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Definisi:
Kondisi di mana individu menunjukkan ketidakmampuan dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan yang optimal.
Faktor Risiko:
- Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan manajemen kesehatan
- Hambatan finansial atau ekonomi
- Kurangnya dukungan sosial
- Kondisi kronis atau kompleks
- Gangguan kognitif atau mental
Gejala dan Tanda:
- Kesulitan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
- Ketidakmampuan mengakses perawatan kesehatan yang dibutuhkan
- Ketidakmampuan mengelola obat-obatan atau perawatan medis
- Ketidakmampuan mengadaptasi gaya hidup yang sehat
- Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan atau perawatan
Standar Diagnosis, Intervensi, dan Hasil Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi diagnosis keperawatan
- Faktor risiko
- Gejala dan tanda
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan, seperti peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan kemandirian pasien dalam mengelola kesehatan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti edukasi kesehatan, fasilitasi akses layanan kesehatan, dan pemberian dukungan sosial
Dengan memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 2117 | 12 Oct 2024
Klinis : peningkatan pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kurang Pengetahuan didefinisikan sebagai kekurangan atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya paparan, kurang memahami informasi, atau ketidakmampuan mengingat informasi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Kurang Pengetahuan adalah peningkatan pengetahuan pasien atau keluarga terkait dengan topik yang diperlukan untuk membuat keputusan dan tindakan yang tepat dalam mengelola kondisi kesehatannya.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kurang Pengetahuan antara lain:
1. Asesmen pengetahuan: mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien/keluarga saat ini.
2. Peningkatan pengetahuan: memberikan informasi, edukasi, dan bahan ajar yang sesuai.
3. Bimbingan pengambilan keputusan: membantu pasien/keluarga mengambil keputusan yang tepat terkait pengelolaan kondisi.
4. Evaluasi dan tindak lanjut: menilai efektivitas intervensi dan memberikan umpan balik.
Sebagai seorang perawat, saya akan memastikan pasien/keluarga memiliki pemahaman yang cukup terkait kondisi kesehatannya sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam perawatan dan pengambilan keputusan yang tepat. -
Article No. 2118 | 12 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 31 tahun dirujuk ke klinik otologi kami dengan keluhan tinnitus di telinga kanan, rasa penuh di telinga kanan (aural fullness), dan vertigo berulang selama 2 bulan setelah kecelakaan mobil. Pasien tidak memiliki keluhan lain seperti otalgia (nyeri telinga) atau kelemahan wajah. Kedua membran timpani dalam keadaan normal. Pendengaran pasien normal pada hari pertama masuk, namun pada hari kedua setelah masuk, tes audiometri nada murni menunjukkan penurunan ambang 25 dB pada frekuensi rendah di sisi kanan. Pendengaran di sisi kanan pasien menunjukkan pola yang berfluktuasi dan pasien melaporkan vertigo berulang setelah memburuknya rasa penuh di telinga—gejala yang mengarah pada hidrops endolimfatik. CT scan resolusi tinggi tulang temporal dan MRI otak tidak menunjukkan adanya lesi atau kelainan spesifik. Hasil tes kalori, electrococleografia, dan tes potensi miogenik vestibular (vestibular evoked myogenic potential) normal, dan video nistagmografi menunjukkan nistagmus ke kiri pada semua posisi. Pasien didiagnosis dengan PTMD dan kami memulai pengobatan dengan diuretik, terapi steroid sistemik/intratimpani, dan penekan vestibular. Setelah 4 bulan pengobatan medis, pasien mengalami tinitus yang menetap, gangguan pendengaran sensorineural kanan yang berfluktuasi, serta vertigo berulang yang parah dengan nistagmus ke kiri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pendengaran sensorineural berhubungan dengan hidrops endolimfatik, ditandai dengan penurunan ambang dengar 25 dB pada frekuensi rendah di telinga kanan.
2. Gangguan keseimbangan berhubungan dengan hidrops endolimfatik, ditandai dengan vertigo berulang dan nistagmus ke kiri.
3. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan hidrops endolimfatik, ditandai dengan tinnitus menetap di telinga kanan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan pola respons manusia yang terganggu, yang teridentifikasi dari data pengkajian.
- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah keperawatan, penyebab, dan gejala/tanda.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SLKI membantu perawat dalam menetapkan tujuan asuhan keperawatan yang terukur dan dapat dicapai.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- SIKI memberikan panduan bagi perawat dalam menentukan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengelola kondisi pasien dengan hidrops endolimfatik. -
Article No. 2119 | 12 Oct 2024
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat Siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pola napas tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Pola Nafas Tidak Efektif adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi dan oksigenasi.
Penyebab:
1. Obstruksi jalan napas
2. Kelemahan otot pernapasan
3. Kecemasan atau stres
4. Penyakit paru-paru atau kardiovaskular
Gejala:
1. Perubahan frekuensi napas (bradipnea atau takipnea)
2. Perubahan kedalaman napas (hipopnea atau hiperventilasi)
3. Perubahan irama napas (apnea, Cheyne-Stokes, atau Kussmaul)
4. Sianosis
5. Kelelahan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00032
Domain: Aktivitas/Istirahat
Kelas: Pergerakan dan Koordinasi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301
Judul: Ventilasi Paru-paru Efektif
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan pertukaran gas yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
Terima kasih atas perhatiannya. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. Wassalamualaikum. -
Article No. 2120 | 12 Oct 2024
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pola napas tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat menyebabkan pertukaran gas tidak optimal. Karakteristik definisi ini mencakup pernapasan dangkal, takipnea, bradipnea, atau penggunaan otot-otot bantu pernapasan yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat dan meningkatkan pola napas yang efektif. Luaran yang diharapkan dapat dicapai antara lain: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif antara lain: Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian oksigen, Pengaturan posisi, Latihan pernapasan, Edukasi pasien dan keluarga, serta Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
Dalam menerapkan rencana asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 2121 | 12 Oct 2024
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat dari standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pola napas tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang adekuat untuk mendukung kehidupan.
- Karakteristik definisi meliputi pernapasan dangkal, pernapasan cuping hidung, pernapasan dengan menggunakan otot bantu pernapasan, dan perubahan irama pernapasan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Tujuan yang ingin dicapai adalah klien menunjukkan pola napas yang efektif.
- Indikator hasil dapat meliputi frekuensi napas dalam rentang normal, kedalaman napas adekuat, irama napas teratur, dan klien tampak tidak sesak.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memantau pola napas, mengatur posisi klien untuk memfasilitasi ventilasi, memberikan oksigen sesuai kebutuhan, melakukan latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tenaga medis lain jika diperlukan.
- Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan pola napas yang efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen klien.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini untuk mengelola kondisi pola napas tidak efektif pada klien secara komprehensif dan sistematis, dengan tujuan mencapai hasil yang optimal bagi kesehatan dan kesejahteraan klien. -
Article No. 2122 | 12 Oct 2024
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut. Nyeri akut memiliki onset tiba-tiba, intensitas bervariasi, dan berlangsung dalam waktu yang terbatas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Sesuai dengan SLKI, tujuan dari intervensi keperawatan untuk nyeri akut adalah klien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, dapat beradaptasi dengan pengalaman nyeri, dan dapat mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola nyeri akut meliputi:
a. Manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan distraksi.
b. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang nyeri, penyebab, dan strategi penanganannya.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penanganan yang tepat.
d. Pemantauan tanda-tanda vital dan respon klien terhadap intervensi.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien untuk mengelola nyeri akut secara efektif. -
Article No. 2123 | 12 Oct 2024
Klinis : Ny. Jubaeda berusia 73 tahun sedang menjalani rehabilitasi di RSUI karena post operasi fraktur pada panggul sebelah kiri. Kejadian jatuh 2 minggu yang lalu dan menjalani perawatan selama 10 hari. Pasien belum dapat mobilisasi mandiri berpindah dari tempat tidur sehingga masih dibantu oleh keluarga atau perawat. Pasien memiliki riwayat Diebetes Mellitus dan teratur menjalani pengobatan. Pasien mengeluh sesekali nyeri dengan skala 1-3 dan memburuk saat mobilisasi. Insisi dalam kondisi intact, bersih, dan kering. Pasien mengatakan bosan dan ingin pulang, saat ini keluarga mengeluh pasien tidak mau makan dan harus dibujuk dengan makanan favoritnya yaitu bubur sumsum. Keluarga mengatakan tidak siap jika saat ini harus menjalani perawatan rehabilitasi dengan metode rawat jalan. Alasannya karena khawatir memperburuk panggul yang patah dan kesulitan saat melakukan latihan gerak pada pasien. Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah 146/89 mmHg; frekuensi nadi: 72x/menit teratur; 80x/menit teratur, frekuensi napas 18 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. Jubaeda yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
2. Nyeri Akut
3. Risiko Komplikasi Fraktur
4. Defisit Perawatan Diri
5. Ketidakefektifan Pola Makan
Penjelasan Singkat:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan mandiri, terkendali, dan terkoordinasi di tempat tidur, kursi roda, atau berjalan.
- SLKI: Pasien dapat melakukan pergerakan atau perpindahan tempat dengan bantuan perawat atau keluarga.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi mobilitas fisik pasien, seperti latihan range of motion (ROM), latihan transfer, dan dukungan alat bantu mobilisasi.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan sampai berat, yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Pasien dapat mengekspresikan pengurangan rasa nyeri setelah dilakukan intervensi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan distraksi.
3. Risiko Komplikasi Fraktur
- SDKI: Kerentanan terhadap kerusakan jaringan tulang atau sendi yang dapat terjadi selama proses penyembuhan.
- SLKI: Pasien dapat menunjukkan tidak adanya tanda-tanda komplikasi fraktur.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah komplikasi fraktur, seperti pemantauan tanda-tanda vital, perawatan luka, dan edukasi rehabilitasi.
4. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan bantuan perawat atau keluarga.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi perawatan diri pasien, seperti bantuan mandi, berpakaian, dan makan.
5. Ketidakefektifan Pola Makan
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memperbaiki pola makan, seperti pemberian makanan favorit, pengaturan makanan, dan dukungan untuk makan. -
Article No. 2124 | 12 Oct 2024
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Manajemen nyeri efektif
3. Kepuasan terhadap pengelolaan nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Pemberian analgesik
3. Terapi modalitas nyeri
4. Edukasi manajemen nyeri
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab, karakteristik, dan tingkat nyeri yang dialami pasien. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana intervensi yang sesuai, yang dapat meliputi pemberian analgesik, terapi modalitas nyeri (seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, dan distraksi), serta edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri. Tujuan utamanya adalah untuk membantu pasien mencapai tingkat nyeri yang dapat diterima dan meningkatkan kemampuannya dalam mengelola nyeri secara efektif. -
Article No. 2125 | 12 Oct 2024
Klinis : gangguan mobilitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan mobilitas.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas muskuloskeletal.
- Karakteristik utama: Keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara mandiri di lingkungan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Klien mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
- Luaran Keperawatan: Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS), Fungsi Mobilitas, dan Kemampuan Pergerakan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Perawatan Mobilitas: Membantu klien untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mobilitas yang optimal.
b. Terapi Latihan: Memfasilitasi pemulihan atau peningkatan fungsi fisik dan mobilitas.
c. Manajemen Lingkungan: Memodifikasi lingkungan untuk memfasilitasi mobilitas yang optimal.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas klien, seperti kondisi fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian, saya akan menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dan merumuskan rencana intervensi yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas klien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga akan menjadi penting dalam memberikan perawatan yang holistik dan komprehensif.